Suara langkah kaki yang terdengar terburu-buru dari ujung koridor membuat vano dan kia menoleh ke sumber suara
" Vano " Lontar kinar memeluk putra pertamanya itu
" Maaf.. Maafin vano bun. Vano... " Kinar mempererat pelukan nya dengan vano seakan memberikan semangat karena Kinar tahu vano sangat terpukul nya sama dengan dirinya dan rizki
" Vano ini udah takdir jadi sekarang vano berdoa ya buat adek " Ucap Kinar menagkupkan kedua tangannya dipipi vano
" Tapi... "
" Sayang, kita sama-sama berdoa dan berjuang ya buat shireen " Kalimat itu terlontar dari mulut rizky sang kepala keluarga
" Kia, bunda minta bantuan kamu ya. Tenangin vano kalau dia lagi emosi, cuma bunda, shireen dan kamu doang yang bisa soalnya " Pinta Kinar kepada seorang gadis berhijab
" Iya bun " Kia tersenyum. Ia dan Kinar sudah cukup lama kenal. Waktu itu ketika kedua orang taunya bercerai. Dan keluarga RizKinar membantu keluarganya
Kinar memeluk kia seakan kegelisahan nya terobati ketika memeluk gadis itu. Kia dan shireen tak beda jauh seperti kembar tak identik. Sifat mereka sama mungkin karena mereka tumbuh besar dan selalu bermain bersama-sama.
" Vano kamu ganti baju dulu ya, udah bunda siapin" Ucap Kinar melirik seragam vano yang kini bercampur dengan warna merah darah
" Iya bun " Kinar tersenyum menatap punggung vano yang kian menjauh
" Makasih ya sayang " Lontar Kinar
" Sama-sama bun " Jawab kia tersenyum hangat
Vano kembali dengan wajah yang lebih segar. Ia tersenyum hangat
" Bunda pasti capek kan habis pulang kerja? Mending bunda pulang istirahat biar shireen vano yang jaga. Bunda sama ayah istirahat ya, jaga kesehatan " Lontar Vano
" Terus kamu gimana? " Tanya rizki
" Vano jagain shireen, mungkin Vano bakal izin nggak masuk sekolah. Vano mau jagain shireen " Vano tersenyum. Kinar memeluk putranya.
" kia mau ikut kita pulang? " Tanya Kinar
" Nggak deh bun, kia mau nemenin Vano aja " Jawab kia
" Yaudah deh. Kalian baik-baik ya." Pamit rizki dan Kinar lalu berlalu.
" Makasih udah mau nemenin gw " Lontar Vano yang dibalas anggukan kecil oleh kia
Kia dan Vano terduduk di kursi tunggu rumah sakit. Tak lama alam mimpi menjemput mereka.
*
Vano mengerjapkan matanya, sayup-sayup terdengar adzan subuh berkumandang. Ia meregangkan otot-otot tubuhnya, bahu sebelah kanan nya sakit. Ia melihat ke sebelah kanannya. Gadis berhijab dengan wajah teduh tengah terlelap disana .
Vano tersenyum samar. Ia menyesal membuat kia terluka, entah dengan perkataan atau perbuatannya. Padahal dulu ia dan kia sangat dekat. Tapi mungkin karena mereka sudah bertumbuh besar jarak antara mereka mulai terkikis
" Ketika orang yang gw cinta malah ngancurin rasa cinta itu sendiri lu hadir. Lu tuh terlalu bodoh, kenapa lu harus cinta gw? Padahal ngelirik lu aja gw nggak mau? Lu terlalu baik kia buat jadi pasangan gw. Gw nggak pantes " Ucap Vano melepas jaket nya lalu memakaikan ke tubuh mungil kia.
Ia mengintip tempat adik nya dirawat. Sepertinya Kinar dan rizki barusan kesini lalu berangkat bekerja.
Ia melangkahkan kakinya menuju mushola lalu melakukan tugasnya sebagai seorang muslim dan memanjatkan doa untuknya, kedua orang tuanya dan adiknya yang tengah berjuang melawan rasa sakit
KAMU SEDANG MEMBACA
No status ✅
Teen FictionC O M P L E T E D Komitmen. Misi mereka adalah itu. Karena menurut mereka lebih baik berteman. Selain mereka tidak ingin pacaran mereka juga tak ingin hubungan pertemanan yang telah terjalin berubah menjadi musuh ketika putus. Banyak yang mendukung...