🍓27. Lamaran 🍓

1.7K 195 27
                                    

Ratih berada di dapur menyiapkan ayam goreng bacem andalannya yang akan dia sajikan nanti kepada orang tua Yuga yang akan datang ke rumah malam ini. Ratih merasa senang karena pada akhirnya Tya akan menikah dengan seseorang yang akan menjaganya nanti. Banyak harapan yang digantungkan oleh Ratih. Ia berharap Yuga akan menjaga dengan baik.

Ratih sengaja meliburkan dirinya dari pekerjaan hari ini agar bisa mengurus semuanya bagi Tya. Sebagai seorang ibu hari seperti ini adalah hal yang membahagiakan sekali untuknya. Meskipun tak lahir dari rahimnya, Tya sudah seperti anaknya sendiri.

"Adik kamu masih di kamar?" Ratih bertanya kepada Bumi.

Bumi saat ini tengah merapikan dan menyapu ruang tengah. Ada juga suami Ratih, Rama yang menemaninya untuk segala kebutuhan hari ini. Ketiganya hari ini mempersiapkan semua dengan detail. Sederhana memang, tapi dilakukan dengan sepenuh hati dan harapan besar.

"Masih ada di kamar Bun. Tadi pulang kerja, nggak langsung dimake up. Mandinya kan dia lama." Bumi menjawab pertanyaan Ratih masih sambil sibuk dengan pekerjaan yang tengah ia lakukan.

"Ya udah, kalau kayak gitu bunda mau ke atas dulu ngelihat ya?" Ratih kemudian berjalan menuju kamar Tya.

Sama dengan Ratih, Bumi begitu bahagia, meski ada keraguan yang dirasakannya. Sebagai kakak ada perasaan ketakutan yang ia rasakan. Karena harus melepaskan adik perempuan dan keluarga satu-satunya. Adik perempuannya adalah hal yang paling berharga yang ia jaga dari dulu sampai sekarang.

Tya sudah pulang kerja, tengah didandani oleh teman Ratih. Sudah siap sejak beberapa menit yang lalu. Rambut gadis itu diikat sebagian kemudian setengahnya dibiarkan terurai, ia juga menggunakan sebuah gaun berwarna peach yang dipadupadankan dengan yang satu dengan kebaya. Tya dirias dan didandani dengan sangat cantik. Kelihatan malam itu sengaja dibuat Korean look, model seperti itu sangat cocok di wajah Tya.

Ratih membuka pintu, kemudian berjalan masuk ke dalam. Tersenyum melihat anak gadisnya yang telah siap. "Cantik betul anak ibun," pujinya.

Tya tersenyum, sepertinya karena makeup kali ini dibuat lebih tebal jadi membuat Ratih pangling. "Ini make up Bun." Tya menjawab.

Ratih duduk di hadapan Tya. Menatap lekat pada gadis yang kini sudah beranjak dewasa itu. Rasanya baru kemarin melihat Tya yang menanis meminta ibu dan ayahnya kembali, kemudian tumbuh menjadi remaja yang selalu membuat sekitar bahagia. Ratih begitu menyayangi Tya ada rasa haru yang kini mendesak air matanya untuk menetes. Ini baru lamaran saja, rasanya sudah seberat ini untuk melepaskan.

"Baru lamaran rasanya udah enggak karuan perasaan Ibun. Gimana kalau kamu nikah bulan depan?" Ratih bertanya sambil genggam tangan Tya dan memainkan dengan tangannya.

Tya juga tak kalah sedih membayangkan harus membohongi sang bunda. Ratih pasti sangat kecewa jika tau kenyataan yang sebenarnya. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Tak mungkin mundur dari pernikahan ini.

Rasa haru menyeruak di dalam ruangan. Tya dan Ratih saling berikan kasih sayang. Berharap pada kebaikan yang akan hadir dalam hidup Tya. Saat itu pintu terbuka, menunjukkan sosok Bumi. Pria itu sudah rapi mengenakan kemeja batik pemberian Ratih.

"Tamunya udah datang." Bumi berujar.

Sebelum turun, berjalan mendekati sang adik yang duduk sambil menatapnya. Bumi berjongkok dan memegang pinggiran kursi yang diduduki oleh Tya. "Adik mas Bumi kok cantik sekali."

Baru sepatah kata yang keluar sudah membuat air mata Tya meleleh di pipi. "Mas ih," kesalnya.

Sejauh tadi sudah menahan perasaannya sendiri dan kini ketika mendengar suara sang kakak membuat pertahanannya runtuh. Tya juga merasa tak tega jika harus meninggalkan Bumi seorang diri di rumah ini. Apalagi selama ini mereka hanya hidup berdua saja. Membayangkan kesendirian yang mungkin akan dialami oleh Bumi membuat Tya menjadi sedikit berat.

Terpaksa Menikahi Si Gendut (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang