🍓29. Pernyataan Vhi🍓

1.8K 211 46
                                    

Sejak kecil Vhi selalu mengalah, Yuga memang sejak dulu digadang-gadang akan menjadi pewaris tunggal. Dan memang pria itu yang menjadi pemimpin perusahaan. Bukan salah Yuga karena memang sejak dulu Vhi selalu dinomer duakan.  Dan usia mereka yang cukup jauh, menyebabkan perbedaan perlakuan terlihat jelas sekali. Dan Vhi, masih ingat itu sebagai hal yang menyebalkan.

Sejak dulu ingin merasakan diberikan limpahan kasih sayang oleh ibu dan sang nenek. Melakukan yang terbaik di kampus juga bukan tanpa alasan. Vhi ingin dapatkan perhatian dari ibu dan neneknya. Namun, hasilnya tetap saja nihil, tempatnya memang setia menjadi si nomor dua.

Pembicaraan semalam jelas tak akan menghasilkan apapun, sang mami dan Yuga tetap kekeh akan menikahkan Yuga dan juga Tya. Jelas Vhi jadi kecewa berat dengan keputusan itu. Semua mimpinya sia- sia harapan yang bertahun- tahun menjadi penyemangatnya tak akan terwujud. Andai ia bisa memutar waktu, dan terus mengandai-andaikan harapannya yang pupus.

"Mami ke luar aja, biar aku yang ngomong sama Vhi," kata Yuga meminta sang ibu untuk ke luar dari ruangan. Kini menyisakan Yuga dan Vhi.

Vhi menatap pada sang kakak, masih mencoba mencari kebenaran. Sementara Yuga kini duduk di kursi, pria itu hela napas memikirkan kata- kata yang akan ia ucapkan agar Vhi percaya dengan apa yang ia katakan.

"Jadi apa yang mau Mas Yuga omongin ke aku?" tanya Vhi pada sang kakak.

"Kamu mungkin enggak akan percaya dengan apa yang aku bilang ini. AKu dan Tya udah saling suka satu sama lain, enggak akan ada yang bisa batalin pernikahan ini termasuk kamu." Yuga megatakan itu dengan tegas.

Jelas hal itu terdengar lucu sekali di telinga Vhi. Ia tau betul tentang Yuga dan ap yang Yuga katakan seratus persen omong kosong bagi Vhi.

"Aku bukan anak kecil yang bisa kamu bohongin terus Mas," kata Vhi yang kemudian melangkahkan kakinya ke luar dari ruangan.

Yuga sebenarnya ingin berbicara banyak pada Vhi. Hanya saja sepertinya tak akan bisa karena sang adik yang bahkan  sudah tak berada di sana. Yuga tau Vhi itu keras kepala, akan sulit untuk meyakinkan Vhi.

Pria itu kemudian memutuskan untu mengirimkan pesan pada Tya untuk memberitahu agar calon istrinya itu tetap menjawab sesuai dengan apa yang ia minta.

Yuga:
Kalau Vhi tanya kamu harus jawab kalau kita menikah atas dasar suka satu sama lain. Kamu bisa bilang kita dekat karena kegaiatan di kantor. Apapun yang dia bilang kamu harus tetap bilang akan nikah sama saya, ngeti?

Tya:
Iya, sesuai dengan kontrak kan?

Yuga:
Iya, sesuai dengan kontrak. Saya percaya sama kamu.

***

"Gue enggak tau kapan mereka dekat, tapi Pak Yuga dan Tya emang manis bange interaksinya di kantor," jelas Arin dari balik telepon.

Pagi ini Vhi sudah mengendarai mobil  miliknya seraya menghubungi Arin,  ingin mencaritahu semua info yang diketahui sahabatnya itu mengenai Tya dan juga Yuga.

"Lo enggak bilang gue?" Vhi bertanya dengan suara yang meninggi. Sejak menghubungi Arin tadi ia masih kesal dan setelah dengar capa yang dikatakan oleh Arin juga tak membuat perasaannya menjadi lebih baik.

"Sumpah gue kira  lo tau. Dan gue pikir lo jadi balik ke Indo. Nyatanya lo malah perpajang waktu dengan ikutab workshop. Jujur aja gue pikir lo ikut kegiatan itu karena sakit hari dengar pernikahan Tya sama Pak yuga."

Vhi hanya mendesah kesal dengan kata- kata yang keluar dari bibir Arin atas semua pertanyaan yang ia ajukan. Patah hati, kecewa dan sedih. Intinya saat ini Vhi tengah hancur berantakan merasakan kekecewaan yang berkali- kali lipat.

"Mas Yuga itu enggak mungkin suka sama Tya," kata Vhi lagi.

"Terus? Suka sama siapa? Lo enggak tau sih gimana mreka berdua. Pak Yuga bahkan pernah kiss Tya di kantor." Arin menjelaskan lagi dengan antusias. Setiap kali ia ingat tentang kejadian Yuga yang mengecup bibir Tya selalu membuat ia jadi bersemangat sendiri.

"Lo di mana?" tanya Vhi.

"Kantor kenapa?" tanya Arin bingung.

"Tya udah datang?"

"Udah, lagi di pantry bikin teh. Lagi enggak enak badan dia.  Gue lagi beresin ruangan Gi--"

Vhi mematikan panggilan bahkan sebelum Arin menyelesaikan ucapannya. Vhi lalu dengan segera melajukan mobilnya menuju kantor Tya.  Ingin bertemu dan bertanya langsung pada wanita yang ia cintai. Masih tak bisa menerima keadaan.

Melalui jalanan ibu kota yang padat, Vhi masih belum lupa jalan yang ia lewati agar bisa sampai lebih cepat di kantor. Begitu ia tiba, sengaja memarkirkan mobilnya tak jauh dari pintu utama. Pria itu segera ke luar dari dalam mobil, berjalan dengan cepat masuk ke dalam kantor sambil sibuk dengan ponsel di tangannya. Ia mencoba untuk menghubungi Tya.

"Di mana?" tanyanya ketika panggilannya diterima.

"Kantor, kenapa Vhi?"

"Di mana? Ruangan Gilang atau di mana?" tanya Vhi lagi.

"Lagi di taman belakang. Kenapa?"

Vhi tak menjawab ia berjalan dengan cepat menuju taman belakang. Sejuta pertanyaan sejak kemarin menghinggapi pikirannya dan ia harus segera bertanya mengenai apa yang terjadi sebenarnya. Semua masih sangat janggal dan sulit untuk ia terima. Vhi masih percaya kalau pernikahan anatara Tya dan juga Yuga hanya omong kosong belaka.

Di taman, ia bisa melihat Tya yang duduk seraya memegang cangkir berisi teh dengan madu dan lemon buatannya.Tak bisa tidur semalaman dan itu buat ia merasa tak enak badan. Tya bisa melihat Vhi yang berjalan cepat mendekat.

"Vhi?" sapanya sambil tersenyum ketika melihat sahabatnya itu kini ada di dekatnya.

"ikut gue," ajak Vhi.

"Ke mana?" tanya Tya bingung.

"Lo harus jelasin semua, berdua." Vhi katakan itu dengan tegas.

Tya jelas merasa bingung karena ia merasa tak ada hal yang perlu ia jelaskan. "Jelasin apa?" tanya gadis itu lagi.

Vhi menggandeng tangn sahabatnya itu. Tye mengikuti saja, karena seperti biasa kelemotannya membuatnya menurut ditengah kebingungan yang ia rasakan. Vhi berjalan sambil genggam tangan Tya berjalan menuju pintu utama ia harus bicara dengan Tya berdua saja.

Di sisi lain, Yuga baru saja datang dari arah pintu utama berjalan masuk. Pria itu baru saja tiba kemudian berjalan tanpa tau kalau ada sang adik. Ia berjalan diikuti oleh salam dan sapaan dari para karyawan.

Sementara itu Vhi Berjalan dari arah yang berbeda. Menggandeng tangan Tya yang menatapnya dengan tatapan bingung. Semua begitu tiba-tiba, dan Vhi seolah sama sama seperti Yuga yang sering kali membuatnya terkejut.

"Mau kenapa sih Vhi?" Tya bertanya dan tak ada jawaban dari pria itu.

Vhi terus berjalan dengan langkah cepat, membuat Tya kadang kesulitan mengikuti. Lalu saat itu Yuga melihatnya, keduanya lalu saling menatap.

Terpaksa Menikahi Si Gendut (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang