🍓26. rencana lamaran 🍓

1.5K 132 25
                                    

Yuga sadar kalau ada yang salah dengan hubungannya dengan Disha. Meskipun begitu perasaannya benar-benar tak bisa ditahan. Yuga sangat mencintai adik sepupunya itu, dan seolah rasanya sulit untuk lepas.

Pagi ini ia terbangun dan menatap layar ponselnya penuh dengan panggilan dari sang adik. Yuga kemudian memutuskan untuk menghubungi Vhi. Tak lama sampai panggilan itu diterima oleh adik laki-lakinya.

"Kenapa? Tumben kamu te-"

"Mas beneran mau nikah sama Tya?" Vhi bertanya langsung ketika panggilannya diterima.

"Iya, tiga minggu lagi. Dia udah kasih tahu kamu ya?" Yuga bertanya dengan wajahnya yang masih tersenyum.

"Kenapa harus Tya? Sejak kapan Mas deket sama dia? Dan kenapa pilih dia jadi istri mas? Nggak bisa kamu milih orang lain? Kenapa harus dia?!" Vhi bertanya lagi dan kali ini terdengar nada suara sang adik yang kesal.

Tentu saja hal itu membuat Yuga merasa heran. Karena selama ini jarang sekali adik laki-lakinya itu marah seperti ini. "Kenapa kamu marah kayak gitu? Ya karena memang kita mau nikah dan saling suka." Yuga menjawab pertanyaan itu dengan asal.

Terdengar suara Vhi yang mendengkus. "Saling suka? Kamu suka sama dia? it's a joke. Selama bertahun-tahun Aku sengaja nahan perasaan aku. Aku yang suka sama dia, dan aku berniat untuk melamar dia setelah pulang dari kuliah nanti! Jangan bercanda mas, kalau memang kamu nggak ada perasaan sama Tya, tolong Jangan paksa hubungan kalian!"

Yuga sebenarnya iba dengan sang adik yang memohon seperti ini. Tetapi semua sudah direncanakan dengan baik. Dan dirinya tak mungkin lagi mundur untuk itu. Lagi pula, ini adalah permintaan sang nenek. Yuga tak bisa bertindak apapun selain menerima. Lagi apa rasanya akan malu kalau semua yang sudah dipersiapkan terpaksa harus dibatalkan.

"Sorry Vhi, kadang-kadang kita harus bisa menerima kenyataan. Kamu bisa dapat perempuan yang lebih baik kan?" Yuga bertanya.

"Mas?! Aku akan balik ke Indonesia hari ini. Selama ini aku udah banyak mengalah untuk kamu. Sejak kecil kamu selalu diprioritaskan. Dan aku cuman punya Tya, mau rebut dia juga?!"

"Pernikahan ini nenek yang ngatur. Vhi, sebagai Kakak aku minta maaf. Tapi aku tahu kalau kamu akan dapat seseorang yang lebih baik diband-"

"Aku cuma mau sama Tya!" Vhi kesal kemudian mematikan teleponnya.

"Maaf Vhi."

Yuga sebenarnya tak tega setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Vhi. Hanya saja, Ia berpikir kalau pernikahannya hanya sebuah pernikahan kontrak yang terjalin selama 2 tahun. Setelah itu sang adik bisa kembali mengejar gadis yang ia sayangi. Jadi ia merasa tak masalah sepertinya, karena hubungannya dengan Tya, tak akan lebih dari 2 tahun.

Setelah mendapat panggilan tadi pria itu segera membersihkan diri dan berjalan turun ke lantai bawah untuk sarapan. Rasanya jadi sedikit tak karuan setelah mendapatkan panggilan telepon dari Vhi. Masih merasa tak enak meskipun terus mencoba berpikir kalau semua akan baik-baik saja.

"Hari ini kita jadikan ke rumah Tya?" Nindy bertanya kepada putranya itu.

"Jadi, aku belum bilang lagi kalau kita mau ke sana."

"Kamu gimana sih Ga? Ya Coba bilang dulu nanti kita ke sana nggak ada siapa-siapa."

"Aku udah bilang cuman belum ingetin aja, soalnya dia kan suka lupa. Memang di rumah Dia nggak ada siapa-siapa. Waktu aku ke sana juga gadis itu sendirian." Yuga berkata kemudian meneguk air putih miliknya.

Mendengar perkataan itu, membuat Kinar dan juga Nindy saling tatap. Mereka tak menyangka kalau Yuga juga menyempatkan diri mampir ke rumah Tya.

"Kamu nemenin Tya?" Nindy bertanya dengan penasaran.

"Iya, kakaknya itu suka pulang pagi karena harus kerja sampai malam."

"Ya udah, setelah ini dia Jadi ada temennya kalau nikah sama kamu. Kamu juga Jadi ada temennya kalau di apartemen jadi ditemenin sama istri." Nindy berkata lagi seraya melirik ke arah putra sulungnya itu.

Yuga sempat terpaku sejenak, kemudian ia kembali melanjutkan kegiatan sarapan paginya. Setelah selesai sarapan pria itu segera melangkahkan kakinya untuk bekerja. Suasana pagi itu seperti biasanya jalanan padat merayap. Beruntung Yuga tak pernah berangkat terlalu siang. Sehingga menyebabkan dirinya tiba di kantor tepat waktu.

Setelah tiba di kantor, ia tak segera melangkah menuju ruangannya. Pria itu memilih untuk menghampiri calon istrinya ke ruangan Gilang, yang kini tengah sibuk dengan persiapan tema musim ini. Di ruangan itu ia bisa melihat Tya sudah sibuk pagi ini dengan merapikan beberapa dokumen di meja kerja Gilang.

"Ty?" Yuga menyapa membuat gadis itu menoleh.

Beruntungnya di ruangan itu Gilang belum tiba dan saat ini Arin tengah berada di toilet. Jadi tak ada kehebohan di sana saat sang bos melangkahkan kakinya Ke ruangan mereka.

Tya berjalan menghampiri. "Kenapa Pak? Tumben pagi-pagi ke sini?"

"Hari ini saya mau ke rumah kamu."

"Ke rumah saya?" Tya bertanya balik karena iya tak ingat kalau Yuga pernah mengatakan akan ke rumahnya.

"Kita nikah sebentar lagi dan aku belum pernah ketemu sama orang tua-" ucapan pria itu terhenti, ia lupa kalau gadis di hadapannya itu adalah yatim piatu. "Maaf," ucap Yuga.

Tya tersenyum. Tak masalah untuknya seringkali orang lupa seperti itu. "Enggak apa-apa kok pak. Orang yang sering lupa. Jadi santai aja."

"Maaf. saya cuman mau ketemu sama kakak kamu, dan ngelamar kamu secara langsung. Bagaimanapun juga pernikahan ini benar-benar akan diadakan. Dan memang keluarga sudah harus ketemu kan?"

"Kebetulan hari ini juga ada Bunda. Nanti biar saya bilang ke dia ya Pak supaya siapin semua."

Yuga anggukkan kepalanya setuju. "Bunda itu siapa?"

"Itu adiknya mendiang ibu yang ngurus saya sama Mas bumi. Jadi udah seperti ibu kami sendiri."

"Ya udah, kalau kayak gitu nanti saya kabarin lagi." Yuga berkata mengakhiri pembicaraan di antara dirinya dan juga Tya.

Setelahnya pria itu berjalan ke luar ruang kerja Gilang. Hari ini adalah hari di mana mereka akan memulai semua hingga hari pernikahan nanti. Yuga berharap semua akan berjalan lancar karena ia tak mau hal ini mengganggu pekerjaannya.

Tya masih terpaku sejenak di tempat sampai atasannya itu masuk ke dalam lift. Ini masih terasa seperti mimpi untuknya, tapi tetap akan ia jalani dengan baik.

"Kenapa lo diem di situ?" Arin yang baru saja kembali dari toilet bertanya kepada sahabatnya itu.

"Hari ini Pak Yuga mau ke rumah gue. Dia mau ngomong secara langsung ke mas Bumi dan Bunda," jawab Tya.

"Ya bagus dong. Kan emang harus segera diresmikan karena kalian udah jadi buah bibir di perusahaan. Gue juga nggak rela kalau lo Terus diomongin tanpa hubungan yang jelas. Lagian kalau lo nikah, Sarah pasti ngamuk-ngamuk. sumpah itu yang gua harapkan selama ini, ngelihat dia kehilangan kepercayaan dirinya. Karena selama ini sok keganjenan, kecantikan," kata Arin dengan bersemangat. ia membayangkan Bagaimana Sarah akan menjadi kesal karena sahabatnya akan menikah dengan atasan yang selama ini menjadi incaran Sarah.

Tya hanya menggelengkan kepalanya kemudian kembali melakukan pekerjaannya yang tertunda.

***

Isinya sama kak cuma habis aku revisi aja.... happy reading 🤗

Terpaksa Menikahi Si Gendut (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang