🍓42. punggung mulus🍓

1.6K 142 42
                                    

Persiapan di hari pernikahan yang dimulai sejak pagi buta membuat Yuga hari itu tak leluasa melakukan ritual paginya. Hal itu tentu saja membuat moodnya jadi tidak stabil dan cenderung uring-uringan. Untungnya, hampir tidak ada yang menyadarinya.

Dan yang paling untung adalah dia bisa mengucapkan ijab qobul pernikahannya dengan lancar. Dia juga tidak salah menyebut nama Tya menjadi nama orang lain. Disha, misalnya. Akan sangat parah kalau malapetaka itu terjadi. Bukan hanya dia bisa digoreng oleh mami dan neneknya, tapi reputasinya sebagai orang yang teliti dan detail akan tercoreng di depan para tamu undangan yang selain keluarga, ada juga partner kerja dan rekan bisnis.

Selesai acara tadi, doa langsung buru-buru naik ke kamarnya tanpa menunggu Tya, istri barunya itu selesai berpamitan dengan keluarganya. Sudah sangat kebelet! Saat dia keluar dari kamar mandi, sudah merasa segar dan bersih karena sudah mandi sekalian, dia menemukan Tya di depan kaca dengan mata berkaca-kaca sedang mengurai bobby pin dan hiasan sanggul dari kepalanya.

Yuga tak mengerti kenapa Tya sedih. Apa karena menikah dengannya? Atau karena ditinggal saudara-saudaranya di hotel ini bersamanya? Padahal tak begitu jauh juga dari rumah. Namun, karena ada rasa tak enak tak berdasar di hatinya, Yuga pun mendekat dan membantu Tya.

Tya yang kaget segera menoleh. Matanya yang bulat membelalak. "Eh, Pak Yuga ...."

"Kita sudah menikah. Belajar panggil saya 'Mas Yuga' biar nggak ada orang yang curiga tentang hubungan kita." Yuga memotong perkataan Tya. Tangannya masih sibuk mencabut bobby pin dari rambut Tya yang seperti tak ada habisnya.

"Kalau di kantor?"

"Di kantor tetep Pak. Selain itu, belajar panggil Mas."

"Kalau keceplosan?"

Yuga menghela napas. Hampir lupa kalau Tya itu cerewet dan lemot sekaligus. Combo yang tidak nyambung dan dijamin menyebalkan. Belum lagi suka sewot tanpa sebab. "Kamu jangan banyak tanya. Lakuin apa yang saya bilang. Nanti kalau ada peraturan tambahan saya kasih tau." Yuga sedikit menekan kepala Tya saat mengambil pinnya.

"Aduh!"

Seruan kesakitan Tya membuat Yuga berhenti, tapi alih-alih meminta maaf, dia malah berkata, "Berapa banyak sih, benda ini di kepala kamu?"

"Kayaknya itu yang terakhir deh, Pak."

"Ya sudah, sana mandi, biar nggak kaya ondel-ondel." Namun, Tya malah bergeming menatapnya, membuat Yuga sedikit salah tingkah merasa bersalah karena mengatai Tya seperti ondel-ondel. "Apa lagi?"

"Eh, ini Pak ... eh, Mas ... bajunya ...."

"Kenapa lagi bajunya?"

"Kancingnya di belakang. Nggak bisa lepas." Tya mengatakan itu dengan malu.

Yuga menghela napas panjang sebelum menarik lengan kiri Tya agar gadis itu berada di depannya. Dia kemudian melepaskan sebagian deretan kancing kecil yang ada di punggung Tya.

"Sudah. Segini harusnya bisa lepas bajunya. Sana mandi!"Ketus Yuga menyebalkan sekali menurut Tya.

***

"Shit, stop! Bisa-bisanya, sih!"

Yuga berbaring di atas ranjang sambil merutuki dirinya. Sudah beberapa saat berlalu sejak Tya masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Namun, di sini, Yuga malah terus-terusan teringat punggung mulus Tya di balik gaun yang dikenakan istrinya itu hari ini. Dalam kepalanya, masih teringat punggung putih mulus yang tak ramping milik Tya tadi. Hal itu membuat Yuga gusar hingga mengubah posisi tidurnya.

Terpaksa Menikahi Si Gendut (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang