Part 6

8K 648 7
                                    

Happy Reading...

◆◆◆

Renata membuka matanya perlahan dan merasakan cahaya masuk kedalam retinanya. Dia mengernyit saat melihat kamar itu bukanlah kamarnya. Kamar itu begitu maskulin dengan kamar yang bernuansa hitam.

Renata melihat pakaiannya yang sudah berganti dengan piyama.

'ada dimana aku? Kenapa aku bisa ada disini? Terakhir kali kuingat aku sedang berjalan keparkiran dan setelah itu-.'

Renata langsung berlari keluar kamar itu untuk menemui seseorang yang sudah membuatnya berada ditempat ini.

Renata menuruni tangga dan berhenti melihat ruang tengah yg kosong. Dia mulai berlari lagi dan sampai lah tempat meja makan yang bersatu dengan dapur, namun keadaannya sama seperti ruang tengah. Kosong.

Dia membalikkan badannya kearah ruang tengah dan pergi ke ruang tamu. Renata bisa melihat bahwa orang yang dia cari sedang duduk dihadapan pasangan paruh baya. Renata yang awalnya berniat untuk memarahi Revan meruntuhkan niatnya saat melihat pintu yang menghubungkan dengan dunia luar.

Renata langsung berlari kearah pintu agar dia bisa pergi dari tempat itu. Saat pintu terbuka Renata tersenyum, namun senyum itu surut saat melihat banyaknya pria berpakaian jas hitam yg terlihat seperti pengawal sedang berjaga di pintu dan didaerah koridor. Dan sekarang Renata tahu bahwa sekarang dia sedang berada di apartemen.

"Berniat kabur hmm."

Renata membalikkan badannya saat mendengar suara dari Revan. Renata langsung mengalihkan tatapannya dari Revan tanpa mau menjawab perkataannya.

Revan menarik tangan Renata dan membawanya kembali masuk kedalam rumah. Revan mendudukkan Renata di hadapan pasangan paruh baya itu.

Renata hanya menunduk dan tidak berniat untuk mendongakkan kepalanya.

"Perkenalkan mereka adalah Cristian Handler dan istrinya Vienna Handler kau pasti tidak asing mendengar namanya." Renata mendongakkan kepalanya setelah mendengar perkataan dari Revan dan menjawabnya dengan gelengan kecil di kepalanya tanda bahwa dia tidak tahu mereka.

"Hallo cantik, bolehkah aku tahu siapa namamu ?" Tanya Vienna kepada Renata.

Renata bisa melihat ada tatapan rindu dan sendu dia mata wanita itu. Tapi Renata tidak tahu kenapa. Renata terus menatap intens kepada wanita paruh baya itu, sampai deheman Revan menyadarkannya bahwa Vienna sedang menunggu jabatan tangannya.

"Renata Amelia." Renata membalas jabatan tangannya dan mengatakan namanya dengan pelan tapi masih bisa didengar oleh mereka.

Entah kenapa Renata merasa ada keanehan dengan tatapan pasangan paruh baya itu.

'ada apa dengan mereka?' batinnya.

"Bolehkah kami memelukmu." Pinta Vienna kepada Renata.

Renata mengernyit mendengar permintaan wanita paruh baya itu. Awalnya Renata tidak menjawab dan hanya menatap pasangan itu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Renata melihat kearah Revan dan dibalas anggukkan kecil oleh Revan. Seolah mendapat persetujuan, Renata menganggukkan kepalanya.

Vienna dan Cris beranjak dari duduknya dan duduk disamping Renata.

Jantung Renata berdetak kencang saat mereka memeluk tubuhnya. Renata tidak membalas pelukan mereka dan menatap kearah Revan yang sedang menunjukkan senyum yang belum pernah dilihat olehnya sebelumnya.

'Oh Tuhan kenapa aku tidak merasa asing dengan pelukan ini?' Batin Renata.

★★★

"Kenapa kau membawaku kesini ?" Tanya Renata.

Setelah acara pelukan tadi, Renata menarik tangan Revan dan membawanya keruang tengah. Dan disinilah mereka dengan Renata yang bersidekap dan menatap Revan marah yang membuat Revan gemas.

"Sudah ku bilang aku ingin bicara denganmu." Jawab Revan

"Tapi kenapa kau membawaku ke apartemen?" Teriak Renata jengkel.

"Kau tertidur pulas tadi."

"Dan kenapa kau tidak membangunkanku! "

"Baiklah kamu bertanya, saat kau tertidur tadi entah sengaja atau tidak kau memelukku. Aku tidak tega membangunkanmu apalagi saat pelukanmu sangat erat." Pipi Renata merona saat mendengar pernyataan dari Revan.

" Kau bohong, mana mungkin aku memelukmu." Elak Renata dengan pipi yang masih merona.

"Untuk apa aku berbohong, buktinya kamu merona saat ini. Oh atau kamu memang pura pura tidur agar kamu bisa memelukku. Oh rencana yang buruk nona." Pipi Renata semakin memerah saat Revan menggodanya.

"Aku tidak merona! aku tidak berpura pura tidur! Dan aku sama sekali tidak mau memelukmu. Dan kejadian ini akan menjadi pertama dan terakhir kalinya aku memelukmu." Sanggah Renata.

"Jangan berkata seperti itu nona, suatu saat apa yang kamu benci akan berubah dengan yang kamu rindukan dan kamu inginkan nanti. Ingat itu." Setelah Revan berkata itu dia membalikkan badannya untuk kembali keruang dimana tamunya berada.

"Tidak akan pernah aku akan pastikan itu." Langkah Revan terhenti untuk membalas ucapan gadisnya.

"Well, kita lihat saja nanti." Revan terkekeh saat melihat gadisnya yg berteriak jengkel. Vienna dan Cris yg sedari tadi mendengar apa yang mereka bicarakan pun ikut terkekeh melihat tingkah gadis manis itu.

"Benar, dia berbeda dari kakaknya." Ucap Cris yg memulai pembicaraan.

"Nathalie sudah tenang, dia gadis yang berbeda. So jangan pernah kalian menganggap bahwa mereka adalah orang yang sama. Perlakukan lah mereka dengan berbeda, Walaupun kalian mempunyai hak atasnya tapi jika kalian yang menyakitinya seperti apa yang kalian lakukan pada 'dia' seperti sebelumnya maka aku akan membawanya ke tempat dimana kalian tidak akan bertemu lagi dengannya." Ancam Revan

Tanpa mereka ketahui, seseorang sedang menatap mereka dengan tatapan penasarannya.

'siapa 'dia' ?'

◆◆◆

To Be Continue...

DESTROYED [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang