Selamat membaca,,,
Areva menahan tubuh Arka yang tidak sadarkan diri, dengan hati-hati ia memangku kepala Arka. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan kekasihnya, beberapa kali ia menepuk pipi Arka. Namun, laki-laki itu enggan membuka matanya.
"Arka! Arka bangun!" Air mata Areva jatuh begitu saja, ia tidak ingin melihat kekasihnya seperti ini.
Arka membuka matanya perlahan, suara tangisan gadisnya adalah penuntun untuknya menuju kesadaran, Areva adalah objek yang pertama kali dilihatnya.
Tangan Arka terulur untuk mengusap air mata Areva, ia tersenyum. "Jangan nangis, aku ngga papa," ujarnya.
Tatapan teman-teman Arka menyudutkan Martin. Bagi mereka, apa yang terjadi dengan Arka pastinya bagian dari rencana Martin.
"Lo keterlaluan, Tin!" seru Ragil sambil menatap Martin tajam.
"Ini pasti bagian dari rencana lo'kan? Ngaku lo!" bentak Rendi.
Martin hanya diam menunduk, ia merasa bersalah atas apa yang dilakukannya.
Ragil, Rendi dan yang lainnya bersiap memberi balasan untuk Martin. Mereka hampir menjatuhkan pukulan di tubuh Martin. Namun, Arka menahannya.
Arka berusaha bangkit dengan bantuan Areva, ia tidak ingin teman-temannya tersulut emosi lebih dalam, bagaimanapun ia sudah menganggap perselisihannya dengan Martin sudah selesai, dan ia berharap tidak ada lagi perselihan diantara mereka berdua.
"Tahan emosi kalian!" seru Arka.
"Masalah ngga akan selesai kalau kita balas dengan kekerasan," lanjut Arka.
Semua menatap Arka karena bagi mereka, Arka adalah pemimpin.
"Perselisihan antara gue sama Martin, cuma karena salah paham. Dan kita udah selesaikan semuanya secara damai," jelas Arka sambil menatap teman-temannya.
"Mulai sekarang, diantara kita ngga ada permusuhan, kita semua teman seperjuangan."
Martin menatap Arka yang tengah menatapnya, ia tersenyum tipis. Setelah itu, ia menatap semua teman-temannya.
"Gue minta maaf. Selama ini, gue udah salah paham sama Arka, sampai melibatkan kalian semua," papar Martin.
Ragil mengembuskan napas pelan, ia menatap Martin remeh. "Huh! Untung gue belum melayangkan tinjuan maut buat lo!" desisnya kemudian berbalik dan pergi.
"Jadi, kita beneran damai nih?" tanya Rendi dengan wajah polosnya.
Arka terkekeh. "Kita semua berdamai."
Martin berjalan mendekati Arka, mereka berjabat tangan setelah itu berpelukan singkat ala laki-laki.
Sorai sorai mengisi kesunyian malam, mereka bersorak melihat bukti perdamaian kedua most wanted boy itu.
Kini perdamaian telah mengikat dua insan yang terkenal selalu terlibat perselisihan. Tidak ada lagi kesalah pahaman, semuanya telah selesai.
Arka menatap gadis yang berdiri di sampingnya. "Aku lega hari ini."
Areva tersenyum menatap Arka. "Luka kamu harus diobatin," peringatnya sambil menyentuh wajah Arka yang dihiasi lebam.
Arka tersenyum, ia tidak percaya jika hari perdamaiannya dengan Martin telah tiba. Dan hari yang paling membuat hidupnya merasa sangat bersyukur, yaitu dengan kehadiran Areva di sisinya.
"Kamu masih bisa nyetir motor? Apa perlu aku minta bantuan Ragil?" tawar Areva.
Arka menggeleng pelan. "Aku masih bisa nyetir motor, tapi kayaknya cuma bisa sampai rumah kamu, deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Cold Girl
Teen Fiction(SUDAH END) [CERITA INI HANYA ADA DI WATTPAD] ARKANA RADEYASA~ Seorang most wanted boy yang bergelimang mantan di sekolah, memiliki sifat petakilan dan rasa ingin tahu yang tinggi, ia dianugrahi paras tampan, namun ia justru menyalahgunakan ketampan...