36. Rencana

32 4 0
                                    

Vano sudah bersiap dengan seragam basket nya ia berjalan ke tengah lapangan mengambil posisi nya dalam bermain basket melawan sekolah Garuda Bangsa Nasional High School.

Senyum mengejek tercipta jelas saat Vano menatap sesosok wajah yang akan ia ingat betul, sosok yang telah menabrak adiknya hingga membuatnya koma satu bulan lebih itu

" Your ready for your lose. What do you say 'welcome to my lose' Aldhito Galih Gunawan? " Tanya Vano dengan rahang yang mengeras menahan segala emosi dan memandang wajah dito dengan nyalang. Sedangkan dhito hanya terdiam bukannya ia tak bisa melawan hanya saja ia punya rencana hebat untuk Vano

Pertandingan di mulai, riuh penonton terdengar termasuk yel-yel semangat yang dibuat oleh pasukan cheerleader sekolah masing-masing

Vano terkalut emosi ia bermain dengan sangat hebat memasukan beberapa poin, memikirkan matang-matang dan sepenuhnya permainan di kuasai oleh nya membuat beberapa temannya berdecak sebal melihat kelakuan Vano yang terbilang egois

Pertandingan selesai dengan hasil yang berbeda tipis. Dhito tersenyum ini sesuai dengan rencananya sebelumnya ia meminta temannya untuk mengerti rencana nya walau nada tak Terima terdengar ketika dhito menyampaikan maksud dari rencananya itu walaupun begitu teman-temannya mendukung nya

Vano tersenyum remeh dan menepuk bahu dhito cukup keras

" Loser? " Vano tersenyum miring lalu berjalan menghampiri teman-temannya yang sedang berkumpul dengan team cheerleader sekolah nya

" Guys gw pamit mau kerumah sakit " Pamit dhito yang langsung mendapat persetujuan dan menuju ke parkiran mengambil mobil dan melesat menuju sebuah rumah sakit besar milik keluarga besar nya

" Tunggu aku " Lontar dhito mempercepat laju mobil nya. Ia yakin firasat nya tak pernah salah

*

" Lu nggak bisa gitu dong van, lu juga nggak boleh egois. Kita tau lu emang ada masalah sama kapten tim basket GB " kesal revo

" Iya gw minta maaf, gw egois. Tapi gw harap lu bisa ngertiin kenapa gw begini " Jawab Vano menunduk.

" Yaudah dibawa santuy aja " Lontar tyo

" Thanks bro " Vano tersenyum lalu mereka semua melakukan high five untuk merayakan hari kemenangan mereka

Tak sengaja pandangan mata Vano dan Mitha bertemu tapi kilatan marah masih tercipta jelas dari sorot tajam mata Vano

Mitha memalingkan wajahnya. Itu bukan Vano yang ia kenal. Mitha lebih memilih pergi menjauh mencari sosok finny yang tengah berbincang dengan kia

" Udah ngasih semangatnya? " Sindir finny

" Finny " Tegur kia

Mitha duduk di sebelah finny menatap ke arah kia dengan tatapan kosong nya

" kia mau ikut kita pulang? " Tanya Kinar

" Nggak deh bun, kia mau nemenin Vano aja " Jawab kia

" Yaudah deh. Kalian baik-baik ya." Pamit rizki dan Kinar lalu berlalu.

" Makasih udah mau nemenin gw " Lontar Vano yang dibalas anggukan kecil oleh kia

Kia dan Vano terduduk di kursi tunggu rumah sakit. Tak lama alam mimpi menjemput mereka.

Mitha memandang nanar pemandangan kia dan Vano. Kia yang tertidur di bahu Vano sedangkan Vano yang terlelap menaruh kepalanya di kepala kia

Hatinya sakit

Seberapa jauh kia mengenal Vano?

Apakah dirinya cemburu melihat kedekatan kedua orang tua Vano dengan kia? Belum lagi sosok kia yang menjadi sandaran bagi Vano . Lalu mengapa seakan ada dinding pemisah yang menjulang tinggi tentang dirinya dan Vano.

No status ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang