Bagian 14.

43 7 0
                                    

happy reading.
.
.

Alvin POV.

Ketika sampai di kasir, aku melihat rima membayar pembelanjaannya. Ketika aku melihat pembelanjaannya pun aku terkejut, karena baru masuk untuk membeli tas untuk orang tuanya saja. Harga yang cukup pantastis hanya untuk 3 buah tas kecil.

Tapi ketika aku melihat raut wajahnya ketika membayar pun ,rima seperti tak kehilangan uang yang sebegitu banyaknya. Ketika sudah membayar pun tas itu rima membawahnya dengan ikhlas. Ia tak mau tante lina ataupun tante lita membawahnya.

Ketika asik memandangi rima, bahuku di senggol oleh diana. Aku mengalihkan pandanganku, supaya aku bisa melihat diana yang berada di sampingku.

Diana tersenyum "kamu kaget ya al? Kalau saya sih biasa saja. Itu belum seberapa kalau bagi rima. Dan ya, kamu gak usah takut kok, kalau nanti rima akan nolak kamu. Karena rima menyayangi seseorang tak melihat seberapa kaya dan mampu kah dia. Rima hanya melihat seseorang dari hatinya bukan cuma dari matanya."jelas diana.

Aku diam sejenak. "di, biasa rima kalau belanja emang kayak gitu ya?"tanya ku penasaran.

"ohhhh enggaklah, rima kalau mau sesuatu untuknya biasanya memesan dulu. Kalau barangnya udah jadi, nanti dikirim kerumah atau gak rima sendiri ambil. Ya walaupun itu di luar negeri" tutur diana pelan.

"hhmmm, emang rima punya kenalan orang di sini di?"

"banyak malahan, hampir pemilik tokoh tas, perhiasan, ,sepatu, dan juga resto rima kenal."

"tapi, kenapa rima seperti tak ada sapaan atau....."

"hehehe, kamu ini alvin alvin. Saya kira kamu sudah mengenal rima betul, ehhh ternyata baru dua puluh lima persen saja kamu mengenal rima."

Aku bingung, apa yang dimaksud dengan perkataan diana.

"rima itu banyak banget kenalan orang orang kaya, dan ya, kamu lihat pelayan wanita tadi yang rima panggil?"tanya diana serius.
Aku menganggukkan kepala

"pelayan wanita tadi, sudah mengenal rima dengan baik, asal kamu mau tau saja."jawab diana sambil melirik ke asikkan rima mengobrol dengan ibunya.

"hah."

"kamu gak percaya kan, sama berarti seperti saya lima tahun yang lalu"tutur diana.

"dan ya, setelah ini saya dan rima mau ketokoh sepatu. Kamu mau ikut."ajak diana.

Aku bingung.

Diana membuang napas pelan "kalau kamu mau ikut,nanti semua kebingungan kamu akan terjawab semuanya." setelah itu diana pun membayar belajaannya.

Akhirnya kami semua keluar dari tokoh itu, separuh pergi mencari resto untuk makan separuhnya masih mengikuti diana dan rima. Kami bertujuh, saya, mama, tante lina, tante lita, diana, fina dan rima pun masuk ketokoh yang diana bilang.

Semuanya serba sepatu yang pastinya cukup mahal dan mewah jika di pakai. Dari harga yang termurah dan harga yang paling mahal pun ada di tokoh ini. Ketika kami bertujuh masuk, ada wanita yang ber-umur sekitar 39 tahun menghampiri rima dengan senyuman yang indah. Rima pun membalas senyuman wanita itu tidak kalah ramah.

"Hey, how are you, my friend?" sapa wanita itu pada rima dan berpelukan.

"yes as you can see bella. and yes introduce this my biological mother lina."

"ibu ini panggil saja bella, dia teman bisnis ku"kenal rima pada ibunya. Lina pun tersenyum pada bella.

"He is the same as you, Rim. But I think he is kinder than you, friend."goda wanita itu.rima hanya tersenyum saja ketika wanita itu menggodanya.

Ku Bahagia Karnanya. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang