Happy reading...
Areva duduk di bangkunya dan mengeluarkan novel yang semalam ia beli bersama Yugo.
"Ciee dianter sampe kelas," goda Arin yang sebelumnya melihat Areva dengan Yugo.
Areva hanya menunjukkan senyum setipis mungkin.
"Masih pagi udah berisik aja lo!" seru Arka.
Arin tidak mengindahkan seruan Arka, ia langsung duduk di tempatnya.
"Selamat pagi semuanya!" sapa Bu Ina saat memasuki kelas.
Semua murid menjawab sapaan Bu Ina.
"Baiklah, buka buku paket halaman lima puluh delapan, kita lanjutkan materi minggu kemarin," ucap Bu Ina.
◇◇◇
Tiba saatnya pelajaran terakhir yaitu Fisika. Baik Areva maupun Arka sedari tadi pagi mereka duduk diam tanpa berinteraksi.
Bagi Areva tidak masalah tidak berbicara selama satu minggu sekalipun, tapi bagi Arka ... rasanya sulit, ia ingin bertanya mengenai hubungan Areva dengan Yugo, tetapi mulutnya seakan terkunci rapat.
Pulpen Arka terjatuh tepat di bawah kursi Areva, bersamaan dengan pensil Areva. Areva mengambil pensilnya yang terjatuh, bersamaan dengan Arka.
"Gue bisa ambil sendiri," ucap Arka ketus.
"Siapa juga yang mau bantuin lo," balas Areva sama ketusnya.
"Oke, jangan bantu gue!" Arka kembali melanjutkan aktivitasnya.
Areva menatapnya tidak percaya. "Lo ngga jelas banget sih, tiba-tiba jadi sensi gini."
Arka balas menatap Areva. "Masalah buat lo! Yang sensi gue kenapa lo yang repot!"
"ARKA, AREVA!" seru Bu Iren. "Kalian ributin apa?!"
"Dia duluan Bu," adu Arka seperti anak kecil.
"Saya ngga ngapa-ngapain, Bu."
"Sekarang kalian berdua maju, kerjakan soal-soal di papan tulis, harus benar, tepat dan lengkap!" perintah Bu Iren.
Areva mengembuskan napas pelan, tidak masalah baginya mengerjakan soal Fisika sebanyak apapun, asalkan tidak bersama Arka.
"Baik Bu," ucap Areva dan Arka.
Arka langsung mengambil spidol yang ada di samping papan tulis bersamaan dengan Areva.
"Gue duluan!" ucap Arka.
"Gue!"
"Gue duluan, ngalah dong!" ucap Arka.
Areva memasang wajah cengonya. "Harusnya cowok yang ngalah sama cewek!"
"Ngga bisa! Masa cowok selalu ngalah!" balas Arka tidak terima.
Arka langsung mendapat sorakan dari teman-teman sekelasnya khususnya laki-laki yang sependapat dengannya.
Banyak yang menertawakan aksi pertengkaran Areva dan Arka, bahkan ada yang mengabadikan momen tersebut. Bu Iren hanya bisa geleng kepala dengan sifat mereka yang seperti anak kecil.
Areva dan Arka saling tarik menarik spidol, sambil menunjukkan wajah kesal mereka seakan siap berperang.
Bu Iren mengembuskan napas pelan. "Arka, Areva, kalian kerjakan soal-soal bab lima di perpustakaan dan jangan kembali sampai bel berakhirnya pelajaran, mengerti!"
"Tapi Bu ...."
"Tidak ada tapi, kalian berdua kerjakan di perpustakaan!" perintah Bu Iren.
"Baik Bu," jawab Arka dan Areva.
Sampai di ambang pintu mereka berdua tersangkut karena mencoba keluar bersamaan.
"Gue duluan!" ucap Areva.
"Gue yang buka pintu duluan!" balas Arka.
"Gue!"
"Gue!"
Bu Iren geleng kepala dengan kelakuan kedua muridnya, ia langsung membuka pintu sampingnya agar Areva dan Arka cepat keluar dari kelas.
Areva berjalan mendahului, ia sangat kesal untuk hari ini, ia berjalan menuju perpustakaan dengan kaki yang dihentakkan sebagai bentuk kekesalannya.
"Ngapain sih lo, mau bikin sekolah ini roboh? Ngga bakal bisa," ujar Arka sambil menyejajarkan langkahnya dengan Areva.
"Ini semua gara-gara lo!"
"Enak aja," ucap Arka tidak terima.
Areva memutar bola matanya malas. "Jangan ikutin gue!" Areva mempercepat langkahnya agar sampai terbebas dari Arka.
Arka melongo menatap kepergian Areva. "Dasar cewek aneh."
Sampai di perpustakaan Areva langsung mencari buku Fisika dan ia menemukannya, namun buku itu ada di rak yang paling atas. Areva lantas berjinjit agar dapat meraih buku tersebut.
Usaha Areva sia-sia saat buku itu sudah berpindah tempat ke tangan seseorang.
Areva berbalik agar dapat melihat siapa yang sudah mengambil buku incarannya. Ternyata Arka, cowok itu jauh lebih tinggi dari Areva, pantas saja jika Arka lebih mudah meraih buku tersebut dibandingkan dirinya."Tumbuh tuh ke atas, bukan ke bawah," ejek Arka sambil memamerkan buku yang didapatnya.
Areva menatapnya dengan ribuan rasa kesal dan amarah yang tertahankan. "Gue yang nemuin buku itu!"
"Lo ngga liat? Bukunya ada di tangan siapa?" tanya Arka.
Baiklah, saatnya Areva mengalah. "Yaudah, kita bagi tugas aja. Soalnya ada 10 kita bagi 2 gimana?" tawar Areva.
"Setuju!"
"Gue ngerjain 1 sampe 5 dan lo sisanya," ucap Areva.
"Ngga bisa! Lo 1 sampe 5 dan gue sisanya," ucap Arka.
Areva ingin menyerang Arka dengan suriken sekarang juga.
VOTE AND COMMENT!!!😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Cold Girl
Teen Fiction(SUDAH END) [CERITA INI HANYA ADA DI WATTPAD] ARKANA RADEYASA~ Seorang most wanted boy yang bergelimang mantan di sekolah, memiliki sifat petakilan dan rasa ingin tahu yang tinggi, ia dianugrahi paras tampan, namun ia justru menyalahgunakan ketampan...