🍓21. Kontrak kerjasama 🍓

1.9K 210 15
                                    

Tya mengikuti langkah Yuga masuk ke dalam kantor diikuti oleh tatapan beberapa karyawan yang menatap ke arah kotak makan yang tengah dibawa oleh sang atasan. Hari ini pria itu terlihat tak seperti biasanya, ia membiarkan Tya berjalan sedikit menjauh darinya. Keduanya kemudian masuk ke dalam ruang kerja Yuga. Setelah melewati Sandra yang menatap dengan tatapan tak suka.

Yuga kemudian mempersilahkan gadis itu untuk duduk. Tya duduk di kursi yang berseberangan dengan meja kerja pria itu.

"Hari ini saya mau bahas tentang kontrak. Bagaimana kontrak pernikahan kita nanti. Kamu setuju kan kontrak itu berlangsung selama 2 tahun?"

Tya anggukan kepala. "Saya setuju. Tapi saya nggak mau kalau terkesan seperti antagonis ketika kita cerai nanti."

"Tenang aja, bisa aja kamu bilang kalau saya selingkuh atau semacamnya. Karena hal itu mungkin aja terjadi. Pernikahan kita kan tanpa ada perasaan sama sekali, iya kan?" Yuga bertanya mencoba untuk meyakinkan.

Tentu saja pernikahan keduanya tidak berlandaskan dengan perasaan. Namun itu bukan berarti kalau tak mungkin akan ada perasaan untuk mereka berdua. Di sisi lain Yuga sangat yakin kalau ia tak akan memiliki perasaan kepada Tya. Karena dari sisi manapun gadis itu sama sekali tak menarik.

"Setuju, saya percaya kalau bapak nggak akan jatuh cinta sama saya. Nggak akan ada perasaan selama 2 tahun ini. Tapi saya minta tolong ke bapak, tolong jangan kasih perhatian apapun ke saya."

"Kenapa?" Yuga bertanya ia penasaran dengan maksud kata-kata dari Tya barusan.

"Saya ini nggak pernah jatuh cinta, enggak pernah  juga yang namanya pacaran. Selama ini di hidup saya cuma ada dua laki-laki. Mas Bumi dan Vhi, dan mereka berperan sebagai kakak dan sahabat terbaik dalam hidup saya. Kalau bapak terlalu berikan perhatian justru saya takut kalau saya yang jatuh cinta. Setelah saya jatuh cinta bapak pasti nggak akan mau buat tanggung jawab. Iya kan?" Tya menjelaskan maksud ucapannya barusan. Karena ingin sadar diri selama ini tak pernah dekat dengan laki-laki. Jadi merasa takut kalau ada orang yang memberikan perhatian lebih. Takut jatuh hati.

Yuga mengerti dengan apa yang dikatakan oleh calon istri kontraknya itu. Dan tentu saja ia berpikir tak akan mungkin memberikan perhatian lebih kepada Tya, selain untuk kebutuhannya di depan orang-orang.

"Sekarang kita catat poin-poin apa yang harus kita buat," kata Yuga kemudian yang mengambil kertas dan pena dilaci dan memberikannya kepada Tya. "Sekarang kita catat poin apa yang mau kita masukkan di dalam surat kontrak nanti."

"Pertama nggak boleh ada sentuhan," kata Tya menekankan.

Yuga terdiam sejenak kemudian berpikir rasanya itu tak mungkin karena dia harus paling tidak merangkul ataupun memeluk gadis itu di depan keluarganya.

"Saya kan paling nggak harus peluk kamu di depan nenek sama Mami? Kita bikin lebih spesifik. Saya nggak akan melakukan hal lain selain merangkul dan memeluk kamu. Gimana?" Yuga coba untuk menawarkan.

Tya setuju dan anggukan kepala. "Nggak boleh ada ciuman juga."

"Kepedean kamu, siapa juga yang mau cium kamu?" Yuga bertanya karena merasa kesal dengan apa yang dikatakan oleh Tya barusan.

"Pokoknya saya mau poin itu dimasukin, karena sebelumnya aja bapak cium saya kan? Saya nggak mau hari itu kejadian lagi. Kalau bapak cium pipi saya bapak bayar 5 juta, kalau bapak cium bibir saya bapak bayar 100 juta." Tya mengatakan itu karena Ia berpikir kalau dengan tarif semahal itu Yuga tak mungkin melakukan kesalahan dengan menciumnya lagi.

Yuga anggukan kepala setuju. Dirinya yakin sekali kalau tak akan mungkin melakukan hal seperti itu kepada gadis di hadapannya. Lagi pula saat itu dirinya melakukan cuman itu hanya untuk membuat Tya setuju dengan penawarannya.

Hanya keduanya saling serius untuk membahas poin-poin apa yang harus mereka masukkan ke dalam kontrak. Terdapat beberapa poin yang utama. Dan yang terpenting menurut Tya adalah tentang ciuman tadi karena ia takut sekali kalau Yuga akan kembali melakukan ciuman itu kepadanya.

Setelah pembicaraan selesai, Tya berjalan ke ruangan. Sementara itu Sandra menatapnya dengan tatapan kesal. Tya tersenyum ke arah Sandra kemudian menganggukkan kepalanya berpamitan untuk meninggalkan tempat itu.

"Dih, sok manis," kesal Sandra.

Yuga kini terdiam di kursinya, menatap kotak bekal yang tadi diberikan oleh Tya.  Sebenarnya sedikit terkejut juga karena bisa dibaca perasaannya oleh orang lain. Selama ini tak banyak yang mengerti tentang dirinya. Mungkin karena sikap dingin dan ketus yang selama ini ia tunjukkan.

Yuga kemudian membuka kotak bekal itu. Berisi nasi kepal, sosis goreng, omelet telur, tomat ceri, permen jelly berbentuk beruang dan juga terakhir sekotak susu coklat. Melihat itu membuat Yuga malah tersenyum merasa dirinya kembali menjadi anak-anak. Apalagi bekal itu disusun dengan sangat rapi oleh Tya. Yuga kemudian mengirimkan pesan kepada sang mami.

Yuga:
( gambar)
Bekal dari Tya.

Nindi:
Ya ampun cute banget.
Mami nggak nyangka deh punya calon mantu perhatian dan kayak gitu sama anak mami.

Yuga:
Hmm ... berlebihan ya mi.

Nindi:
Coba cari di mana perempuan yang perhatian kayak gitu ke kamu selain dia? Nggak ada. Semua karena kamu menutup hati buat perempuan.

Yuga:
Makanya, kalau aku membuka hati,  juga bakal banyak perempuan yang kasih perhatian ke aku kayak gini.

Nindi:
Udah terlambat. Muka kamu udah terlalu judes nggak bisa ditolong lagi.

Yuga malah jadi kesal sekali dengan jawaban Nindy. Pria itu kemudian memilih untuk tak membalas pesan dari sang Mami dan melanjutkan pekerjaannya. Banyak dokumen yang harus dia baca dan banyak hal yang harus dia kerjakan.

Sementara itu Nindy di rumah kini tengah bersama dengan Kinan dan Disha mereka duduk di taman belakang. Ketiganya menikmati pagi dengan menatap bebungaan yang sukses ditanam oleh Nindy.

"Bu, Bu, lihat ini bekal dari Tya." Nindi berkata seraya memamerkan foto yang dikirim oleh Yuga.

Kinan menerima ponsel yang diberikan oleh Nindy kemudian menatapnya. "Calon mantu idaman. Udah manis, baik, sopan, perhatian pula. Kamu udah bilang kan ke Yuga untuk pernikahannya sebulan lagi?"

Mendengar apa yang dikatakan Kinan membuat Disha menoleh. Tentu saja dirinya menjadi heran mengapa pernikahannya dilakukan secepat itu?

"Aku cepet banget sebulan lagi?" tanya Disha.

"Nggak sampai sebulan kok. Yuga malah bilang dia maunya 3 minggu lagi. Pokoknya secepat mungkin biar nggak buang-buang waktu jadi bisa cepat kerja juga. Soalnya sebulan lagi mau ada rapat di luar kota dan dia nggak mau ngelewatin itu." Nindy menjelaskan kepada keponakannya itu.

Disha anggukan kepala, kemudian ia memaksakan senyum. Masih ada rasa tak terima di dalam hatinya. Sepertinya sebentar lagi ia akan kehilangan sang kakak sepupu kesayangan.

***

Maaf tadi sempat kepencet padahal belum selesai ngetiknya.
Happy reading...

Terpaksa Menikahi Si Gendut (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang