BAB 15

174K 15.1K 644
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

You as Afiqah

***

Jika kau membuatku menunggu,
Maka akan kubiarkan diriku  menunggu hadirmu hingga kau siap untuk membalas perasaanku, walau itu entah sampai kapan..
-
-
-

Afiqah bernapas lega melihat abang-abang penjual es krim di taman. Paling tidak Arsena tidak akan curiga, ia tidak sepenuhnya membohongi pria itu. Ia langsung mengirimi lokasinya berada pada Arsena sambil membeli es krim. Padahal ia sedang sakit namun bodohnya kenapa ia malah memberikan alasan pada pria itu sedang makan es krim. Semoga saja Arsena tidak mencurigai hal itu, lagi pula ia sudah baikan. Jadi tak ada masalahkan jika membeli es krim.

Setelah mendapat eskrim yang di pesannya. Afiqah mencari kursi yang kosong untuk di duduki. Dalam hatinya terus berdoa semoga saja Arsena tidak memahaminya, walaupun pada kenyataannya pria itu tidak pernah memarahinya. Mungkin pria itu hanya akan sedikit menasehatinya kemudian mendekatinya kembali.

"Akhirnya saya menemukanmu." Ujar sebuah suara. Afiqah mendongak mendapati Arsena berdiri di hadapannya.

"Kamu sudah baikan?" Tanya Arsena dengan lembut. Ia hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan aneh Afiqah yang sedang sakit tapi bisa pergi dari rumah dan membeli es krim di tempat yang jaraknya jauh dari rumah mereka. Arsena diam-diam mengikuti Afiqah tadi.

"Sudah kok bapak bisa lihat ini." Balas Afiqah sambil melahap es krimnya. Tanpa Afiqah sadari bahwa Arsena mengamati gadis itu, mulai dari bibir dan cara gadis itu melahap makanannya. Arsena jadi ingin mencium bibir mungil yang penuh es krim itu. Arsena juga nampak tidak menyadari tubuhnya membungkuk untuk mensejajarkan dengan wajah Afiqah, tanpa permisi pria itu mengecup bibir mungil Afiqah dan mengecap manis es krim yang menempel disana.

Afiqah terkejut dengan hal itu. Matanya mengerjap berulangkali, pipinya merona begitu saja. Kemudian matanya menengok keseliling untungnya hanya ada mereka di sini. Ia bernapas lega.

"Takut keliatan orang-orang."

"Bapak kalau mau cium liat-liat tempat jangan di tempat umum."

"Berarti kalau ditempat tertutup saya boleh cium kamu." Goda Arsena. Hal itu membuat Afiqah tambah merona. Gadis itu bangkit untuk menjauh dari Arsena, ia kesal dengan polisi itu.

"Kamu mau ke mana? Kok lari? Malu ya? Lihat pipi kamu merah gitu."

"Apasih enggak kok.. bapak salah liat."

"Afi cuma kesal saja sama bapak suka cium sembarangan."

"Sayakan suka, kata ibu saya kalau kita suka dilanjut aja. Bagaimana?" Goda Arsena kembali.

"Bapak pulang aja sana!!!" Ucap Afiqah dengan bersengut kesal.

"Sayakan kesini buat jemput kamu."

"Afi bisa pulang sendiri, lagian Afi udah ngak sakit lagi."

"Mana saya lihat?"

"Nih Afi udah bisa loncat, bisa lari, bisa main."

"Bagaimana Kalau begitu kita duel main kertas gunting batu." Tantang Afiqah.

"Kamukan masih sakit jangan macam-macam dek Afi." Arsena memperingati.

"Bapak takutkan," ejek Afiqah.

"Masa polisi takut mana ada?" Elak Arsena.

"Yaudah ayo main.." ajak Afiqah seperti anak kecil.

"Baiklah coba tunjukan caranya!!!"

"Jadi gini pak, kita berlomba sampe ke ujung air mancur itu dengan loncat tiga langkah. Tapi yang boleh loncat itu cuma yang menang suit."

"Boleh, ayo kita coba."

"Kertas, gunting, batu!!" Ucap mereka bersamaan.

Kemudian Afiqah berseru senang ketika ia menang, karena Arsena kertas dan ia gunting. Gadis itu langsung melompat seperti anak kecil.

"Lagi!!" Seru Afiqah sambil membalikkan badan ke arah Arsena yang tertinggal jauh darinya.

"Ih.." Afiqah kesal ketika Arsena menang dan yang lebih menyebalkannya lagi pria itu melompat dengan langkah yang sangat jauh. Seharusnya ia tidak bermain seperti ini dengan polisi berkaki panjang seperti Arsena.

"Bapak curang!! Kaki bapak panjang!!!" Seru Afiqah tak terima.

"Wah, kamu kok jadi menyalahkan kaki saya. Ayo main lagi!! Takut kalahkan sama saya. Saya janji deh kalo menang kamu dapat hadiah dari saya." Mendengar ucapan terakhir Arsena tentu saja membuat Afiqah senang. Kemudian mereka kembali melakukan suit, Arsena memang terpaksa mengalah dengan gadis itu. Ia senang melihat Afiqah yang berseru senang karena menang dan melompat seperti anak kecil.

"Dia benar-benar terlihat seperti anak kecil." Guman Arsena yang seakan menyadari bahwa yang gadis yang ia nikahi memang masih kecil. Arsena terkekeh mempikirkan itu.

"Ayo pak lagi!! Afi udah mau menang.." Afiqah menunjuk Air mancur yang tak jauh darinya.

"Kertas! Gunting! Batu!!" Teriak keduanya.

"Yey menang!!!" Seru Afiqah sambil meleletkan lidahnya pada Arsena. Gadis itu langsung mengambil ancang-ancang untuk melompat mendekati air mancur. Disaat Afiqah akan melompat untuk ke dua kalinya, tiba-tiba ia terjatuh, kepalanya terasa pusing. Kakinya lemas, mungkin karena ia kelelahan melompat tadi. Untung saja Arsena dengan sigap menangkap gadis itu ke dalam pelukannya.

"Kamu tidak apa-apa sayang." Afiqah mengangguk, Arsena menggendongnya. Merapatkan kepala gadis itu ke dalam dekapannya.

"Seharusnya tadi saya tidak percaya sama kamu. Andai saja saya tidak ceroboh kamu pasti tidak akan seperti ini. Maafkan saya yang lalai menjagamu." Ujar Arsena sambil mengecup kening Afiqah.

Afiqah tertegun mengamati perlakuan Arsena. Padahal disini yang salah dirinya, namun kenapa pria ini malah menyalahkan dirinya sendiri. Andai saja ia tidak kemana-mana dan beristirahat di rumah pasti ia tidak akan seperti ini. Ini salahnya, dan Arsena terlalu baik menjadi seorang pria. Pria itu tak pernah henti memberikan perhatian dan perlindungan untuknya.

"Kenapa bapak masih peduli kepada Afiqah yang sudah jahat kepada bapak?" Tanya Afiqah lirih tanpa sadar gadis itu menyuarakan isi hatinya.

"Karena saya mencintai kamu Afiqah." Bisik Arsena. Pria itu melangkah menuju parkiran yang jaraknya lumayan jauh dari tempat mereka berada.

Baru beberapa langkah Arsena menghentikan langkahnya setelah mendengar kalimat Afiqah selanjutnya. Hal yang tidak pernah ia bayangkan sekaligus akan diucapkan gadis itu. Namun ia hanya bisa tersenyum kecil memaklumi.

"Meskipun Afi tidak bisa membalas cinta bapak?" Afiqah sembari mencengkram baju Arsena mengutarakan itu. Entah kenapa ada rasa haru mendengar ucapan Arsena. Kehangatan pria itu mengingatkannya akan seseorang yang pernah menggendongnya seperti ini dulu. Persis seperti apa yang ia rasakan dalam mimpinya.

"Jika kau membuatku menunggu,
Maka akan kubiarkan diriku  menunggu hadirmu hingga kau siap untuk membalas perasaaku, walau itu entah sampai kapan...."

"Bagi saya cukup dengan mencintai kamu Afiqah, saya sudah merasakan kebahagiaan yang berkali-kali lipat." Setelah mengatakan itu Arsena mengecup kening Afiqah lama dan penuh cinta.

***

Follow Instagram author @wgulla_

SPAM NEXT DI SINI

1000 KOMEN BARU LANJUT NGGGAK NYAMPE 1000 NGGAK LANJUT

ADA YANG MAU DISAMPAIKAN KE AFIQAH?

ADA YANG MAU DISAMPAIKAN KE ARSENA?

ADA YANG MAU DISAMPAIKAN KE ANDREAS?

Gimana part ini?

Love banget kan?

Kalian tim mana?

#ArsenaAfiqah
#AfiqahAndreas

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- Tersedia di GramediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang