Bagian 17.

40 7 0
                                    

Happy Reading.

.
.
.

"di, kamu itu gak usah labrak mereka. Biarin aja di. Itu udah kehidupan mereka"nasihat rima ketika tadi teman pemilik restoran itu menelpon rima bahwa temannya memaki maki ammar dan sang istri.

"biarin aja rim, aku itu udah gak tahan ngelihat mereka berdua bahagia sedangkan kamu, kamu menderita rim. Inget kamu itu kayak gini gara gara mereka." suara diana mulai meninggi.

Bian, alvin, afwah, fina, anan, lita dan lina
Yang berada di ruangan itu pun hanya bisa diam, melihat perdebatan kedua sahabat itu. Anan pun sempat kaget, biasanya diana yang tak pernah berbicara intonasi tinggi kini tinggi sekali bisa dibilang menjerit.

"ya aku tau, tapikan bukan istrinya di yang salah. Yang salah itu suaminya bukan istrinya. Kamu taukan istrinya itu wanita sama kayak aku, kamu dan yang lain." ujar rima lembut.

"kamu itu kenapa sih rim malah belain istrinya. Yang jelas jelas istrinya yang ngerebut ammar dari kamu" jengkel diana.

"iya aku tau diana. Ya udah biarin, mungkin sekarang aku ngerasain sakit sesakitnya dan mereka bahagia. Belum tentu waktu yang akan datang di. Mungkin juga sebaliknya, aku yang bahagia dan mereka entahlah. Ingat di, roda kehidupan, roda takdir semuanya pasti berputar ketika tuhan sudah berkata ya."

Semua mendengar ucapan rima pun tertegun, diana pun diam saja sedangkan alvin tersenyum lirih.

"udah lupain aja, jodoh, rezeki dan maut semuanya ada di tangan yang diatas. Ingat di, jadilah seperti air mengalir mengikuti kemana arusnya mengalir, maka kau akan mendapatkan kebebasan seperti yang kau inginkan juga mendapatkan kebahagian nantinya. Udah aku capek mau tidur, besok kita pulangkan. Dan nan periksa paspor, visa atau yang lain!!!. Kak rima capek banget" pesan rima, setelah itu dia pergi memasuki kamarnya. Lalu menutup pintu...

Mereka mendengar itu terdiam semua, anan yang mendengar pesan rima langsung menjalankannya tapi....

Hiks....

Hiks..

Hiks....

Ya, suara tangisan rima dapat mereka dengar cukup jelas.

Diana yang tadi marah kini jatuh menangis juga dalam dekapan suaminya, lita dan lina pun ikut menangis mendengar tangisan rima begitu pilu.

Dilain sisi...

Rima yang sudah menutup pintu tak dapat menahan tangisannya, rima menangis di balik pintu kamar. Menangis, meratapi akan nasib baik belum berpihak pada rima sepenuhnya.

Rima marah, ya. Tapi rima pendam, rima tak mau melampiaskan pada orang tak bersalah. Bahkan diana pun tau kalau rima menahan amarahnya.

Sedih, ya. Sangat menyedihkan kalau di nasib percintaanya.

Bahagia, ya. Karena sudah bertemu ibu kandung dan mendapat fakta bahwa sang ayah sudah meninggal ketika dirinya dalam kandungan sang ibu.

Menyesal, ya. Menyesal karena mengharapkan yang tak pasti.

Itulah yang rima rasakan saat ini. Bahkan karir yang sangat bagus pun tak dapat ia rasakan kebahagian sepenuhnya.

.......

Esok hari.

Mereka semua bersiap untuk pulang kembali ke tempat tinggal mereka. Semuanya sudah ada di bandara. Semua orang sudah banyak berbincang tapi tidak untuk rima. Rima memilih diam saja, dari keluar penginapan, lalu di perjalanan bahkan sekarang di bandara pun masih enggan mau mengeluarkan kata kata dari mulutnya.

Ku Bahagia Karnanya. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang