8. kejujuran

2.5K 608 212
                                    

Yuvin ternyata benar-benar main ke kosan Yohan.

Sekarang, Yohan tengah merogoh tas selempangnya, mencari-cari kunci kamar kosnya lalu membuka pintu bercat cokelat tua itu.

Begitu pintu terbuka, Yuvin sangat takjub. Kosan Yohan bahkan lebih rapih daripada kamar kosnya. Semuanya terjejer rapih dan lumayan tertata- tapi memang perabotannya lebih sedikit daripada milik Yuvin.

"Sorry berantakan." Dan Yohan masih bisa-bisanya berkata seperti itu pada Yuvin yang sebenarnya, sudah dua hari tidak menyapu kamarnya karena terlalu capek sampai malas.

"Rapih kok." Jawab Yuvin. Matanya mengelilingi tiap sudut kamar bercat krem itu. "Kapan-kapan lo main ke kosan gue. Lebih berantakan dari kamar lo."

Yohan terkekeh. "Haha, kapan-kapan deh ya."

Keduanya kini duduk di lantai tanpa alas apapun. Yuvin awalnya masih asik memandangi sudut kamar Yohan, tapi tidak lagi setelah fokusnya terpecah ketika mendengar suara Yohan yang serak dan lirih.

Apa Yohan sakit?

Yuvin melirik Yohan yang benar saja, cowok itu tengah menunduk lemas.

"Han, lo sakit?"

"Hah?" Kepala Yohan terangkat langsung. "Engga sakit kok."

"Lo lemes banget keliatannya."

"Ah.." Yohan meneguk ludahnya sendiri, gugup. "Sebenarnya gue belum ngerokok lagi. Makanya lemes, asem juga mulut gue. Terakhir tadi pagi habis sarapan."

"Oh, gitu?" Yuvin terlihat sedikit panik, namun suaranya tetap terdengar sangat tenang. "Yaudah, ngerokok aja."

"Eh?"

Yuvin tersenyum tipis pada Yohan, lalu mengangguk tanpa alasan- sebenarnya, guna meyakinkan Yohan agar cowok itu tidak menahan dirinya untuk tidak segera menghisap lintingan tembakau itu. "Gapapa. Daripada lo sakit."

"Gapapa, Vin?" Tanya Yohan sekali lagi, tapi tangannya sudah bergerak menuju saku celananya, tempat ia biasa menyimpan rokoknya.

Yuvin mengangguk lagi. "Gapapa, Han."

"Oke." Jawab Yohan lempeng lalu segera menyalakan rokoknya, mengisapnya pelan dan mengeluarkan kepulan asap itu perlahan-lahan.

Yuvin menutup hidungnya sebentar, tapi tersenyum kecil kemudian. "Biasa ngerokok di dalam ruangan, Han?"

Yohan mengangguk. "Iya. Emang biasanya anak-anak sini pada ngerokok di dalem ruangan sih."

"Oalaah." Respon Yuvin sambil menatap langit-langit kamar Yohan, sambil sesekali mengibas-ngibaskan tangannya di depan hidungnya.

Sumpah, menyesakkan sekali.

"Lo mau tau sesuatu, gak?" Kata Yuvin.

Yohan, yang sudah tidak terlalu lemas lagi, menoleh kearah Yuvin dengan ekspresi penasaran. "Apa?"

"Sebenarnya, gue ngerokok."

"Hah?"

Yuvin tersenyum miring, memandang wajah Yohan yang kini menunjukkan wajah kagetnya. Ia kemudian mengangguk. "Serius."

"Jangan bercanda."

"Engga Yohan." Yuvin tertawa kecil. Tangannya terulur untuk mengetuk batang hidung Yohan untuk menyadarkan cowok itu dari wajah kagetnya. "Beneran. Gue ngerokok tiap malem. Setengah batang tiap jam 8."

"Terus kenapa.. lo gak mau deketan sama orang yang ngerokok maupun minum?" Tanya Yohan penasaran- sekaligus masih terkejut soal kejujuran yang dikatakan oleh Yuvin.

nefarious  ☆  yuyo ft. junsang ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang