🍓33. Disha dan Vhi🍓

1.7K 195 12
                                    

"Gilang, kamu sama Tya ke ruangan saya sekarang, ya. Ada yang harus saya diskusikan dengan kalian."

Tanpa berkata apa pun lagi, Yuga langsung menutup sambungan teleponnya. Dia bahkan tak menunggu sampai Gilang menjawab perintahnya. Dia yakin sekali kalau Gilang akan menuruti perintahnya tanpa banyak bertanya seperti biasanya.

Meskipun sering kali brainstorming dan banyak ketidakcocokan mengenai ide dan banyak hal, tapi kerjasama mereka sebagai tim sangat bagus. Gilang tidak pernah membantah untuk hal-hal yang tidak perlu. Jadi, Yuga yakin, kali ini pun akan sama.

Setelah itu, Yuga kembali menghadap tumpukan file di depannya. Niatnya, dia ingin kembali fokus kerja dan tidak memikirkan Tya, orang yang membuatnya harus mencari alasan untuk memanggil perempuan itu ke ruangannya.

Yuga mendengus kecil saat teringat lagi pada Tya. Semalam dia tidak bisa tidur karena kepikiran gadis itu. Bukan karena Yuga rindu atau semacamnya, tapi karena dia khawatir rahasianya akan dibongkar Tya pada Vhi, adiknya. Dan kebetulan juga, Vhi pun semalam pulang sangat larut. adiknya itu pulang saat semua orang di rumah sudah terlelap dan kembali pergi pagi-pagi buta.

"Masuk!" sahutnya saat terdengar suara ketukan di pintu kantornya.

Tak lama, pintu terbuka dan Gilang pun masuk. Sendirian. Yuga tahu pria itu sendirian karena setelah masuk, Gilang segera menutup kembali pintu ruangannya. Tentu saja itu membuat kerutan di dahi Yuga makin dalam.

"Saya 'kan, nyuruh kamu dateng sama Tya sekalian. Kenapa ditinggal?" sungut Yuga.

Lalu, tanpa menunggu jawaban dari Gilang, tangannya kembali meraih pesawat telepon di mejanya dan memencet nomor ekstensi Tya. Dia menunggu selama beberapa saat dengan kesal karena Tya tak kunjung mengangkat panggilannya. Ke mana sih, dia jam kerja begini?

Sementara itu, di seberang mejanya, Gilang berusaha untuk menjelaskan situasinya, hanya saja, Yuga tak pernah menatap padanya, sehingga berkali-kali Gilang urung menyampaikan maksudnya.

"Halo?"

Yuga mengedip heran. Bukan suara Tya? "Ini siapa? Tya mana? Suruh dia ke ruangan saya sekarang ju—"

"Maaf, Pak. Ini Arin. Tya hari ini nggak masuk."

Lagi-lagi Yuga menutup sambungan telepon. Kali ini cukup keras sehingga membuat Gilang sedikit terlonjak kaget.  "Kenapa kamu nggak bilang kalo Tya hari ini nggak masuk?"

"Eh itu—"

"Sudah, keluar kamu." Yuga melambaikan tangannya mengusir.

"Tapi, Pak ...."

"Sekarang, Gilang." Yuga mengulang tegas.

"Baik, Pak. Permisi."

Gilang buru-buru pergi meninggalkan ruangan Yuga meskipun masih bingung. Bukannya tadi dia diminta ke ruangan Yuga karena ada yang ingin dibahas bersamanya mengenai pekerjaan? Terus kok, sekarang ... Gilang jadi pusing sendiri memikirkan mood bosnya.

***

Yuga tetap menatap lurus ke depan saat pintu bagian penumpang mobilnya dibuka dan seseorang masuk menyamankan dirinya sebelum kembali menutup pintu. Definisi ada tapi tak ada cukup cocok menggambarkan keadaan Yuga saat ini.

Terpaksa Menikahi Si Gendut (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang