🍓24. Disha dan Yuga🍓

2.3K 229 35
                                    

Disha dan Yuga  putuskan untuk makan malam bersama di apartemen Yuga, dulu sebelum mereka kembali ke rumah. Sudah cukup lama rasanya mereka tak melakukan ini berdua dan saling bercerita. Yang dulu Disha paling suka bercerita banyak hal kepada sang kakak sepupu.

Hari ini keduanya tak banyak bicara. Lebih tepatnya, Disha yang memilih untuk diam sejak tadi. Ada perasaan yang aneh ia rasakan ketika melihat keakraban diantara Yuga dan juga Tya. Karena sejak dulu ya selalu merasa kalau Yuga banyak memberikan perhatian kepadanya.

"Kamu memang sedekat Itu ya, sama dia Mas?" Disha bukan suara dan akhirnya bertanya kepada Yuga. Tentu saja yang harus menanyakan hal ini untuk mengobati rasa penasaran yang ia rasakan.

"Sama siapa? Tya?" Yuga mencoba meyakinkan pertanyaan yang terlontar dari bibir sang adik sepupu.

Disha menganggukkan kepalanya. Tentu saja yang ia maksud adalah gadis gendut yang ikut bersama mereka tadi.

"Ya maklum dong kalau kita akrab. Aku sama dia kan emang mau nikah." Yuga menjawab tanpa bisa menatap lawan bicaranya. Rasanya berat sekali harus membohongi gadis yang selama ini ada dalam hatinya.

Disha mengenal nafas, terasa berat ketika ia harus meyakinkan diri melepaskan. "Mas, kamu bilang mau Biarin aku nikah duluan. Kamu malah yang nikah duluan ninggalin aku? Nanti kalau aku butuh teman curhatan cerita gimana?"

Yuga memang pernah berjanji akan selalu ada untuk Disha. Namun itu tentu saja sebelum sang nenek tiba-tiba memintanya untuk menikahi gadis gemuk. Bukan ia tak ingin menepati janji itu, tapi dalam hatinya ada rasa tak nyaman karena terus saja diminta untuk menikah.

"Kamu kan memang seharusnya nikah duluan. Harusnya bulan lalu kan?"

Disha anggukan kepala. "Iya, tapi kan kamu tau sendiri, aku sama mas Ahbi selalu aja berantem."

Sebenarnya Yuga, sangat mengerti dan tahu mengapa pertikaian di antara keduanya selalu saja terjadi. Ahbi dan Disha memang saling mencintai tetapi keduanya sama-sama egois. apalagi, Disha sangat manja dan selalu ingin diperhatikan. Sementara kekasihnya sibuk dengan banyak pekerjaan dan bisnis di luar. Hal itu yang membuat Disha sering merasa curiga dan membuat keduanya bertengkar satu sama lain.

"Kamu harus nyoba diri kamu supaya bisa lebih mandiri lagi." Yuga mencoba untuk menasehati meski mungkin tak akan terlalu berpengaruh untuk gadis itu.

"Kamu aja bisa nerima aku kenapa Mas ahbi enggak?" Disha berkata lagi.

"Orang itu beda-beda Dis. Gimana cara mereka menanggapi orang juga beda-beda kamu nggak bisa sama karena aku sama tunangan kamu." Yuga mengatakan hal itu agar Disha bisa bersikap lebih dewasa dan tak manja lagi.

Disha terdiam, perasaan hatinya kian mencekam ingin marah namun Rasanya tak tepat. "Mas aku enggak rela." Katanya kemudian menatap tegas kepada laki-laki di hadapannya itu.

Yuga hela napas, kemudian menatap ke arah gadis yang kini juga tengah menatap dirinya itu.  "Rela nggak rela, harus rela. lagian kamu tahu kan kata-kata Ibu kamu apa kemarin itu? Nggak boleh ada hubungan di antara aku dan kamu. Kita itu sepupuan dan itu nggak elok, nggak baik kalau kita terus Sama-sama bertahan sama hubungan yang dilarang."

"Itu karena kamu nggak pernah mau memperjuangkan aku."

"Lagi pula Apa yang harus diperjuangkan lagi? Bahkan kamu udah sama-sama Ahbi, sebelum kita benar-benar memulai?" Yuga Sebenarnya dulu sudah menyatakan perasaannya dan mereka sudah saling suka dan mengetahui perasaan satu sama lain.

Dan saat itu Disha memberitahu kepada sang Ibu mengenai perasaannya kepada yuga. Tentu saja itu dilarang menurut adat yang mereka pahami. Dan sejak itu Disha sudah diminta untuk menjauh dan tak lagi sering main ke rumah Nindy untuk bertemu dengan sulung mereka.

"Lihat kamu sama dia hatiku sakit banget. Kalau gitu aku nggak mau ketemu sama kamu dan dia lagi." Disha berkata sambil menghapus air matanya.

Yuga jelas merasa iba apalagi sampai saat ini hanya Disha yang berada di dalam hatinya. Yuga bangkit dari duduk, kemudian berjalan menghampiri. Pria itu memeluk Disha, seraya menepuk-nepuk punggung Disha. Kemudian ia menyamakan tubuhnya dengan Disha.

"Kamu jangan buat aku berat dong. Lagian kan emang udah jelas kita nggak bisa sama-sama." Yuga mengatakan lagi meski ini juga berat untuknya tetapi ia harus melakukan itu.

"Seandainya aku batal pernikahan, Apa kamu bisa batalin pernikahan kamu juga?"

***

Sementara itu saat ini Tya tengah berada di kamar bersama sahabatnya, Arin. Ketika menjelang liburan seperti ini memang Arin sering menginap. Rumah milik sahabat itu sudah seperti rumahnya sendiri. Seperti saat ini saja Arin tengah membuat kopi sementara Tya berada di depan TV sibuk menyaksikan drama Korea yang tengah mereka tonton bersama.

Setelah membuat dua cangkir kopi ya kembali ke ruang tengah kemudian memberikan salah satunya kepada sahabatnya itu. "Sebenarnya gue penasaran deh gimana awalnya lo bisa deket sama Pak bos?"

"Lo kan tahu kalau Pak Yuga itu, kakaknya Vhi."

"Iya kalau itu gue tahu. Tapi kan setahu gue kalian nggak terlalu deket. Bahkan kalian sama sekali dan jarang banget ngobrol kan?" Arin terus saja bertanya karena ia tak bisa dibuat merasa penasaran seperti itu.

Tya menatap ke arah Arin, sama sekali tak diberikan jawaban untuk menjawab pertanyaan ini. "Kalau gue kasih tahu gue yakin lo bakal ngakak."

Mendengar jawaban dari temannya itu, Arin malah mengerutkan keningnya. "Kenapa gue bakal ngakak?"

"Soalnya memang alasannya aneh banget. Kalau lo tahu gue yakin lo bakal ketawa."

Arin kemudian merubah posisi tubuhnya dan menatap ke arah Tya, jadi semakin penasaran ketika ia dikatakan akan tertawa setelah mendengar alasan kedekatan di antara sahabatnya dan sang atasan. "Ya udah, kalau gitu lo kasih tahu ke gue alasannya apa?"

Sebelum mengatakan alasannya Tya, menatap ke arah Arin. "Sebenarnya, gue sama Pak Yuga itu, dijodohin sama neneknya Pak Yuga, nenek Kinar."

"Dijodohin gimana?" Arin malah semakin bingung, karena bisa-bisanya sahabatnya itu dijodohkan seperti ini.

"Jadi nenek Kinar itu kayak punya six sense gitu loh. Jadi dia baca future-nya pak Yuga, dan menurutnya Pak Yuga itu harus nikah sama perempuan pilihannya. Dan gue nggak tahu dari mana akhirnya gue yang dipilih buat nikah sama Pak Yuga."

Mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya Arin sama sekali tak tertawa. Justru semua jadi jadi terasa aneh untuknya. "Dan lo mau gitu aja?"

Tya menggelengkan kepalanya. "Tadinya gue nggak mau. Tapi akhirnya, begitu gue ketemuin sama Bu Kinar dan ibu Nindy, mereka kayak kasih keyakinan Kalau Pak Yuga itu, bisa jadi seseorang yang baik buat gue ke depannya nanti."

"Dengar kayak gini gue malah jadi takut. Masalahnya Kita kan nggak tahu siapa tahu Pak bos itu punya seseorang yang lain. Gue takut lo yang disakiti nantinya. Apalagi lo tuh susah dibilangin kalau baik sama orang, apalagi kalau udah Sayang pasti jadi nggak enakan." Arin justru merasa cemas karena ini semua terasa sungguh aneh dan juga masih sulit untuk diterima dalam pikirannya.

"Pokoknya lo doain aja ya? Supaya semuanya bakal baik-baik aja sampai besok dan seterusnya," ucap Tya.

"Kalau buat doa sih Jangan cemas, Gue bakal selalu doain lo kok."

***

Boleh ga tiap aku up minta komen 1.. next atau semangat gitu gapapa.
🥲

Terpaksa Menikahi Si Gendut (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang