4. menyerah atau berubah?

2.3K 586 62
                                    

Yuvin menyanggupi permintaan Yohan yang pemuda itu sampaikan lewat Junho.

Setelah menghampiri kepala prodi, mahasiswa yang hampir selalu membawa laptop kemanapun itu mampir sebentar ke mesin penjual minuman dingin yang disediakan di dekat ruang dekanat. Memasukan kartu e-moneynya, dan memilih dua kotak susu; satu rasa cokelat, satunya rasa stroberi.

Setelahnya, dengan perasaan yang sebenarnya... agak gugup dan excited, ia berjalan ke teras kuning. Selama perjalanannya, ia memikirkan soal.. kali ini, apa yang ingin Yohan bicarakan? Untuk apa Yohan memintanya untuk menemuinya lagi? Dan pertanyaan-pertanyaan lain seputar 'kenapa Yohan mengajaknya bertemu kali ini'.

Yuvin mendecak risih kemudian menggelengkan kepalanya prihatin. Karena dari jauh, Yuvin sudah dapat melihat sosok Kim Yohan yang sedang menumpu kepalanya, menghadap ke bawah, dengan botol plastik minuman disebelahnya yang bersisa setengah.

Sebenarnya, itu botol minuman teh gitu. Tapi Yuvin yakin, isinya bukan lagi teh, melainkan amer.

Sepertinya Yohan betulan teler. Bahkan Yuvin sudah berada di hadapannya saja, Yohan tidak kunjung mengangkat wajahnya. Yuvin akhirnya mengulurkan tangan, menempelkan susu kotak yang tadi dibelinya ke leher Yohan.

Yohan berjengit kaget, tentu saja. Matanya yang sayu kini mendangak ke atas, memandang Yuvin dengan tatapan yang sulit, tidak dapat diartikan. Yuvin sendiri hanya memandangnya datar.

Entahlah, Yuvin merasa sedikit badmood dengan apa yang tengah ia lihat di depannya.

Yohan terbatuk pelan. Tangannya hendak mengambil botol minuman yang ada disebelahnya. Namun ia kalah cepat. Karena botol itu sudah disambar oleh Yuvin terlebih dahulu dan dimasukkan ke dalam pinggiran tasnya.

Yohan mendecak. "Apa sih."

"Lo yang apa." Jawab Yuvin dengan nada datar, dingin. Ia mengambil duduk di sebelah Yohan dan langsung meletakkan susu kotak di hadapan Yohan. "Minum itu aja."

"Kayak anak kecil."

"Lebih sehat."

"Nanti dibalikin gak? Amer gue?"

Yuvin menoleh dengan tatapan tak percaya. Hatinya melengos entah kenapa. Padahal, tadi Junho bilang Yohan betulan mau jadi pacarnya. Tapi.. kenapa gak ada berubahnya sama sekali? Bukankah Yuvin sudah bilang ke Yohan perihal itu? Sekarang, cowok itu justru malah berani untuk minum dan membahas minuman itu di hadapannya.

Mood Yuvin jadi semakin buruk memikirkannya. Sudahlah! Memang benar kata Hangyul, maupun Junho. Akan aneh apabila ia beneran berpacaran dengan sosok seperti Yohan. Lagipula, sepertinya tidak akan mungkin bagi Yohan menghentikan kebiasaan sehari-harinya itu.

Apalagi cuma demi Yuvin. Pft.

Yuvin pun menarik kembali botol minuman yang tadi disitanya, diletakkannya di sebelah susu kotak dingin yang ada didepan Yohan. "Nih, gue balikin sekarang." Jawabnya datar lalu lantas berdiri.

"Mau kemana lo?" Yohan, masih dengan mata yang sayu, bertanya dengan nada menyebalkan.

"Rapat." Jawab Yuvin.

"Kan lo baru dateng. Belom juga kita ngobrol."

"Males ngobrol sama orang mabok."

Yohan terhenyak dengan jawaban ketus tersebut. "Gue.. gak mabok.." cicitnya pelan.

Gak mabok? Setelah menghabiskan setengah isi botol minum yang berisi amer itu? Astaga. Yuvin ingin memukul Yohan sekarang.

Yuvin sampai tidak tahu harus merespon apa atas cicitan Yohan itu.

Yohan berdeham pelan, membersihkan tenggorokannya yang terasa kering. "Serius. Gue gak mabok. Gue masih sadar, Vin."

"Mau ngobrolin apa sih emang?" Tanya Yuvin dingin.

Yohan kembali terdiam. Sebenarnya... Ia tidak punya alasan khusus untuk menyuruh Yuvin menemuinya disini. Ia hanya.. ingin ngobrol random. Tidak ada topik atau urusan khusus.

Iapun menggeleng lemah. "Gak ada."

"Yaudah, gue rapat dulu. Lo ada kelas?"

Yohan mengangguk saja sebagai respon. Entahlah.. ia merasa sedih; berasa habis dimarahi habis-habisan.

Padahal, Yuvin tidak ngapa-ngapain, kan.

"Jam berapa?"

"Satu."

"Udah jam satu kurang sepuluh, mending lo masuk kelas sekarang." Sahut Yuvin sambil menyenggol bahu Yohan pelan. "Nanti ketemu lagi, kalo lo emang mau ngobrol."

Bahu Yohan langsung naik. Ia mengangkat wajahnya dan memandang Yuvin dengan wajah berseri-seri (meski matanya masih sangat sayu pasca hangover sedikit). "Beneran?"

"Asal lo gak ngerokok, apalagi minum sebelum ketemu gue." Jawab Yuvin, menatap Yohan tepat di matanya dengan tatapan jengah dan mengancam.

Yohan mengangguk kecil. "Iya, oke."

"Oke."

Yuvin berjalan menjauh dari teras kuning menuju ruang sekte. Yohan masih setia duduk disana, memandang punggung lebar itu yang semakin hilang dari pandangan. Pandangan Yohan kemudian beralih kearah kotak susu dan botol amer yang berdampingan dihadapannya.

Sudut bibir Yohan naik sedikit begitu sadar apa yang diletakkan Yuvin tadi. Susu stroberi. Darimana Yuvin tau kalau Yohan, diam-diam, adalah bucin susu stroberi?

Semakin memandang dua minuman di hadapannya itu, semakin ia sadar kalau keduanya sangat berbanding terbalik. Susu stroberi dengan warna pink cerah, sementara amernya berwarna ungu pekat. Keduanya sangat aneh jika berada berdampingan.

Persis seperti dirinya dan Yuvin.

Ah. Apa ia benar-benar harus mulai mengurangi jumlah rokok dan minuman kerasnya setiap hari?

Ia cuma mau jadi pacar Yuvin. Bukan mau merubah hal yang selalu jadi wadahnya mengekspresikan diri.

Yohan menghela nafas. Kini ia bimbang dengan dirinya sendiri.

Menyerah, atau berubah?

nefarious  ☆  yuyo ft. junsang ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang