Mitha memandang Vano dengan lekat
" Serius? " Tanya Mitha untuk kesekian kalinya
" Mitha, kan dari bulan lalu aku udah bilang. Ini udah kesekian kalinya kamu ngomong kayak gini " Jawab Vano
Mitha tersenyum miris
" Kita baru ketemu, cuma 1 bulan. Nggak bisa lebih? " Tawar Mitha
" Mitha... "
" Iya gw ngerti, gw emang egois tapi gw takut jauh dari lu lagi van " Lontar Mitha memeluk Vano erat.
Vano mengelus kepala Mitha lalu meregangkan pelukan mereka
" Hei, denger baik baik. Kamu sama aku sama-sama punya mimpi dan untuk meraih mimpi kita harus berjuang dan berkorban. Understand? " Tanya Vano
" Aku pasti akan kangen sama kamu " Ucap Mitha berhambur masuk ke pelukan Vano
" Zaman udah canggih tha. Kita bisa chattingan, video call... "
" Jangan lupa ke indo ya " Pinta Mitha
" Gw nggak janji " Jawab Vano
" Ok, kalau gitu gw yang bakal nyamperin lu " Lontar Mitha
" Hmm, boleh juga " Vano mengangguk setuju
" Vano " Panggil seseorang. Vano melepaskan pelukan nya dengan Mitha
" Ada apa? " Tanya Vano
" Ini ada beberapa buku yang sering lu baca, edisi terbaru. " Kia memberikan sebuah papperbag ke Vano
" Thanks " Jawab Vano dengan senyuman yang hadir di wajahnya
" Oh ya semangat ya, semoga lu bisa kembali dengan gelar ekonomi lu " Ucap kia
" Aamiin "
" Jangan lupa jagain shireen ya " Vano tersenyum mereka terlalu asik berbincang hingga tak menyadari Mitha pergi dengan hati yang sangat terluka
" Shireen " Mitha memeluk adik dari seorang Revano Putra Rizkinar tersebut
" Eh " Shireen yang tak siap hampir saja terjungkal bila tak ada dhito yang menahan tubuhnya dari belakang
" Jaga kesehatan, kamu harus banget pergi ya? Nanti siapa yang nemenin kakak nonton comeback my bias? " Tanya Mitha melepaskan
" Ekhem, jangan buat usaha gw sama Vano sia-sia " Lontar dhito menatap tajam ke arah saudaranya tersebut
" Yaelah, iya dah. Masa lu cuma bujuk shireen doang sih, mama gw kenapa nggak lu bujuk? " Kesal Mitha
Ya, pertanyaan waktu itu yang menanyakan ia diizinkan atau tidak untuk kuliah di amrik di tolak mentah-mentah oleh Mia. Katanya, ia tak ingin kehilangan dan berpisah jauh dengan anak semata wayang nya tersebut
Vano melirik jam tangan yang melingkar di tangannya. Sudah saat nya
" Ayo, tho, reen kita check in " Lontar vano.
Shireen menghela nafas memandang sendu keluarganya dan beberapa teman-teman nya.
" Kak bagas aku pergi dulu ya " Pamit shireen untuk terakhir kalinya kepada laki-laki yang telah menemaninya di masa suram nya
" Reen, gw boleh minta sesuatu? " Tanya bagas lirih. Shireen melirik dhito dan Vano yang tengah mengucap salam perpisahan kepada keluarga dan sahabat
" Apa? " Tanya Shireen binggung
" Please, aku pengen denger kamu panggil aku kak gaga reen " Pinta bagas menunduk
Shireen tersenyum miris, entahlah sepertinya terlalu aneh jika ia memanggil nama itu, seolah nama itu hanya untuk satu orang yang spesial di hatinya
KAMU SEDANG MEMBACA
No status ✅
Teen FictionC O M P L E T E D Komitmen. Misi mereka adalah itu. Karena menurut mereka lebih baik berteman. Selain mereka tidak ingin pacaran mereka juga tak ingin hubungan pertemanan yang telah terjalin berubah menjadi musuh ketika putus. Banyak yang mendukung...