Part 56.

30.2K 1.5K 132
                                    

Tumben banget aku ngasih lagu di part😅 entahlah menurutku artinya cocok aja gitu.

Tapi ngga perlu didengerin juga ngga papa😂

Enjoy this story😁 jangan lupa komen yang sebanyak-banyaknya🤗

Selamat membaca,,,

Arka merasa kepalanya berputar hebat, seperti berada di wahana rollercoaster. Namun, terlintas satu nama dalam pikiran bawah sadarnya, Areva Rafflecia. Bagaimana dengan gadisnya? Arka memaksa untuk memulihkan kesadarannya, perlahan dia membuka mata, posisinya masih terkurap di atas dinginnya lantai. Arka berusaha bangkit meski kesadarannya belum pulih seutuhnya, ia bahkan belum bisa berdiri tegak dengan kedua kakinya.

"A--Areva," panggil Arka terbata.

Areva memusatkan atensinya kepada Arka, pipinya baru saja kering, tetapi kini kembali basah karena derasnya air mata yang luruh begitu saja.

Victor mengikuti arah pandang Areva, dia tersenyum penuh arti. "Wah! Sudah seperti kisah Romeo dan Juliet," ujarnya kemudian balik menatap Areva.

Areva melebarkan matanya lalu menggeleng kuat. "Jangan dia, aku mohon. Yang kamu cari itu aku, kan? Jadi jangan libatkan orang lain," pintanya.

Victor mengeluarkan tawa sarkasnya, tidak sia-sia dia membalas pesan Arka menggunakan ponsel Areva. Ternyata laki-laki bernama Arka itu, merupakan kelemahan Areva. Bagi Victor, ini merupakan kesempatan yang tidak boleh dilewatkan.

"Sepertinya kamu sangat mencintainya, Areva. Tapi apa kamu ingat? Semua yang mencintai kamu atau yang kamu cintai, akan berakhir bersimba darah," tutur Victor yang berhasil membangkitkan rasa bersalah paling dalam di lubuk hati Areva.

Areva kembali mengingat kejadian kedua orangtuanya, mereka bahkan merelakan tubuh mereka untuk melindunginya. Tidak, ini bukan waktu yang tepat untuk Areva menyalahkan diri atas kesalahan yang tidak diperbuatnya.

Arka adalah fokus utama bagi Areva, ia harus memastikan laki-laki itu selamat.

"Kenapa Areva? Apa kamu baru sadar jika kehadiranmu adalah pembawa sial?" maki Victor tepat di hadapan Areva.

Areva menutup matanya sebentar, sepertinya air matanya sudah terkuras habis. "Aku mohon, Victor. Lepaskan dia, sebagai gantinya, a--aku akan ikut denganmu."

"Cih, mengapa aku harus menuruti ucapanmu? Lagi pula tentu saja kamu akan ikut menyusul kedua orangtuamu di alam baka, tetapi bukan di sini tempatnya."

Victor menyuruh beberapa orangnya untuk menahan Arka. Mereka mencekal kedua lengan Arka dan membuatnya bertekuk lutut di hadapan Victor.

Pria paruh baya dengan setelan jas yang apik itu mulai mendekat ke arah Arka, dia mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya. "Mungkin aku harus memastikan pistolku sudah terisi peluru atau belum," ucapnya sambil mengotak-atik senjata di tangannya.

Areva semakin dibuat histeris. "LEPASIN ARKA, AKU MOHON!!!" teriaknya, Areva memberontak agar ikatan ditubuhnya lepas.

Hal itu membuat Victor tersenyum puas melihat Areva yang begitu ingin melindungi laki-laki muda di depannya. "Aku ingin dengar permohonan mu sekali lagi."

Dengan isak tangisnya, Areva menatap Arka yang tengah menatapnya sembari menggeleng dengan mata berkaca-kaca, sementara Areva tersenyum penuh kepedihan, dia menatap Victor dan berkata lirih, "Lepasin Arka, aku mohon."

Senyuman miring tidak pernah hilang dari wajah Victor. "Sayangnya, aku tidak akan menerima permohonan dari keluarga Raffles."

Rasanya Areva ingin menghabisi Victor sekarang juga, menembaknya dengan puluhan peluru dan menikamnya dengan ratusan belati. Pria ini benar-benar tidak mengenal kata belas kasih, dan Areva baru ingat. Pria paruh baya yang ia temui di minimarket saat balapan antara Arka dan Martin, ternyata dia Victor. Mereka pernah bertemu sebelumnya dan itu artinya selama ini Victor ada di sekitarnya, hanya saja Areva tidak menyadarinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret of Cold Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang