🍓36. Disha dan Yuga🍓

1.4K 149 7
                                    

Hari Minggu, saatnya bersantai setelah membanting tulang memeras otak seminggu penuh. Umumnya, orang-orang akan bangun siang dan bermalas-malasan. Namun tidak dengan Yuga. Pria itu tetap disiplin dengan bangun pagi, lalu mengerjakan rutinitas Minggunya. Membersihkan tempat tidur, menyegarkan diri, olahraga ringan sebentar, lalu menyeduh kopi kesukaannya sambil menunggu keringat kering agar bisa mandi.

Setelah beberapa hari lalu dirinya galau dibuat Tya, kini Yuga sudah bisa sedikit rileks. Semalam Tya sudah bisa dihubungi kembali. Tepatnya, semua pesan yang tiga hari lalu dia jejalkan ke handphone Tya, semalam sudah terkirim dan terbaca. Tya bahkan sempat membalas pendek dan singkat.

'Tenang saja, Pak. Saya tidak lupa dengan kesepakatan kita.'

Sudah. Itu saja. Singkat, padat, dan jelas. Yuga sempat ingin langsung menelepon Tya dan memastikan. Namun, akhirnya dia urungkan niat itu karena moodnya masih berantakan setelah melihat kedekatan Disha, perempuan yang dia suka, bersama tunangannya, Abhi.

Yuga menggeleng pelan menyadari betapa rumitnya hubungannya dengan Disha. Namun, begitulah yang terjadi dan dia belum ingin melepas Disha. Belum harus. Selama masih ada setitik celah, maka dia akan menerobos.

"Sudah bangun kamu. Mandi, gih. Sarapan sebentar lagi siap."

Suara Mami yang menyapa orang lain selain dirinya di sana membuat Yuga menoleh. Matanya menangkap sosok Vhi yang sudah rapi. Pemandangan langka, biasanya Vhi paling malas mandi kalau hari libur. Dia hanya akan mandi saat akan pergi saja

"Vhi nggak sarapan, Mi. Mau langsung pergi aja, ada urusan."

Tuh, kan. Yuga mengangkat salah satu alisnya, senang karena berhasil menebak gelagat adiknya. Vhi mendekat dan menyalami tangan maminya, tapi melewati Yuga begitu saja sebelum melenggang keluar. Seketika Mami berbalik menatap Yuga penuh teguran.

"Kalian berantem soal apa, sih? Udah gede, juga, masih pada berantem," omel Mami. "Buruan itu dihabiskan kopinya terus mandi. Nenek sebentar lagi turun buat sarapan."

Yuga menghabiskan kopi di depannya sebelum beranjak ke kamarnya untuk mandi.
Baru saja selesai bersiap menata rambut dan penampilannya di depan kaca sebelum turun untuk sarapan dengan mami dan neneknya, ponsel yang ditaruh di atas meja bergetar, membuat Yuga menoleh. Nama yang tertera di layar membuat keningnya mengernyit. Sejak kapan dia menyimpan nomor orang ini? Kok seperti kurang kerjaan saja.

Yuga bermaksud mengabaikan panggilan tersebut, tapi ponselnya ternyata tak mau diam. Orang tersebut berkali-kali mencoba menghubunginya.

"Ada apa, sih," gumamnya jengah sambil meraih gawai berlayar datar tersebut dan menggeser permukaannya ke kanan. "Ya?"

"Mas Yuga? Akhirnya," desah orang di seberang terdengar lega. "Mas, ini Abhi." Yuga sudah tau kalau yang meneleponnya itu Abhi, tunangan Disha, perempuan tersayangnya. Dia bisa baca, tau. Namun, Yuga menyimpan protesnya di dalam hati dan tetap diam menyimak. "Mas, bisa datang ke apartemen kami nggak, Mas? Tolongin aku."
Kening mulus Yuga berkerut. "Ada apa?"

"Disha ...."

"Kenapa dia?" Yuga menjawab cepat, meskipun nada suaranya tetap dingin tak berubah.

"Nggak kenapa-kenapa, sih. Cuma, dia ngambek dari semalam dan nggak mau ngomong sama aku. Aku bingung, udah habis cara gimana biar dia luluh dan nggak ngambek lagi. Aku tau Mas Yuga itu sepupunya yang paling dekat. Jadi, tolong, Mas. Bujuk dia biar nggak ngambek lagi."

Terpaksa Menikahi Si Gendut (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang