Happy reading,,,
Deru mesin motor saling beradu, ditemani sorak sorai para penonton kalangan remaja. Memecah keheningan jalanan malam yang sepi.
Terdapat enam peserta yang bersiap di garis start arena balapan, mereka saling melempar tatapan sengit sambil menaik turunkan gas motor mereka.
Seorang gadis cantik berpakaian seksi berdiri tepat di tengah para peserta balap motor, ia membawa sebuah kain berwarna merah.
Gadis itu berseru, "Siap semuanya! Tiga ... dua ... satu ...!!!"
Tepat dihitungan terakhir, gadis itu melemparkan kain merah yang dibawanya ke udara.
Para peserta balapan segera melaju meninggalkan garis start dengan kecepatan penuh, layaknya benar-benar berada di arena sirkuit balap motor.
Arka melaju dengan cepat, ia berhasil melewati semua lawannya dengan mudah. Ia merasa masalah dihidupnya lenyap seketika, balapan sudah mendarah daging dalam hidupnya.
Tiba-tiba Arka kehilangan fokus, ia tidak sadar jika ada seseorang yang menyeberang di depannya. Begitu sadar, ia segera mengerem motornya sampai berdecit, namun Arka terlambat, ia menyerempet tubuh orang itu sampai terjatuh.
"KYAAA!!!"
Areva terjatuh, lututnya beradu dengan aspal jalanan, semua barang belanjaannya terjatuh di tengah jalan. Areva merintih merasakan sakit di lututnya.
Arka langsung turun dari motornya dan menghampiri korbannya.
Areva menatap orang yang sudah menyerempetnya. Areva tidak bisa melihat wajahnya karena tertutup helm. "Kalau belajar ngendaraain motor mending jangan di jalan raya! Bahaya!" sungut Areva.
Arka terkejut, beruntung ia memakai helm fulface. Ternyata orang yang dicelakainya adalah Areva. "Cetus?" ucap Arka dari balik helmnya.
Areva mengernyitkan dahinya. "Cetus?" beo Areva, "Pasti gara-gara tuh cowok rese," lanjutnya dengan gemas.
Arka ingin tertawa melihat ekspresi kesal Areva yang menurutnya lucu, ia membuka helmnya dan berjongkok di depan Areva. "Siapa yang lo bilang cowok rese?" tanyanya sambil menyeringai.
"Jadi lo pelaku yang udah nabrak gue." Areva segera berpaling, memunguti barang belanjaannya yang berserakan dibantu Arka.
"Maaf ya, gue ngga fokus tadi," ucap Arka.
Areva menatap Arka, ia bisa lihat jika Arka bersungguh-sungguh mengatakannya. "Saran gue, lo berhenti ikut balapan kayak gini. Lo bisa membahayakan diri sendiri, juga orang lain."
"Coba orang lain yang lo tabrak. Mampus lo!" lanjut Areva.
"Iya Sorry. Lo ngga papa 'kan?"
"Gue cidera nih, dan gue bakal nuntut lo!"
Arka tersenyum. "Kalo dituntut buat jadi pendamping lo, gue siap kok." Arka menunjukkan senyum manisnya.
Secara tidak sengaja tangan Arka dan Areva bertumpukkan saat mengambil barang. Tatapan keduanya bertemu.
"Kok pipi lo jadi merah gitu? Kenapa lo?" tanya Arka dengan wajah jahil.
Areva langsung menyentuh kedua pipinya yang terasa panas. Sangat tidak mungkin ia blushing karena gombalan receh Arka.
Ngga, aku ngga boleh baper!Arka memang suka nyebarin kalimat romantis ke semua cewek. Batin Areva memperingati diri sendiri.
Arka tertawa. "Satu kosong!" serunya sambil mencolek pipi Areva.
Shit! Batin Areva. Ingin sekali Areva menghujani Arka dengan kalimat sumpah serapahnya.
Areva tersenyum palsu. "Lucu gitu?"
"Sorry, sorry, kita duduk di situ yuk," ajak Arka.
Areva mengangguk sambil membawa belanjaannya dengan kaki sedikit pincang. Membuat hati kecil Arka tersentuh melihatnya, ia meraih semua belanjaan Areva dan membawanya.
"Mana luka lo?" tanya Arka begitu sudah duduk di bangku yang ada di pinggir jalan.
"Cuma lecet." Areva memegangi bagian lututnya yang terasa perih.
Arka menyingkirkan tangan Areva yang berusaha menutupi lututnya. "Lecet mata lo! Celana jeans lo sampe robek gitu, lutut lo juga berdarah. Lo tunggu di sini." Arka bergegas pergi membeli kotak P3K.
Areva tersenyum tanpa sepengetahuan Arka, mengapa rasanya menyenangkan saat Arka mengkhawatirkan keadaannya.
Seperti ini rasanya di deketin Arka? Batin Areva.
Areva langsung menggeleng cepat, bagaimana pun Arka adalah playboy dan badboy, ia harus jaga jarak. Tetapi hatinya memaksa ingin selalu berada di dekat Arka.
Beberapa menit berlalu, Arka kembali dengan membawa kotak P3K, dengan segera ia mengobati luka di lutut Areva sambil berjongkok.
Areva memperhatikan Arka yang tengah mengobati lukanya.
"Iya tau gue ganteng, lo pasti terpesona 'kan," ujar Arka yang merasa diperhatikan.
Areva mengerjap. "Idih kepedean, di kepala lo ada kotoran kelelawar."
Arka membelalak dan langsung mengusap kepalanya.
Areva langsung tertawa. "Satu sama!"
Arka melihat Areva yang tengah tertawa. Hal yang langka, seperti keajaiban dunia dan Areva adalah keajaiban dunia di hati Arka.
Arka tersenyum sambil menatap Areva. "Lo cantik kalau lagi ketawa."
Areva menghentikan tawanya dan menatap Arka datar. "Lo baru tau gue cantik?"
Arka terkekeh dan mengacak gemas puncak kepala Areva. "Lo udah ketularan narsis kayak gue."
Ada perasaan aneh yang menjalar ke tubuh Areva. Apakah Areva sudah mulai membuka hatinya untuk Arka? Atau ia sudah terjatuh ke dalam lubang cinta buatan Arka?
Areva tidak mengerti, ia tetap ingin mempertahankan benteng es di hatinya, namun sangat sulit. Tidak, Areva tidak ingin membentengi hatinya untuk Arka.
VOTE AND COMMENT!!!🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Cold Girl
Teen Fiction(SUDAH END) [CERITA INI HANYA ADA DI WATTPAD] ARKANA RADEYASA~ Seorang most wanted boy yang bergelimang mantan di sekolah, memiliki sifat petakilan dan rasa ingin tahu yang tinggi, ia dianugrahi paras tampan, namun ia justru menyalahgunakan ketampan...