34. tulus

1.8K 476 178
                                    

"Yohan."

Badan Yohan meremang seketika begitu mendengar suara yang baru saja memanggil namanya. Euforia kebebasannya dan kesenangannya bermain dibawah hujan lantas buyar, mengembalikan kesadarannya sepenuhnya- efek mabuknya pun terasa seketika hilang.

Terutama ketika tangannya ditarik paksa untuk masuk ke perlindungan atap teras kuning. Dan disaat itulah, Yohan baru bertemu wajah dengan salah satu sosok yang membuatnya kacau hari ini.

Cha Junho.

"Lo ngapain ujan-ujanan, goblok!"

Junho terlihat murka. Dilepasnya hoodie abu-abu miliknya dengan cepat dan diulurkannya tepat di dada Yohan. "Pegang!"

Yohan masih diam. Efek mabuknya datang lagi karena kepalanya sedikit pening sekarang. Atau efek karena hujan-hujanan? Entahlah. Tapi ia menuruti perkataan Junho untuk memegang hoodienya.

Tapi Junho mendecak kesal. "Kok dipegang doang?!?!"

Yohan mengernyit, meski kepalanya berputar. "Lo yang nyuruh kan?"

...Benar juga.

Junho menghela nafas kasar seraya memukul kepala Yohan sedikit keras, hingga sang empu meringis kesal. Tapi Yohan tak membuka suaranya sama sekali, apalagi ketika Junho melepas kemeja yang Yohan pakai dan kemudian memakaikan hoodie abu-abu ke tubuh Yohan.

"Masih lolot, manja pula."

"Setan!" Kesal Yohan sambil menendang kaki Junho pelan. Junho sendiri langsung membuang muka- menyembunyikan sudut bibirnya yang sedikit terangkat karena menahan tawa.

Mata Yohan bergerak kesana-kemari, celingukan. "Eunsang mana?"

"Gue suruh diam di sekre." bohong.

"Oh."

"Cepet. Katanya mau ngomong?"

Yohan membeku ditempat. Matanya tak lagi berani hanya bertumpu pada satu titik saja; berlarian kesana-kemari, asal tidak bertemu dengan wajah Junho yang terlihat mengeras.

Ia menunduk kemudian. "Lo.. sibuk?"

"Sibuk!"

"Oh.." cicit Yohan. "Sorry, sorry. Gue gak tau. Kalo gitu lain kali aja."

Junho menghela nafas lagi dan lagi. Tapi yang kali ini ia lakukan guna menahan senyumnya, karena sadar bahwa Yohan masih menjadi Yohan yang ia kenal- setidaknya kalau sedang mabuk.

Tiba-tiba ia bersyukur karena Yohan mabuk kali ini. Coba kalau lagi sadar.. yang ada Junho yang ciut, dan akan terjadi perang lagi.

"Gue bercanda, bodoh." Junho menyentil dahi Yohan pelan. "Gue gak sibuk. Mana ada sejarah kita sibuk, kan?" Ia mengulum senyum tipis. "Jadi, mau ngomong apa?" Nada bicara Junho melembut, tak seketus tadi.

Yohan menunduk. Tangannya kembali merogoh saku celananya untuk yang ketiga kalinya hari ini, dan mengeluarkan kertas bekas pembungkus permen karet.

Junho mengenali bungkus permen karet itu. Matanya membulat ketika melihatnya dan dadanya mendadak berdesir ngilu- takut, entah kenapa. Ia takut kalau Yohan risih karena pemberiannya. Ia takut Yohan tidak suka kalau di usik olehnya.

Hening masih menyelimuti mereka berdua. Tak satupun dari mereka mengeluarkan suara, meski dari gelagat, beberapa kali Yohan membuka mulutnya.

Hujan mulai mereda. Rambut Yohan yang basah juga mulai mengering. Tapi suasana diantara keduanya semakin hening.

Tapi tak lagi karena tak lama,

"HATCHIM!"

Yohan dan Junho tersentak kaget.

nefarious  ☆  yuyo ft. junsang ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang