Berkeringat. Panas. Bergairah. Hangat.
Yohan mengerang. Matanya tertutup rapat seiring cengkramannya pada bahu sang dominan mengerat. Mulutnya terus mengeluarkan lenguhan, memanggil nama lelaki yang kini menyentak keras penyatuan mereka. Memanggil titik putih keduanya.
Baik Yohan maupun Yuvin terengah-engah. Yuvin lantas merebahkan tubuhnya disebelah Yohan. Matanya tertutup. Berusaha menetralkan nafas dan debaran jantungnya yang sungguh kencang.
Ia memiringkan tubuhnya, menatap Yohan yang pula menutup matanya. Begitu tenang dan terlihat kelelahan. Kelincinya cantik. Namun sejujurnya, Yuvin agak terganggu dengan bekas kecupan yang ia buat sendiri. Tidak mengurangi indahnya paras Kim Yohan, tetapi kemerahan itu biasanya tidak ada disana.
"Yuvin.."
Yohan bergumam pelan. Ia tampak seperti orang yang mengigau. Padahal tidak, Yohan sungguhan memanggilnya.
"Iya?"
Yohan membuka matanya. Ia menatap tepat pada iris kelam Yuvin. Tangannya terulur, menyentuh pipi Yuvin yang berkeringat.
"Lo masih seluar biasa itu ya, Vin." Yohan terkekeh. Jempol tangannya bergerak, mengelus kulit Yuvin yang sebenarnya memiliki beberapa jerawat kecil disana. "Masih seorang kakak himpunan mahasiswa yang hebat, yang dikagumi banyak orang, bahkan dari sastra sebelah."
Yuvin terkekeh manis. Senyumnya terkembang tipis, lembut tulus kepada Yohan.
"Mana ada." ujarnya. "Berlebihan banget ah."
"Tapi serius loh." Yohan tertawa pelan.
Yuvin hampir menangis. Literally, tawa pertama Yohan yang ia lihat setelah beberapa lama lalu. Senyumnya melebar tanpa ia sadari, dan mengusak rambut Yohan– persis seperti kebiasaannya sedari dulu.
"Lo masih sama kayak dulu. Gak pernah beda apalagi berubah." Lanjutnya. "Sementara gue, udah berubah berkali-kali. Gak tau bener atau salah berubahnya."
Yohan tertawa lagi. Ia memutuskan tatapannya dengan Yuvin, dan menerawang ke langit-langit kamarnya yang berdebu– belum dibersihkan.
"Setelah semua serentetan kejadian ini, apa lo masih bakal melihat gue sebagai Kim Yohan yang sama, Vin?"
"Kok nanya gitu?" Sahut Yuvin cepat.
Yuvin dapat lihat kalau Yohan masih tersenyum tipis. Tangannya pula mengambil tangan Yuvin, dan dipeganginya.
"Ya.. karena rasanya gue udah jauh berbeda daripada Kim Yohan yang lo pertama kali sukai pas semester dua dulu." jelasnya.
Yuvin tertawa lirih. "Di mata gue, nggak ada yang berbeda dari lo, Yohan. Lo masih Kim Yohan yang sama, yang dari awal ospek jurusan, udah jatoh di lapangan parkir gara-gara telat."
Yohan mengalihkan pandangannya lagi ke Yuvin, dan merengut kecil. "Kok lo masih inget sih? Padahal kan belom ada yang kenal-kenal banget jaman itu. Masih sering lupa nama."
Yuvin tertawa. "Ya ingetlah. Kejadian paling iconic pada masanya. Dan ternyata, pemeran utamanya adalah Kim Yohan."
"Males ah males!"
Yuvin tertawa kecil. Tangannya yang bebas terulur, mencubit pipi Yohan. "Nothing is change about you, Yohan. Lo itu masih seorang Kim Yohan yang ceroboh, lawak, heboh, lucu, tempramen buruk, tapi selalu pure ke orang-orang. Judes tapi gemes. Still a baby bunny, at least for me."
Yohan tak bisa tak tersenyum pada tiap-tiap kata yang dilontarkan Yuvin. Hatinya menghangat total. Melebur dan makin mencinta. Jantungnya berdebat kencang saat Yuvin mengucapkan kalimat terakhirnya seraya mengusap pelan punggung tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
nefarious ☆ yuyo ft. junsang ✅
Фанфикnefarious (adj.) wicked, villainous, despicable. ㅡ "Lo serius mau jadiin si Song Yuvin itu jadi pacar lo? Wah, Kim Yohan, lo memang tidak bisa ditebak!" Kim Yohan, seorang manusia bebas yang tanpa ragu untuk hangover di area kampus setiap harinya, t...