Part 16

3.9K 292 11
                                    

Selamat malam...
Gimana malam minggu nya, pacarnya ada gak? Wkwk
Yang gak ada ayo sini sama saya aja 😂

Yaudahlah langsung aja..


●●●

Renata meringis merasakan kepalanya yang terasa sakit. Revan yang mendengar ringisan Renata pun langsung mengusap lembut kepala Renata.

Renata yang merasakan seseorang sedang mengusap kepalanya pun membuka matanya dan dia terkejut dengan kehadiran Revan didepannya.

Renata mencoba untuk duduk dari tidurnya dan dibantu oleh Revan. Kepalanya semakin sakit saat dia sudah berada diposisi duduk.

Revan yang mendengar ringisan Renata yang semakin keras langsung mengelus kembali kepala Renata. Renata memejamkan matanya.

Renata terdiam merasakan kenyamanan saat tangan Revan menyentuhnya, Perlahan lahan rasa sakit itu sedikit menghilang.

Saat rasa sakit itu perlahan hilang, Renata membuka matanya.

"Mendingan ?" Tanya Revan dan dibalas anggukkan oleh Renata.

Revan pun menghentikan usapannya dari kepala Renata dan lagi-lagi Renata merasakan rasa kehilangan saat tangan Revan tidak lagi berada di kepalanya.

"Sekarang minum obatmu, Setelah itu makan." Perintah Revan dengan wajah datarnya. Dia marah kepada Renata, karena gadisnya itu melupakan sarapannya dan berhasil membuat Revan khawatir.

Renata menggelengkan kepalanya saat tangan Revan menyodorkan obat dan air kepadanya Revan yang melihat itu menghela nafas untuk menahan amarahnya.

"Makan obatmu sekarang Nata, jika kamu masih marah kepadaku. Kamu boleh memarahiku nanti tapi untuk sekarang minum obatmu agar kamu lebih baik." Ucap Revan frustasi. Namun Renata masih menggelengkan kepalanya.

"B- bukan begitu, a- aku tidak bisa memakan obat tablet." Lirih Renata.

"Kenapa ?" Tanya Revan jengkel.

"S- sudah kubilang aku tidak bisa memakan obat tablet." Rengek Renata dan kembali menundukkan kepalanya.

"Aku akan muntah jika aku memakannya." Cicit Renata yang masih bisa didengar oleh Revan.

Revan mengacak rambutnya jengkel.

"Lalu kamu mau obat seperti apa yang bisa kamu makan hmm ?" Tanya Revan lembut.

"A- aku terbiasa meminum obat sirup." Jawab Renata pelan tanpa berniat mengangkat kepalanya.

Revan menghela nafasnya untuk menormalkan emosinya. Revan mengangkat dagu Renata dengan jarinya.

"Baiklah aku akan meminta obatnya, Jangan tundukkan kepalamu. Aku tidak suka itu sayang." Ucap Revan lembut membuat kedua pipi Renata merona.

Revan tersenyum lembut melihat pipi Renata dan mulai pergi menemui dokter di ruangannya untuk meminta obat yang diminta gadisnya.

Renata melihat punggung tegap milik Revan menghilang kedalam ruangan itu.

'Oh Tuhan ada apa dengan diriku ? Kenapa hati dan logika ku bertolak belakang sekarang. Mana yang harus aku ikuti ?' batin Renata.

Revan kembali dengan tangan yang memegang botol plastik yang berisi obat sirup ditangannya. Revan mendekati ranjang Renata.

"Sekarang obatnya sirup. Jadi tidak ada alasan lagi untukmu untuk tidak meminumnya." Renata hanya diam tidak menanggapi perkataan Revan.

Renata sangat membenci obat, obat apapun itu terlebih itu adalah pil maupun tablet karena dia tidak bisa untuk menelannya.

Fyi, Renata akan selalu membuang obat yang harus dia minum saat dia sakit tanpa sepengetahuan orang tuanya, dan sekarang sepertinya dia tidak bisa untuk memikirkan cara agar terbebas dari rasa pahit obat itu.

'bagaimana ini ?' batin Renata.

Renata menatap horor saat Revan menuangkan obat cair itu keatas sendok. Saat sendok itu mendekat kearahnya dia langsung menutup mulutnya dan menggelengkan kepalanya.

Revan menatap Renata tajam dan melepaskan tangan Renata yang menutupi mulutnya.

"Makan obatmu Nata. Atau kamu ingin aku menciummu dilapangan sekarang ?" Ancam Revan.

Mendengar ancaman itu membuat Renata menurunkan tangannya. Revan menyuruhnya membuka mulutnya.

Dengan perlahan Renata membuka mulutnya dan memejamkan matanya erat, Revan langsung memasukkan sendok itu kedalam mulut Renata. Revan terkekeh melihat ekspresi gadisnya yang mengernyit saat menelan obatnya.

Revan langsung menyodorkan minumnya dan Renata langsung meminumnya. Renata bergidik setelah menyodorkan gelasnya pada Revan karena merasakan rasa obat yang masih menempel pada lidahnya.

"Pahit." Renata membuka mulutnya dengan wajahnya yang berkaca kaca.

Revan yang melihat itu merasa kasihan dan menyodorkan segelas teh manis hangat.

"Pelan pelan sayang, nanti kamu tersedak." Renata langsung menghabiskan teh nya dan menghiraukan perkataan Revan.

"Masih pahit ?" Renata menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Revan.

"Sekarang habiskan bubur ini." Perintah Revan. Saat Renata masih pingsan, Revan langsung menyuruh anak buahnya untuk membelikan bubur untuk Renata.

"Aku tidak mau bubur." Lirih Renata.

"Bubur baik untukmu saat ini." Ucap Revan.

"Tapi bunda udah buat bekal buat aku." Revan menghela nafasnya mendengar perkataan gadisnya.

"Makanan itu untuk nanti siang sayang, untuk saat ini makan buburnya." Ucap Revan lembut.

Renata pun pasrah menerima suapan yang diberikan oleh Revan. Sebenarnya tadi Renata sudah meminta untuk memakan buburnya sendiri, namun Revan bersikeras untuk menyuapi Renata.

Memang keras kepala.

Memang keras kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●

Saya tau ini sedikit banget

Maaf yahh

Biar saya nya semanget terus kasih vote sama Comment nya dong Dan share ke temen kalian yahh kalau kalian suka sama cerita ini...

DESTROYED [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang