28. Alvin (ke dua)

45 6 0
                                    


Heppy reading

.
.
.

Hari hari ku lewati tanpa tujuan yang pasti. Aku tak pernah melihat lagi dirinya. Aku mencoba mencarinya, menyisihkan waktu kerja ku, supaya dirinya bisa aku temukan

Tak juga aku temukan gadis pencuri hatiku.
Mama pun sudah mulai jengah dengan sikapku yang tak peduli akan seorang wanita, untuk di jadikan sang istri.

Dan adikku, dirinya selalu menjadi penengah di antara aku dan mama, di saat mama selalu menanyakan tentang calon istri.

Pada akhirnya fina selalu bercerita tentang seorang wanita yang menjadi guru ketika di tempat fina menari.

"jadi guru tarimu itu tak menari lagi? Atau bagaimana?" tanya ku sedikit penasaran.

"iss abang, fina kan sudah bilang. Untuk sekarang dianya jarang masuk. Soalnya kak indah meninggal sebulan yang lalu karena korban tabrak lari" ucap fina .

"padahalkan kak indah itu orangnya baik, jago nari, selalu perhatian sama sekitarnya. Dan fina pun merupakan murid yang paling deket sama kak indah. Eehhh malah pergi duluan. Fina kasihan sama sahabatnya kak indah. Walau terkadang kak indah suka jahil, tapi kak indah peduli" lirih adikku yang sangat mengambarkan kesedihan.

"terus?" tanyaku yang menonton tv.

"sahabatya kak indah sedih banget, bang. Sudah sebulan full, belum juga mau kesanggar"jawab fina.

"sudah sudah, kalian ini... Enggak lihat udah jam berapa?" tunjuk sang mama ke arah jam dinding. "mendingan tidur adek, kamu kan besok mau ke kampus kan? Dan abang tidur juga!!!"

......

Aku berjalan cepat diatas trotoar, tak memperdulikan apa yang akan menghalangi jalanku. Aku sudah terlambat untuk menemui seorang temanku.

Setelah sampai di parkiran mobilku, aku langsung mengendarainya dengan kencang.

.....

Aku akhirnya sampai di parkiran restoran, tempat pertemuanku dengan teman lama.

Ketika aku masuk ternyata dirinya belum datang,

"shit, gue dateng cepet cepet mikirin dia tapi dianya belum datang" umpatku.

Aku pokus pada hpku, untuk menghubungi temanku supaya cepat datang.

"maaf anda mau pesan apa?" tanya wanita.
Aku terkejut mendengar suara itu, jantungku pun dag dig dug ngak karuan.
Aku langsung melihat, dan ternyata benar itu gadisku yang selama ini aku rindukan. Dirinya pun bertambah cantik, elegan, sederhana. Sangat terlihat seperti orang dewasa. Tak seperti penampilannya ketika aku lihat di cafe itu, dulu memakai pakaian putih abu abu dan tubuhnya pun sedikit lebih besar di bandingkan teman di sebalahnya di cafe itu.

Tapi kini, tubuhnya pun kian menyusut menjadi langsing bak model iklan fashion busana. Tingginya hampir sama dengan ku, kulitnya sangat putih bersih. Bulu matanya sangat lentik, tatapan matanya yang tajam, polesan make up begitu tipis. Tak ada yang menonjol nonjolkan.

Hampir sama dengan yang dulu hanya beda bentuk tubuh saja. Membuat jantungku bertambah kian cepat berpacuh.

"mas... hello" ucapnya sambil melambaikan tangannya di wajahku.

Aku pun tersadar,  "ya..." jawab ku sedikit gugup.

"maaf anda mau pesan apa?" tanyanya lagi.
"saya mau pesan americano satu" balasku berpura pura datar.

Ku Bahagia Karnanya. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang