BAB 51

97.3K 7K 202
                                    

love dulu buat part ini

***

Afiqah dan Arsena masih berada di pasar malam. Padahal tadi istrinya itu mengeluh mual, tapi tidak ingin pulang membuat Arsena pusing tujuh keliling menuruti berbagai macam keinginan Afiqah. Setelah membeli sosis bakar, ternyata Afiqah meminta jagung bakar, ThaiTea, Dan lain-lain. Membuat Arsena menganga tidak percaya gadis mungil itu memakan banyak makanan.

"Dek pulang yuk, udah jam sembilan malam." Mereka memutari pasar malam, dengan tangan saling menggenggam.

"Nanti deh mas, lagian Afi bosen di rumah. Pasti mas Arse ujung-ujungnya ngajak ngamar. Kapan bisa main kayak gini." Arsena terkekeh mendengar itu. Afiqah memang tahu apa yang inginkan, ya mau ngapain lagi. Masa punya istri cantik dianggurin.

"Yasudah kamu mau apalagi sekarang. Tapi jam sepuluh kita pulang, mas takut kecapean besok harus kerja kamu juga sekolah." Arsena mengingatkan. Andai saja sekarang malam minggu pasti ia akan membiarkan.

"Beli kembang api mas. Nanti kita main di lapangan tenis dekat kompleks." Pinta Afiqah ketika melihat abang-abang yang jualan kembang api. Tanpa mendapat jawaban darinya, gadis itu lebih dahulu berlari menuju stand tersebut meninggalkan seorang diri. Arsena terkekeh melihat Afiqah yang masih seperti anak kecil. Namun siapa sangka jika anak kecil itu sebentar lagi akan menjadi ibu dari anak-anaknya.

Ketika Afiqah selesai memilih beberapa kembang api. Arsena mengeluarkan uang untuk membayar. Kemudian mereka ke tempat parkir mencari motor yang mereka bawa. Arsena menggunakan motor bebeknya karena jarak pasar malam dan rumahnya tidaklah jauh. Jadi menurutnya tidak perlu menggunakan mobil. Setelah sampai di lapangan. Afiqah dengan tidak sabar berlari ke tengah lapangan.

"Dek hati-hati jangan lari." Teriak Arsena mengejar istrinya.

Lapangan sepi, hanya ada mereka berdua dengan suara jangkrik di malam hari dan cahaya dari lampu. Untung saja tidak hujan jadi tidak licin. Ia takut jika Afiqah terpeleset sangat bahaya untuk kandungannya.

"Mas tahu nggak waktu kecil Afi juga sering main kembang api sama temen-temen di lapangan bola. Mas waktu kecil juga gitu?" Arsena mencoba mengingat masa kecilnya. Ia tidak pernah melakukan yang Afiqah bilang. Hidupnya berjalan apa adanya. Ia tidak begitu menyukai dunia luar, ia hanya belajar dan bermain di dalam rumah bersama bundanya. Hingga ketika dia SMA membuat dirinya brutal dan suka tawuran. Mungkin itu pelampiasan, karena terlalu sering menjadi anak rumahan dan tidak punya teman.

"Belum."

"Beneran mas belum pernah?" Tanya Afiqah tidak percaya. Afiqah menggeleng menjawab itu.

"Berarti Afi jadi orang pertama yang main kembang api sama mas."

"Kamu selalu menjadi yang pertama di hidup mas sayang."

"Mulai gombal." Afiqah mencoba menyalakan kembang api yang di genggamnya dengan korek. Lalu dia juga melakukan hal yang sama kepada Arsena. Arsena tampak diam, ia bingung harus melakukan apa dengan kembang api yang di genggamannya.

"Terus kembang apinya diapain dek?"
Arsena menatap kembang api yang di genggamannya.

"Gini loh masku sing ganteng Dewe." Ujar Afiqah sambil berputar-putar mengelilingi Arsena dengan memainkan kembang api yang sudah menyala. Arsena mengamati itu, baginya itu nampak aneh namun yang membuatnya terpesona adalah cara Afiqah memainkan kembang api tersebut nampak indah di bawah sinar rembulan dan bintang. Ia suka melihat gadis itu tertawa mengelilinginya. Kembang api itu seperti bintang yang berkelap-kelip di langit. Arsena seperti bisa melihat bintang dari dekat.

"Lihat deh mas, Afi nulis nama mas Arse di langit." Ucap Afiqah sambil menggerakkan tangannya ke arah langit. Arsena tanpa sadar mengikuti gadis itu. Ia juga ikut menuliskan nama dengan kembang api tersebut. Bahkan ia hanyut menggerakkan tangannya menulis nama Afiqah di langit sambil berputar-putar. Hingga punggung mereka berdua bertemu dan bertabrakan satu sama lain. Membuat mereka membalikkan diri untuk menatap sama lain. Lalu mereka tertawa. Dan bermain kembali.

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- Tersedia di GramediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang