Part 14

4.5K 324 10
                                    

Renata mengernyit karena tidurnya terganggu oleh bunyi nyaring bel sekolah. Renata pun membuka matanya pelan, Renata mengerjakan matanya merasa perih yang dia rasakan.

"Sudah bangun ?" Renata menolehkan kepalanya ke sumber suara.

Renata merubah dirinya menjadi duduk dengan mata yang melihat kearah Revan.

"Kamu tertidur tadi. Dan aku membawamu ke UKS. " Renata diam tak menanggapi perkataan Revan.

"Apa kamu ingin pulang saja atau tidak ? Sekarang sedang jam istirahat." Renata menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Revan.

Revan menghela nafas kasar karena Renata yang tak kunjung membuka mulutnya tanpa menjawab semua perkataannya.

"Mau kemana ?" Tanya Revan yang melihat Renata beranjak dari duduknya.

"Apa urusan bapak ?" Tanya Renata dengan wajah datarnya.

Revan tidak menjawab pertanyaan Renata dan langsung menarik Renata kedalam pelukannya.

"Lepaskan aku !" Revan mengeratkan pelukannya tanpa mengabulkan permintaan Renata.

"Jangan seperti ini, aku tahu kamu marah kepadaku. Tidak bisakah kamu berfikir, aku melakukan ini karena aku punya alasan. Aku melakukan ini karena aku menyayangimu."

Renata menegang saat mendengar perkataan Revan. Entah mengapa hatinya menjadi hangat mendengar ungkapan Revan.

"Jangan tatap aku dengan seperti ini sayang. Aku tidak menyukainya." Renata terdiam saat Revan menatapnya lembut.

Revan mendekatkan wajahnya kepada Renata secara perlahan. Renata menatap mata Revan yang semakin mendekat kepadanya, jantung Renata berdetak lebih kencang dari biasanya.

Renata memejamkan kepalanya saat Revan hanya berjarak beberapa senti didepannya. Revan tersenyum melihat tingkah gadisnya.

Beberapa saat Renata tidak merasakan apa apa. Dia mengira bahwa Revan akan mencium bibirnya, tapi Renata salah saat merasakan benda lembut yang menempel di keningnya.

'oh Tuhan kenapa aku menjadi seperti ini ?' batin Renata.

※※※

Renata termenung di bangkunya, saat ini masih jam istirahat membuat teman sekelasnya berada di kantin dan sekarang hanya Renata yg berada di kelas.

Setelah kejadian itu, Renata langsung berlari dari ruang UKS menuju toilet untuk membasuh wajahnya.

Disaat perjalanan menuju kantin tadi, banyak yang memandangnya dengan tatapan yang tidak Renata ketahui. Renata yang risih pun mengurungkan niatnya untuk ke kantin dan pergi ke kelasnya berada. Beruntung kelasnya dalam keadaan kosong sehingga Renata dapat menjernihkan fikirannya.

"Mel ?" Sapa Novi yg berada di depan pintu dengan Diani yg berada disampingnya.

Renata masih belum menyadari kehadiran mereka. Melihat Renata yang masih melamun Novi dan Diani pun duduk di bangku samping dan depan Renata namun Renata masih belum menyadari kehadiran mereka.

"Mel." Diani menepuk Renata agar tersadar dari lamunannya.

"E- ehh kalian, sejak kapan ada disini ?" Tanya Renata gugup. Renata takut mereka tidak mau dekat dengannya karena kejadian tadi pagi.

"Lo ngelamun apa ? Sampe kita dateng, Lo ga nyadar." Renata menundukkan kepalanya mendengar perkataan Diani.

"Maaf." Lirih Renata.

"Kenapa Lo kaya gini. Kalau Lo mau cerita sama kita, kita bakal siap dengerin kok Mel." Novi mengangkat kepala Renata pelan.

"Kalian gak ngejauhin gue ?" Tanya Renata.

"Kenapa kita harus jauhin Lo ?" Tanya Diani membalas pertanyaan Renata.

"Gue kira kejadian tadi pagi, Lo semua bakal ngejauhin gue." Lirih Renata dengan mata berkaca kaca.

Novi yang melihat mata Renata yg ingin menangis pun memeluk Renata dari samping.

"Kita gabakal ngejauhin Lo gara gara kejadian tadi pagi. Yang ada kita bakalan nanya kebenaran yg tadi pak Revan bilang. Karena kita gabakal percaya kalau bukan Lo yang ngomong ke kita." Jelas Novi.

Mendengar itu Renata terharu karena mempunyai teman yang sangat mempercayainya.

"Sebenarnya... " Renata mulai menceritakan apa yang dia alami kecuali tentang cerita Tante Vienna karena menurutnya itu adalah privasi Tante Vienna dan kejadian di UKS pastinya karena dia malu untuk menceritakannya.

Novi dan Diani terkejut mendengar pernyataan yang Renata ceritakan.

"Menurut gue yah, pak Revan itu suka sama Lo, jadi dia ngelakuin hal itu. " Renata merona mendengar perkataan Diani, karena mengingat kejadian di UKS.

" Terus Lo mau kaya gimana sekarang ?" Tanya Novi.

"Gue gatau, Kayanya gue bakal biarin aja. Ya walaupun gue marah padanya karena perlakuannya tapi kejadian tadi pagi ada untungnya buat gue, semua cowo yg ngedeketin gue jadi ngejauh secara perlahan." Jawab Renata.

"Bener juga ya, lagian gue heran kenapa dari kelas sepuluh Lo selalu nolak kalau ditembak sama cowo padahal cowo yang nembak Lo itu pada ganteng semua lagi. Kalau gue di posisi Lo mungkin gue bakal terima mereka satu satu dah." Ucap Diani panjang lebar.

"Lo semua kan tahu alasan gue, udahlah."

"Tapi yah seharusnya masa remaja Lo itu diisi dengan kesenangan yang ga bakal terjadi pas Lo udah dewasa nanti. Nanti nyesel loh pas udah gak sekolah lagi." Sindir Diani.

Renata hanya mengendikkan bahunya mengacuhkan perkataan Diani. Diani yg melihat Renata yang acuh tanpa berfikir untuk memikirkan perkataan panjang lebarnya membuat dirinya kesal.

Novi terkekeh melihat tingkah laku temannya, kejadian seperti ini memang sering terjadi pada Renata dan Diani dan jika kejadian ini terjadi maka Novi lah yang harus menengahi mereka.

◆◆◆

Masih adakah yang menunggu cerita ini?

Jangan lupa buat Vote Comment and follow saya yahh...

Thanks

To Be Continue...

DESTROYED [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang