49. Kembali menunggu

20 3 3
                                    

Mitha memandang Vano dengan lekat

" Serius? " Tanya Mitha untuk kesekian kalinya

" Mitha, kan dari bulan lalu aku udah bilang. Ini udah kesekian kalinya kamu ngomong kayak gini " Jawab Vano

Mitha tersenyum miris

" Kita baru ketemu, cuma 1 bulan. Nggak bisa lebih? " Tawar Mitha

" Mitha... "

" Iya gw ngerti, gw emang egois tapi gw takut jauh dari lu lagi van " Lontar Mitha memeluk Vano erat.

Vano mengelus kepala Mitha lalu meregangkan pelukan mereka

" Hei, denger baik baik. Kamu sama aku sama-sama punya mimpi dan untuk meraih mimpi kita harus berjuang dan berkorban. Understand? " Tanya Vano

" Aku pasti akan kangen sama kamu " Ucap Mitha berhambur masuk ke pelukan Vano

" Zaman udah canggih tha. Kita bisa chattingan, video call...  "

" Jangan lupa ke indo ya " Pinta Mitha

" Gw nggak janji " Jawab Vano

" Ok, kalau gitu gw yang bakal nyamperin lu " Lontar Mitha

" Hmm, boleh juga " Vano mengangguk setuju

" Vano " Panggil seseorang. Vano melepaskan pelukan nya dengan Mitha

" Ada apa? " Tanya Vano

" Ini ada beberapa buku yang sering lu baca, edisi terbaru. " Kia memberikan sebuah papperbag ke Vano

" Thanks " Jawab Vano dengan senyuman yang hadir di wajahnya

" Oh ya semangat ya, semoga lu bisa kembali dengan gelar ekonomi lu " Ucap kia

" Aamiin "

" Jangan lupa jagain shireen ya " Vano tersenyum mereka terlalu asik berbincang hingga tak menyadari Mitha pergi dengan hati yang sangat terluka

" Shireen " Mitha memeluk adik dari seorang Revano Putra Rizkinar tersebut

" Eh " Shireen yang tak siap hampir saja terjungkal bila tak ada dhito yang menahan tubuhnya dari belakang

" Jaga kesehatan, kamu harus banget pergi ya?  Nanti siapa yang nemenin kakak nonton comeback  my bias? " Tanya Mitha melepaskan

" Ekhem, jangan buat usaha gw sama Vano sia-sia " Lontar dhito menatap tajam ke arah saudaranya tersebut

" Yaelah, iya dah. Masa lu cuma bujuk shireen doang sih, mama gw kenapa nggak lu bujuk? " Kesal Mitha

Ya, pertanyaan waktu itu yang menanyakan ia diizinkan atau tidak untuk kuliah di amrik di tolak mentah-mentah oleh Mia. Katanya, ia tak ingin kehilangan dan berpisah jauh dengan anak semata wayang nya tersebut

Vano melirik jam tangan yang melingkar di tangannya. Sudah saat nya

" Ayo, tho, reen kita check in " Lontar vano.

Shireen menghela nafas memandang sendu keluarganya dan beberapa teman-teman nya.

" Kak bagas aku pergi dulu ya " Pamit shireen untuk terakhir kalinya kepada laki-laki yang telah menemaninya di masa suram nya

" Reen, gw boleh minta sesuatu? " Tanya bagas lirih. Shireen melirik dhito dan Vano yang tengah mengucap salam perpisahan kepada keluarga dan sahabat

" Apa? " Tanya Shireen binggung

" Please, aku pengen denger kamu panggil aku kak gaga reen " Pinta bagas menunduk

Shireen tersenyum miris, entahlah sepertinya terlalu aneh jika ia memanggil nama itu, seolah nama itu hanya untuk satu orang yang spesial di hatinya

No status ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang