Part 15.

57.3K 2.9K 26
                                    

Happy reading,,,

"Gue antar lo pulang."

"Gue bisa pulang sendiri." Areva segera bangkit dari duduknya.

"Entar lo ngadu sama Yugo, gue ngga mau kalau sampe Yugo bikin muka ganteng gue bonyok," ujar Arka dengan wajah ngeri.

Areva memutar bola matanya malas. "Ya deh."

Arka tersenyum senang, ia langsung menaiki motornya dan memakai helm. "Ayo naik!" serunya, kapan lagi ia bisa duduk berboncengan dengan Areva.

Areva terdiam. "Gue ngga bisa naiknya," cicitnya.

Arka terkekeh. "Pegang tangan sama pundak gue," balas sambil mengulurkan tangan kirinya.

Areva masih merasa takut. "Kalau jatuh gimana?"

"Lo ngga bakal jatuh dari motor gue, tapi lo bakal jatuh cinta sama pemiliknya," jelas Arka.

Areva berdecak. "Pede banget lo!" tukasnya kemudian meraih tangan dan pundak Arka.

"Pegangan! Nanti jatuh. Tapi ngga papa deh, yang penting jatuhnya sama gue." Setelah itu Arka tertawa renyah.

"Dasar modus!" desis Areva, ia berpegangan pada ujung jaket Arka.

"Jaket gue ngga bakal terbang keles, jadi ngga usah dipegangin."

"Lo tinggal jalan, udah bereskan."

"Oke, jangan salahin gue!" peringat Arka dan langsung melaju dengan kecepatan di penuh.

Areva berteriak karena terkejut dan reflek memeluk Arka karena takut terjatuh.

"ARKAAA! LO MAU KITA MATI MUDA HAH?!"

"APA AJA YANG PENTING SAMA LO, CETUS. NIKAH MUDA SAMA LO GUE SIAP KOK!"

"ARKA GILAAAA!" teriak Areva sedangkan Arka tertawa kencang dari balik helmnya.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Areva. "Woy udah sampe, betah banget lo meluk-meluk gue," ujar Arka begitu sampai di depan gerbang rumah Areva.

Areva langsung melepas lingkaran tangannya. "Dasar modus!" Sambil memukul kepala Arka dan segera turun dari motor.

"Gue balik ya, ada yang belum gue lunasin," ucap Arka.

"Lo beli kotak P3K itu ngutang? Kenapa ngga minjem duit gue?!" seru Areva.

Arka melongo, harga dirinya ke mana saat Areva menuduhnya berhutang? Apakah sudah lari dari raganya. Kata-kata Areva memang menusuk dan berhasil mengusir harga dirinya.

Arka jelas tidak pernah berhutang kepada siapa pun, kecuali saat di kantin sekolah, itu pun ia tidak berniat berhutang, hanya saja ia membeli dan lupa untuk membayarnya.

"Mulut lo pedes banget sih, gue hutang belum sampe garis finish, gue juga masih punya duit kali," papar Arka.

"Oh."

"Thank's, pertimbangin saran gue, hati-hati," ucap Areva dan langsung memasuki rumahnya.

Arka masih di posisinya, memikirkan ucapan Areva.

Gue bakal pertimbangin kok, itu semua buat lo, Areva. Batin Arka.

Tunggu, barusan tadi, Cetus bilang "hati-hati" apa itu artinya dia perhatian sama gue? Batin Arka.

Arka tersenyum. "Akhirnya perjuangan gue ngga sia-sia, see you Cetus," seru Arka dengan semangat.

Arka menghidupkan mesin motornya dan melaju meninggalkan perumahan Areva.

◇◇◇

Areva memasuki rumahnya dengan membawa barang belanjaannya.
Riko, Anne dan Yugo segera menghampiri Areva dengan wajah khawatir.

"Kamu lama banget sih. Kita semua khawatir tau," protes Yugo.

"Iya Areva, ditelpon ternyata ponsel kamu ngga dibawa," imbuh Anne.

"Maaf, tadi aku ketemu teman. Kita keasyikan ngobrol," ucap Areva sambil memamerkan deretan gigi putihnya.

"Siapa?"

"Arka."

Ekspresi Yugo langsung berubah datar. Ia menurunkan tatapannya ke arah lutut Areva yang di plester. "Lutut kamu kenapa?"

"Tadi jatuh, terus ada Arka yang nolongin," jelas Areva, ia terpaksa harus berbohong. Kalau ia berkata jujur, entah apa yang akan Yugo lakukan kepada Arka.

"Arka siapa?" tanya Anne bingung.

"Temen sekelas, Bi. Kak Yugo juga kenal."

Yugo menatap Areva dengan wajah jahil. "Arka cowok yang disukain Areva, Bi."

Areva membelalakkan matanya, bagaimana bisa Yugo berkata seperti itu dihadapan Anne dan Riko, terbuka sudah topengnya yang dianggap gadis polos.

"Wah, Areva udah punya gebetan nih ceritanya," goda Anne.

"Ngga, Bi. Kita cuma temenan kok," sanggah Areva.

Areva menatap Yugo kesal. "Kak Yugo sih, seneng banget nyebarin gosip kayak ibu-ibu komplek."

"Sudah, Paman udah laper ini, tadi Bibi Anne udah masak banyak. Kita makan yuk," ajak Riko.

Areva menunduk. "Tadinya aku sama Kak Yugo mau bikin kejutan buat Bibi sama Paman, tapi udah telat kayaknya."

"Ngga ada kata terlambat," ucap Anne sambil tersenyum menatap Areva. "Kita makan bersama, itu udah bikin Bibi sama Paman bahagia."

Areva tersenyum lega, Anne segera merangkul Areva menuju meja makan.

Suasana makan malam diiringi canda tawa, Areva dan Yugo bertanding untuk memakan cake stroberi tercepat.

Kemenangan diraih oleh Areva, ia menghabiskan satu porsi cake stroberi dengan waktu sepuluh menit.

"Aku menang!" seru Areva. "Sesuai kesepakatan, yang kalah harus mengabulkan 3 permintaan pemenang."

Yugo menatap remeh Areva. "Kakak sengaja ngalah sama kamu," kilahnya.

"Alesan! Bilang aja ngga mau terima kekalahan," tuduh Areva.

Yugo tersenyum, ia mengambil tisu kemudian mengelap sisa krim di mulut Areva.

Areva tertegun karena perlakuan Yugo. "Aku jadi kangen sama kak Arvin, dia bakal perhatian kayak Kak Yugo ngga ya."

"Pastinya, tugas seorang Kakak bukan cuma itu, tetapi melindungi, menjaga dan menghibur adiknya," ucap Yugo.

Areva meneteskan air mata, ia merasa bahagia dan sedih diwaktu bersamaan.

"Jangan khawatir Areva, Paman bakal terus nyari Arvin, kamu harus banyak berdo'a, semuanya perlu perjuangan," ucap Riko.

"Iya Areva, kita berdo'a untuk keselamatannya," tambah Anne.

Areva mengangguk setuju, Yugo mengusap air mata Areva dengan jarinya dan tersenyum penuh kehangatan. Areva merasa memiliki harapan besar untuk bertemu dengan Arvin.

VOTE AND COMMENT!!!🤗

Secret of Cold Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang