Part 28

2.8K 209 11
                                    

Selamat pagi semua...

Cuss ahh



◆◆◆

"itu pasti mereka! itu mereka! Aku tidak mau ikut Ayah. Hiks hiks aku tidak mau." Renata kembali histeris mendengar ketukan pintu.

"Hei tenang Nata, ada ayah disini. Nata tidak akan kemana-mana." Yakin Garry.

"Biar aku yang buka." Ucap Satya setelah pelukannya dengan Lani terlepas.

Renata kembali memeluk Garry dengan semakin erat saat Satya melangkah menuju pintu. Satya membuka pintunya dan terkejut karena perkataan adiknya benar bahwa mereka lah yang datang.

Satya melihat semua orang yang berada didepan rumahnya dengan datar dan dingin.

"Ada apa ?" Tanya Satya dingin.

"Dimana Nata ?" Jawab Revan dengan kembali bertanya.

"Dia berada ditempatmu bukan ? Kenapa kau bertanya padaku. Aku sudah memintamu untuk menjaganya, lalu kenapa kau bertanya keberadaan dirinya kepadaku." Ucap Satya tajam.

"Dimana anakku ?" Tanya Vienna.

"Anakmu? Bukankah anakmu sudah tiada karena kesalahanmu sendiri."

Cris dan Vienna marah karena merasa tersindir dengan perkataan Satya.

"Jaga ucapanmu !" Ucap Cris tegas.

Vienna langsung memasuki rumah itu tanpa mendapat persetujuan sedari sang punya rumah, Satya hanya menatap mereka dengan dingin melihat Revan dan Cris mengikuti langkah Vienna.

"Dimana Nathalia ?" Tanya Vienna melihat Garry dan Lani yang sedang duduk didepan televisi.

"Apa maksudmu ? Tidak ada yang bernama Nathalia disini." Ucap Garry.

"Dimana anakku ?!" Teriak Vienna.

Cris yang melihat emosi Vienna yang tak terkontrol pun langsung merangkulnya untuk menenangkannya. Revan memutari pandangannya ke semua sudut dirumah itu namun tidak ada kehadiran gadisnya.

Pandangannya jatuh kesalah satu pintu dilantai atas yang memang terlihat dari bawah. Pintu itu bertuliskan nama gadisnya membuat dia yakin bahwa disitulah keberadaan gadisnya.

Revan melangkahkan kakinya kearah tangga namun langsung dicegah oleh Satya.

"Dimana tata Krama mu? Bukankah kau adalah pemimpin dari perusahaan terbesar di dunia, tapi kemana sopan santunmu ?" Revan menatap kakak tiri dari gadisnya dengan tajam.

"Apa yang kalian lakukan disini ?" Tanya Garry.

"Kami hanya ingin mengambil apa yang seharusnya telah menjadi milik kami." Ucap Cris.

"Milik kalian? Kalian sudah kehilangan hak itu saat delapan belas tahun yang lalu, saat kalian sendiri yang menukarkan bayi kami yang sudah tiada dengan anak kandung kalian." Ucap Lani.

"Saat itu kalian yang memberikannya pada kami karena kalian mempunyai dua bayi, maka dari itu Renata adalah hak kami. Tidak seharusnya kalian kembali datang dan berniat untuk memisahkannya dari kami." Lanjut Lani.

"Kami tahu maksud kalian untuk membawa Renata kembali bersama kalian adalah untuk menjadi pengganti dari anak kalian yang sudah tiada dan mengganti posisi yang seharusnya diduduki oleh anak kalian yang bernama Nathalie menjadi Renata. Atau kata lain untuk meneruskan perusahaan turun temurun kalian karena pewaris tunggal itu sudah tiada, bukankah begitu ?"

Cris dan Vienna terdiam mendengar pernyataan yang dibuat oleh Garry.

Brukkk

Pandangan mereka beralih ke sumber suara yang berada dilantai atas. Mereka semua terkejut melihat Renata yang sudah terbaring lemah diatas lantai.

"Nata !" "Nathalia!" Panggil Lani dan Vienna bersamaan.

Mereka langsung berlari melewati tangga untuk melihat keadaan Renata. Revan melihat gadisnya yang berwajah pucat, dia langsung mengangkat tubuh Renata dan menggendongnya ala bridal style.

"Cepat bawa dia ke rumah sakit." Perintah Cris.

Revan langsung berjalan cepat kearah mobilnya terparkir dengan Renata yang berada digendongannya diikuti oleh yang lainnya.

"Satya, kamu bawa mobil ayah dan bawa Bunda dan Tante Vienna." Perintah Garry.

Revan langsung menaiki mobil bagian belakang dan memposisikan Renata yang berada di pangkuannya. Sedangkan Cris dan Garry berada di kursi depan dengan Cris yang menyetir.

Selama perjalanan hanya keheningan yang mengisi, mereka semua memancarkan ekspresi khawatir nya.

Revan menatap wajah pucat gadisnya dan menyingkir kan rambut nakal yang menghalangi wajah gadisnya. Dia mencium kening Renata berulang-ulang dan mengelus puncak kepala Renata lembut.

Revan tak kuasa melihat wajah pucat gadisnya, hatinya sakit melihat kondisi gadisnya. Dia baru teringat bahwa dari semalam dia belum memakan apapun.

Mobil pun berhenti didepan lobby rumah sakit, Revan langsung keluar dari mobil setelah Garry membukakan pintunya.

Revan langsung berteriak kepada perawat untuk membawa ranjang pasien, setelah para perawat datang Revan langsung membaringkan tubuh Renata pelan.

Mereka mengikuti kemana perawat itu mendorong ranjang itu. Perawat itu memasuki ranjang Renata kedalam suatu ruangan dan menyuruh mereka semua untuk menunggu didepan.

Satya, Lani dan Vienna datang dan langsung menanyakan kondisi Renata.

"Dia masih diperiksa oleh dokter." Jawab Garry.

Mereka semua menunggu dengan cemas, beberapa menit kemudian seorang lelaki paruh baya dengan jas dokternya yang berwarna putih keluar dari ruangan Renata. Mereka semua langsung berdiri dan menanyakan kondisi Renata.

"Dimana wali pasien ?" Tanya dokter itu.

"Aku." "Aku." "Saya." "Saya." Ucap Lani, Vienna, Cris dan Garry berbarengan membuat dokter itu mengernyit heran.

◆◆◆

Nah loh si dokternya bingung...

jangan lupa vote dan comment yah

jangan lupa vote dan comment yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DESTROYED [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang