🍓49. berbohong 🍓

1.5K 142 22
                                    

Yuga berada di ruang kerja. Jadi bingung dengan dirinya, Kenapa dia malah mencoba menghindari Disha. Pria itu terus menolak panggilan, dan merasa kalau ingin lebih memberikan perhatian kepada sang istri. Jujur saja itu membuatnya kacau sendiri.

Setelah berpikir ia  memutuskan untuk menghubungi Disha. Ada rasa bersalah juga yang menghampiri karena terus mengabaikan gadis itu.

"Kenapa sih kamu dari kemarin matiin panggilan aku?" Tak ada sapaan yang diberikan oleh gadis itu. Segera mencecar Yuga dengan pertanyaan.

"Maaf,  ada mama dan Vhi. Kayaknya nggak enak kalau aku ngangkat panggilan dari kamu sementara ngobrol sama mereka." Dan kali ini lagi-lagi dia malah memilih untuk berbohong. Jujur saja itu membuat ia bingung setengah mati.

Disha hela nafas, ada rasa tak terima ketika mendengar jawabannya diberikan oleh yuga. "Ya kamu kan bisa chat aku. Nggak harus cuek dan game kayak gitu? Aku jadi nunggu. Aku mau ngabarin kamu kok Mas kalau aku mau kembali ke Bali malam ini. Ahbi ngajakin aku buat pulang."

Biasanya ada perasaan tidak rela dalam hati Yuga, juga sedikit ada rasa cemburu ketika Disha mengatakan segala sesuatu tentang Ahbi padanya. "Ya udah, kamu hati-hati pulangnya. Aku kayaknya belum bisa nganterin. Karena masih harus ada urusan juga di sini."

Jelas alasan utamanya adalah karena kesehatan Tya, Yuga merasa bertanggung jawab atas itu. Apalagi dia juga merasa bersalah, karena tak bisa merawat dengan baik.

"Ya udah, nggak apa-apa kok. Lagian nanti aku jalannya sama Ahbi." Nama pria itu seolah sengaja didengungkan berkali-kali untuk membuat Yuga cemburu. Disha suka ketika setiap kali melihat atau mendengar kecemburuan yang dilontarkan oleh Yuga. Hari ini dia tidak mendapatkan apa yang ia mau.

"Iya, kalau begitu aku harus ke depan dulu ya. Kamu hati-hati balik ke Balinya." Yuga mematikan panggilan tanpa memperhatikan perihal Ahbi yang terus saja digaungkan oleh Disha. Pikirannya malah tertuju pada Tya.

Pria itu kemudian berjalan keluar setelah selesai menghubungi sepupu yang juga kekasihnya itu. Dia melihat Tya, yang kini tengah menonton televisi sambil menyelimuti dirinya. Yuga berjalan menghampiri dan duduk di Tya.

"Kalau kedinginan kenapa nggak milih tidur aja?" Yuga bertanya, pria itu kemudian mengarahkan tangannya ke kening Tya.

Tya menggerakan tubuhnya mundur, dia benar-benar berusaha untuk menghindari kontak fisik di antara mereka berdua.  "Aku bosan kalau libur terus mas. Jadi mau nonton TV di sini nggak apa-apa kan?"

"Iya enggak apa-apa." Yuga menurunkan tangannya perlahan, kemudian dia menatap ke arah TV. "Kamu nonton SpongeBob?" Yuga melirik ke arah Tya.

"Iya, habisnya nggak ada yang bagus buat ditonton kecuali SpongeBob."

Yuga tersenyum geli, gadis di sampingnya itu memang benar-benar beda dari gadis yang lain. Semakin bingung dengan perasaannya sendiri, dia malah merasa nyaman saat ini duduk bersandingan dengan wanita yang sama sekali tak dia inginkan dulu.

Yuga ikut menyaksikan televisi, sambil sesekali melirik ke arah wanita di sampingnya. Tya menyandarkan kepalanya ke sofa, ia menatap ke layar televisi. kepalanya masih terasa sedikit pusing, tapi dia merasa bosan berada terus di kamar.

"Tya," sapa Yuga.

Tya menegakkan tubuhnya, kemudian melirik ke arah sang suami. "Ya Mas?"

"Gimana kalau kita liburan? Kamu mau liburan ke mana?"

"Emangnya nggak masalah kalau kita liburan Sekarang? Lagi pula sebentar lagi kan mau ada acara peresmian desain musim ini, emangnya itu nggak ganggu?"

Yuga gelengkan kepalanya. "Itu kan masih hampir dua minggu lagi, kita liburan sebentar ke Bali 2 atau 3 hari. Ya, biar yang lain nggak terlalu curiga aja. Masa kita nggak kemana-mana Setelah nikah?" Sejujurnya bukan itu alasan utama Yuga. Dia memang tulus dan ingin mengajak Tya untuk berjalan-jalan ke Bali menikmati waktu berdua.

"Aku mau banget ke sana mas. Seumur hidup belum pernah ke Bali."

"Kalau besok kamu udah enakan, gimana kalau kita langsung jalan?"

Tya mengangguk setuju.  "Oh iya, mbak Disha itu tinggalnya di Bali ya Mas?"

Yuga lupa kalau Disha ada di Bali juga. Namun, dia sudah terlanjur berjanji pada Tya untuk mengajak liburan bersama ke sana.

"Ya, ada juga sih di sana. Tapi di sana lebih ke kerjaan dia aja, dia punya restoran di sana sama pacarnya."

"Nanti kita mampir ke sana?"

"Nggak usah lah, kita liburan berdua aja."

Tya terdiam sejenak sedikit terkejut juga dengan jawaban yang diberikan oleh Yuga. Kenapa juga atasannya itu malah meminta mereka liburan berdua saja? Bukankah selama ini pria disampingnya itu membencinya?

"Kamu nggak salah ngomong kan Mas? Liburan berdua?"

"Iya, lagian, kalau kita sama Disha takutnya malah ganggu dia sama Ahbi. Mereka itu lagi usaha untuk balikan.  Jangan sampai kita malah buat hubungan mereka semakin renggang." Tentu saja itu adalah alasan lagi yang dibuat oleh Yuga.

Tya mengerti dan anggukan kepalanya. "Ya udah, kalau kayak gitu berarti nanti tinggal kita berdua aja ke sana? Iya Mas?"

"Iya, kita berdua, kamu sama aku."

"Bukannya kamu sebel sama aku ya Mas? Kalau kita berangkat berdua nanti kamu bisa makin sebel dong?" Tya menggoda sengaja bertanya untuk memancing emosi Yuga.

Yuga melirik, pria itu memang emosian, tapi jika dihadapkan dengan gadis yang disukainya biasanya emosinya menjadi sedikit lebih reda dan bisa direndam. Seperti saat ini, biasanya ia akan marah setiap Tya mengatakan hal yang sia-sia. Alih-alih marah, dia malah memegang kening Tya.

"Ada kalanya aku sebel sama kamu. soalnya kamu cerewet banget. Yah, anggap aja jalan-jalan Ini ungkapan terima kasih aku, atas penandatanganan dan kontrak kerjasama Kita. Ya, atas pernikahan ini."

Tya menghalau pelan tangan Yuga. "Aku kan udah bilang, jangan terlalu perhatian. Aku sakit kayak gini udah biasa."

Yuga mendekati wajah Tya dia menatap gadis itu dengan lekat. Jantungnya sedikit berdebar, menatap manik mata gadis itu. Yuga semakin mendekatkan wajahnya, menatap bibir peach buat jantungnya berdebar semakin tak keruan. Sensasi gemelitik yang membuat sudut-sudut bibirnya tertarik ke samping. Wajah Tya memerah bak Strawberry buat dia gemas. Yuga mengusap bibir Tya, buat gadis itu menjauh.

"Bapak mau ngapain?" tanya Tya.

Yuga menarik tubuhnya coba mendapat kesadaran yang sesaat hilang. Seharusnya dia tak bertindak sejauh itu karena dalam kontrak jelas bahwa tak boleh ada perasaan dalam hubungan ini. "Saya cuman mau ngetes kamu aja." Yuga menjawab.

Yuga lalu memutuskan untuk segera bangkit dan berjalan ke dapur, dia mengambil segelas air putih dingin dan meneguknya. Mencoba untuk menetralisir perasaannya yang tiba-tiba saja menghangat dengan degupan jantung yang begitu cepat. Yuga menepuk dadanya beberapa kali, dia sadar tak seharusnya seperti ini.

Terpaksa Menikahi Si Gendut (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang