Part 23.

47.6K 2.5K 38
                                    

Happy reading,,,

Bus berhenti di salah satu rest area, Areva mengerjapkan matanya pelan, ia terbangun dari tidurnya karena suara teman-teman kelasnya yang berisik.

Areva bangkit dan berjalan menuju toilet untuk mencuci muka. Setelah itu menemui Arin yang berada di toko makanan ringan.

"Arin," panggil Areva saat sudah berdiri di samping Arin.

Arin menoleh. "Udah bangun lo?"

"Kenapa lo ngga bangunin gue," protes Areva.

Arin menghela napas pelan, ia melirik Arka. "Ngga dibolehin sama Arka, katanya lo kecapean. Ya udah gue biarin," jelasnya.

Areva langsung menatap Arka yang juga sedang menatapnya.

"Nyenyak 'kan lo, tidur di pundak gue," ucap Arka sambil menepuk pundaknya.

Areva memutar bola matanya malas, ia tahu jika Arka tengah membuat cerita bohong tentangnya.

Arka berjalan mendekati Areva sambil membawa gelas plastik berisi teh hangat. "Nih, tadi lo kedinginan, jadi gue matiin AC-nya," ucapnya sambil memberikan gelas plastik tersebut.

Areva menerimanya. "Makasih."

Arka tersenyum dan mengangguk.

Martin datang menuju Areva sembari membawa gelas plastik di tangannya. "Va, gue bawain susu hangat buat lo," ucapnya sambil menyodorkan gelas plastik tersebut.

Areva berpikir sejenak kemudian menerimanya, sebenarnya ia sedang tidak ingin minum susu. Tapi bagaimana lagi, ia harus menghargai pemberian seseorang, bukan?

"Lo buta? Dia udah ada teh!" seru Arka.

Areva menatap Arka. "Ngga papa." Kemudian balik menatap Martin. "Makasih, tapi gue lagi ngga pengin minum susu."

Arka langsung mengambil susu pemberian Martin dari tangan Areva, meneguknya hingga tandas. "Thanks, ya." Arka mengembalikan gelas itu pada Martin. "Mubazir kalau gak diminum." Lantas berlalu pergi, diikuti Rendi dan Ragil.

Arin tahu jika hubungan antara kedua siswa populer itu tidak pernah akur. Arka dan Martin sudah seperti kucing dan anjing yang sulit jika berada di satu tempat yang sama. Arin segera mengajak Areva untuk kembali memasuki bus.

Martin meremas gelas plastiknya sambil terus menatap kepergian Arka, tersirat jelas kebencian dalam matanya.

◇◇◇

Bermalam di bus pariwisata rasanya menyenangkan, jam menunjukkan pukul sepuluh malam dan suasana di bus masih tetap ramai.

Areva kembali memakai headset kemudian menoleh ke samping, menatap Arka. Wajah cowok itu sedikit pucat, Areva jadi khawatir dengannya.

Areva menepuk pundak Arka pelan. "Lo sakit?" tanyanya.

Arka menoleh dan mengangguk pelan.

"Apanya yang sakit?" tanya Areva khawatir.

Arka tersenyum kecil melihat kekhawatiran Areva. "Hati gue," ucapnya dengan jahil.

"Kalau lo bercanda, gue ngga mau nolongin lo!" ancam Areva lalu membesarkan volume musik pada headsetnya dan membelakangi Arka.

Arka menarik headset Areva hingga terlepas. Membuat sang empunya menoleh dengan wajah kesal.

"Tolongin gue, Cetus. Gue ngga enak badan nih," lirih Arka.

Areva melihat Arka tidak tega, meskipun cowok itu selalu menjahilinya dan selalu membuatnya kesal, Arka tetaplah manusia dan Areva harus menolong sesama manusia meskipun jenisnya seperti Arka.

"Lo kok bisa ngga enak badan gini, lo salah makan deh kayaknya," ucap Areva kemudian memberikan obat kepada Arka.

Arka menerima dan segera meminum obat tersebut. "Makasih, Cetus." Arka tersenyum tulus.

Areva tersenyum tipis dan mengangguk.

"Lo tadi makan atau minum apa gitu?" tanya Areva sambil memijat tengkuk Arka.

Arka mengingat apa saja yang sudah ia masukkan ke dalam mulutnya. "Kayaknya gara-gara minum susu tadi," jawabnya.

Areva menghela napas pelan. "Kenapa lo minum?"

Arka menatap Areva yang kini tengah menatapnya. "Karena gue ngga mau kalau lo nerima pemberian dari Martin."

Areva menatap Arka bingung, apa maksud dari ucapannya? Apakah Arka baru saja overprotective padanya?

"Gue cemburu kalau ada cowok lain yang sok perhatian sama lo," jelas Arka sambil menatap Areva intens.

Areva membisu setelah mendengar alasan Arka. Perasaan aneh kembali menyelimuti hatinya, ritme jantungnya seakan berpacu lebih cepat dari biasanya.

Gadis itu mulai bingung dengan perasaannya, ia segera mengalihkan perhatiannya dari Arka. Rasanya memang aneh, namun semuanya nyata dan sangat baru bagi Areva. Itu semua ia rasakan hanya saat bersama Arka.

VOTE AND COMMENT!!!🤗

Secret of Cold Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang