62. suara desah

1K 136 22
                                    

Vhi berjalan menuju dapur, ia melihat Ahbi yang sedang mengobrol bersama Disha. Ia penasaran dan berjalan mendekat.

"Kamu ngapain sih ngajak main kayak gitu?' tanya Disha kesal.

"Aku cuma mau seru-seruan aja. Lagian kamu juga tadi lebih banyak minta tantangan dibanding jujur. Enggak ada yang kamu sembunyikan dari aku kan?" Ahbi bertanya karena hal ini jelas membuat ia menjadi curiga. Kenapa Disha lebih banyak mengajukan tantangan dibandingkan kejujuran. Padahal Ahbi ingin sekali bertanya.

Disha ingin menjadikan ini alasan untuk membalik keadaan. "tuh kan, kamu jadi kayak gini. Makannya aku males banget main kayak tadi sih. Kamu bilang buat seneng-seneng?  ya aku milih tantangan. Emang ada yang salah? Kamu tuh curiga apa sih sama aku?"

Ahbi hela napas, ia kemudian merangkul Disha. Lalu memeluk erat kekasihnya itu. Disha mencium bibir Ahbi, buntut kekesalan yang ia rasakan kepada Yuga selama permainan mereka tadi. Kecupan terdengar jelas, keduanya sama-sama mulai menikmati. Bahkan tangan Ahbi tak segan segera menjalar. Keduanya memang belum 'tidur bersama' hanya saling memuaskan saja dengan cara yang berbeda.

"Oh, bi ..," lenguh Disha.

Vhi hanya menggelengkan kepalanya, ia kemudian berjalan menuju kamar Tya. berniat ingin mengajak kakak dan Tya untuk menikmati malam bersama di pantai. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar Tya yang berada di lantai atas.

Langkahnya terhenti tepat di depan pintu. Ia baru saja akan mengetuk sebelum mendengar pekikan dari dalam, jelas itu suara Tya. Vhi telan saliva, suara Tya terdengar begitu jelas. Bahkan membuat bulu kuduknya merinding. Katakanlah Vhi memang sedang sial. Apalagi memang hanya dia  yang tak memiliki pasangan di sini.

"Oh Ty!"

Tangannya mengepal, dan ia memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. berjalan keluar Villa dengan amarah yang mengusai dirinya. Tentu saja sangat kecewa. Sadar betul kalau memang Tya dan Yuga sudah menikah, dan tentu saja sangat wajar jika keduanya melakukan hubungan layaknya suami istri. Tapi, Vhi cemburu karena Tya adalah gadis yang ia sayangi.

***

Di dalam kamar kain-kain berserakan, Yuga belum melakukan apapun ia ragu dan takut.  Napas Tya terengah-engah, akibat rasa panas yang timbul.

"Aku kenapa sih Mas?" tanya Tya tersengal.

Haruskah Yuga menjawab?

"Kamu lagi tinggi Ty. Permen tadi yang bikin kamu gini."

Tya berusaha duduk, menyelimuti diri dengan selimut, tapi ia juga tak bisa menahan diri. Jantungnya berdetak kencang sekali. Yuga mendekat, ia merangkul Tya. Sensasi aneh menjalar, Tya bahkan memejamkan matanya.

"Harus diselesaikan Ty. Bakal lama kalau kamu tahan." Yuga memanggut bibir Tya.

Tya lepaskan panggutan masih dengan memejamkan mata. "Mas," lenguh Tya.

Yuga kembali memanggut, kemudian rebahkan Tya yang nyaris hilang kesadaran. Yuga juga sudah tak tahan, dadanya bergemuruh, berkeringat meski dalam ruangan ber-AC. Yuga tersenyum di sudut bibir saat merasakan Tya membalas ciumannya. 

Benar saat ini Tya sudah kehilangan kewarasan, sepuluh menit perlakuan Yuga tadi buat ia semakin gila. Kali ini menepiskan rasa malu, Tya ikuti arah genggaman tangan Yuga,  buat Yuga memekik tertahan kemudian pasrah.

"Oh Ty!"

Tya tau sikapnya semakin membuat Yuga senang. Kelembutan Yuga membuai Tya. Apalagi ketika kelembutan menyapu tubuhnya. Membuat ia semakin gila, efek permen itu luar biasa dashyat. Apalagi Tya bukan hanya makan satu, tapi dua. Bayangkan, dua?! Satu saja sudah bisa bawa melambung tinggi. Jadi wajar jika Tya rasanya sudah lupa diri saat ini, jadi setengah sadar.

Tya bertahan atas kekuasaan Yuga padanya, ia mengepalkan jari. Ia mengatur napas dengan mata yang terpejam. Dunianya seolah berputar sehingga buat tubuhnya gemetar. Tya percaya jika masih sadar, andai sarafnya tak dikuasai efek permen tadi— ia tak akan membiarkan Yuga bertindak se-ekstrem itu.

"Oh Mas!" Tya memegang tangan Yuga saat ingin berlabuh  ke area yang lebih privat lagi. Bahkan ia membuka manta tersentak. Mendapati Yuga yang tersenyum.  Tya ingin tak terintimidasi, tapi gagal bahkan untuk beranjak saja rasanya tak mungkin.

"Percaya sama aku ya?" Yuga meminta dengan sangat manis dan sopan.

Tya menebalkan wajahnya dengan anggukan kepala. Tanpa aba-aba Yuga melakukan apa yang seharusnya.

"Kiss me." Yuga meminta.

Tya mendekatkan wajahnya, dan kecup Yuga. Yuga tak membiarkan itu hanya menjadi sebuah kecupan.

"Lagi sayang, cium aku, yang lama— yang banyak." yuga meminta.

Tya melakukan itu. Lalu Tya memekik, tau apa yang terjadi, ia benamkan wajahnya, sementara tangannya mencengkram membuat luka di bagian belakang tubuh Yuga.

"M-mas." Suara parau Tya buat Yuga tak tahan.

Tya tahan napas, penolakan atas rasa sakit perlahan ia terima menjadi sebuah kenikmatan.  Sorot mata Yuga menunjukkan semuanya, bagaimana ia berusaha bersikap dengan lembut. Semua ia lakukan karena menyayangi Tya.

Tak ada lagi yang bisa Tya lakukan. Perlakuan Yuga memang lembut, tapi kuat dan mengikat. Tekanan demi tekanan yang tak mungkin ia tolak lagi.  Oksigen dalam tubuh Tya rasanya sudah semakin berkurang keluar dari tubuhnya.

Semakin lama membuat tubuh Tya menari sendiri mengikuti pergerakan. Desakan dari dalam tubuhnya buat ia semakin gila bergerak sampai akhirnya rebah.

"Oh!" pekik Tya.

Yuga belum juga berhenti ada yang harus ia tuntaskan. Dadanya semakin memburu, tubuhnya semakin cepat bergerak. Gemuruhnya menjalari tubuh berikan stimulus membawanya pada hal yang paling ia inginkan.

"Shit Ty! damn!" Yuga tak sanggup lagi menahan gejolak dan ia lepaskan semua dalam dalam.

Yuga telah menyusul, lalu ia rebah di samping Tya. Menyelimuti Tya yang sudah memejamkan matanya. Yuga bisa melihat Tya yang terpejam, karena kelelahan. Pria itu merapikan rambut Tya  yang memejamkan mata dengan napas yang masih memburu.

"Mas," panggil Tya menatap Yuga. Tatapan Tya menjadi sayu dan sendu. Entah apa yang ada di hatinya kini. Jujur saja, tubuhnya sudah merasa lebih baik. Namun ada perasaan yang tak bisa dibohongi, dia merasa bersalah pada dirinya sendiri. "Gimana Kalau aku hamil?"

Yuga menatap Tya. Jujur saja hal itu bukan masalah untuknya karena mereka berdua pun sudah menikah. Apalagi sekarang Ia memiliki perasaan kepada sang istri, tentu saja hal itu malah akan membuat yuga merasa bahagia. "Kita kan udah nikah."

"Kalau kita cerai? Aku tau aku cuma —" Tya bertanya lagi.

Yuga gelengkan kepala. "Cuma apa? Aku sayang kamu Ty, Enggak akan ada kata cerai. Enggak ada nikah kontrak, kamu milik aku."

"Mas," panggil Tya lagi.

Yuga memeluk Tya, mengecup kening sang istri. "Tidur sayang, aku tau kamu capek banget. Hmm?" Pria itu kemudian menepuk-nepuk punggung Tya dengan lembut.

Tya memejamkan matanya dan tertidur sementara Yuga  kembali membuka mata. Dengan tatapan lembut dan penuh kasih sayang, dia memerhatikan Tya. Tersenyum geli sendiri gemas melihat Tya yang tertidur dengan bibir yang sedikit terbuka. Dengan lembut, Yuga merapikan rambut Tya.

"Kamu punya aku Ty," katanya kemudian mencium kening Tya, membawa dalam pelukan, lalu memejamkan matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terpaksa Menikahi Si Gendut (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang