13. drama

2.3K 581 183
                                    

Suasana fakultas sastra hari itu terasa sama dengan hari-hari biasanya. Termasuk sesosok Kim Yohan dengan pakaian kusutnya berjalan di sekitar gedung dan kemudian menduduki pantatnya di teras kuning.

Tangan kirinya yang digunakan untuk mengapit sebatang rokok ia bawa kemulutnya. Sementara tangan kanannya membuka ponselnya, menelepon Junho.

Yohan menghembuskan asap rokoknya asal. Belum sempat tombol telepon itu ia sentuh, Cha Junho sudah berada dihadapannya dengan raut wajah datar, seperti biasanya.

Junho mendudukan dirinya disebelah Yohan. Tangannya jadi ikutan mengambil rokok dari sakunya kemudian memantiknya. Lalu mendengus; karena kesal, sekaligus mengeluarkan asap hasil hisapannya barusan.

"Gue kelas siang malah disuruh kesini pagi." Protes Junho.

Yang diprotesi tertawa. "Lo juga mau mau aja sih."

"Kalo gue tolak, emang lo ada berhenti nelepon gue?" Junho menyikut lengan Yohan agak keras, dimana Yohan sedikit oleng kesamping.

Masih tertawa, Yohan menepuk paha Junho sambil menyengir lebar. "Engga sih hehehe."

"Emang udah makan lo? Kenapa nangkringnya di teras kuning?"

"Belum sih." Yohan mengisap rokoknya lagi. "Tapi gue ga laper."

"Kemarin gimana habis ketemu sama Yuvin?" Tanya Junho. Tangannya masuk ke dalam tas selempangnya, mengambil botol air mineral yang ia selalu bawa. "Dapet jawabannya?"

"Ah itu." Yohan tersenyum lebar, terlihat lega sekaligus bahagia. "Gue menang."

Junho ikutan tersenyum selepas menegak air mineralnya. "Makanya lo jangan nethink dulu!" Katanya sambil menepuk-nepuk pundak Yohan.

Yohan mengangguk setuju. Memang benar. Kemarin ia hanya terlalu termakan suasana karena nada bicara Suhwan yang sungguh mengintimidasinya. Ia terlalu kalut dan takut, sehingga ia berfikiran negatif atas Yuvin dan segala tektek bengek soal perasaan dan hubungan mereka.

Tapi nyatanya, meski Yohan sebenarnya tidak terlalu peduli, ia senang untuk mengetahui kalau Yuvin menjaga perasaannya pada Yohan.

Aih.. cie.

"Terus lo kenapa pake baju lusuh lagi sih?" Tanya Junho sambil menarik-narik baju Yohan.

"Kelas pagi anjir. Males banget gue nyetrika. Harus ngetok pintu sebelah. Gue kan ga punya setrikaan."

Matanya memindai penampilan Yohan dari ujung rambut sampai ujung kaki, kemudian mendecak resah. "Ya bagus lo masih sempet nyisir sama pakai jeans biasa. Tapi baju lo jelek banget anjir. Kenapa gak pake warna gelap coba?"

Yohan mendengus kesal karena dikomentari sebegitu jahatnya. Tapi Junho memang benar.

Ia memakai kaus hijau army yang lecek dan dibalut dengan kemeja putih yang juga sama leceknya. Bahkan kemeja putih itu tidak betulan putih bersih. Tapi putih menguning, dan memiliki beberapa spot sisa deterjen yang akhirnya menjadi bercak kecokelatan.

Ew. Gembel.

Mirip pengemis.

"Ya kalau gue lepas kemejanya, yang ada makin gak formal aja gue. Berasa mau ke pasar ikan."

Junho mendecak, kemudian menghela nafas. "Jangan sampe aja lo ketemu Yuvin hari ini?"

"Lah, kenapa?"

"Lo buluk banget anjir?? Yang ada doi ilfeel sama lo."

"Bangke." Yohan menendang Junho asal. "Kurang ajar lo kalo ngomong."

nefarious  ☆  yuyo ft. junsang ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang