Part 45.

33.4K 1.7K 54
                                    

Hari ini aku 2× apdet nich😁 seneng gak?

Udah kaya minum obat sehari 2x😂

Jangan lupa vote dan komen, karena itu sumber penyemangat untuk Author🤗😉

Selamat membaca,,,

Hari sudah hampir senja, tetapi Arka dan Areva masih berada di dalam mall untuk mengisi perut mereka terlebih dahulu sebelum pulang. Mereka menuju sebuah restoran yang ada di dalam mall.

"Kita makan di sini aja, aku udah laper banget."

Areva mengangguk setuju. Melihat reaksi Areva, Arka segera mencari tempat duduk yang kosong, begitu menemukan spot yang bagus, Arka dan Areva segera menempati tempat tersebut.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Arka.

"Samain kayak kamu."

"Kalau aku pesan cinta kamu, boleh ngga?" Arka menaik turunkan alisnya sambil tersenyum jahil.

Areva membalasnya dengan kekehan kecil. Arka memang selalu memberinya ucapan manis, sampai membuatnya geli mendengarkannya. Arka pun pamit untuk memesan makanan.

Sembari menunggu Arka, Areva memainkan ponselnya untuk mengusir rasa bosan, ia membuka aplikasi WhatsApp-nya yang terdapat lebih dari seratus notifikasi. Areva menghela napas pelan, ini alasan mengapa ia tidak suka mengaktifkan ponselnya. Tanpa niat membalas, Areva kembali mematikan ponsel dan menaruhnya di atas meja.

Saat Areva mengangkat wajah untuk melihat Arka, laki-laki itu ternyata sudah mendapatkan pesanannnya, dengan senyum manisnya ia berjalan menuju mejanya sambil membawa sebuah nampan.

"Makanan datang!" seru Arka sambil menaruh nampannya di atas meja. Ia membeli dua porsi nasi goreng seafood dan jus stroberi untuknya dan Areva.

"Cepet dimakan, kalau dingin ngga enak," peringat Arka.

Areva mengangguk, ia memasukkan satu sendok nasi goreng ke mulutnya kemudian mengunyahnya perlahan, merasakan bumbu-bumbu nasi goreng dengan lidahnya, sampai ia merasa ada sesuatu yang kurang. Areva mengerutkan dahinya untuk mengetahui apa kekurangannya.

"Kenapa?" Arka menautkan alisnya  menatap Areva.

Areva balik bertanya, "Kok ngga pedas?"

Arka cengengesan. "Aku ngga suka pedas, kirain kamu juga," paparnya, ia lupa jika Areva gadis pecinta rasa pedas, tidak heran jika ia sering melontarkan kalimat yang pedas di dengar.

Areva mengerjap beberapa kali, Arka tidak suka pedas? Terdengar tidak cocok untuk Arka yang terkenal dengan badboy-nya. "Beneran?" tanya Areva yang masih tidak mempercayainya.

Arka mengangguk dengan mulut penuh, ia mengunyahnya cepat sebelum menjawab pertanyaan Areva. "Terakhir kali aku makan pedes. Besoknya, tiga hari tiga malem bolak-balik ke toilet," akunya.

Areva mengangguk mengerti, sampai ia teringat sesuatu. "Tapi waktu itu, kamu pernah makan ketoprak pedes sama aku. Kamu ngga papa?" tanyanya khawatir. Areva jelas masih ingat saat Arka dan dirinya makan ketoprak di pinggir jalan.

Arka terkekeh. "Itu yang terakhir, tapi aku udah ada obat penawarnya. Jadi kamu ngga perlu khawatir," papar Arka sambil mengusap pipi Areva, "Kamu mau aku pesenin makanan yang baru?"

Areva mengeleng cepat. "Ngga usah. Kamu lanjutin makannya."

Arka mengangguk dengan senyum manisnya. Senyum yang dapat melelehkan hati para gadis yang melihatnya. Areva membalasnya dengan senyum kecil, ia hendak memakan makanannya tetapi obrolan beberapa gadis di belakangnya sangat mengganggunya.

"Eh, Ada cowok keren banget!"

"Mana?"

"Yang pake hoodie hitam, di depan meja kita."

"Yang lagi makan itu?"

"Iya, lagi makan aja masih tetep cakep."

Areva segera menatap Arka, laki-laki itu memakai hoodie hitam. Apakah laki-laki yang dimaksud pada gadis itu adalah Arka? Jika benar, Areva tidak bisa membiarkannya. Para gadis itu harus diberi pelajaran, setidaknya cukup dengan lirikkan matanya yang tajam, para gadis itu segera menutup mulut mereka.

"Kita cabut yuk!"

"Ayo, serem banget lirikannya."

"Lo sih, udah tau tuh cowok punya pacar, pake gosipin segala!"

Areva menyeringai kecil mendengar gerutuan para gadis tersebut, ia bisa makan dengan tenang sekarang. Sekali lagi Areva menatap Arka yang masih melahap nasi gorengnya. Sepertinya, kekasihnya itu sangat lapar.

Tangan Areva terulur untuk mengusap sudut bibir Arka yang terdapat sisa makanan. "Jangan buru-buru makannya," peringatnya dengan suara lembut.

Arka menatap Areva kemudian tersenyum. "Makasih, sayang." Areva mengangguk dan segera memakan makanannya.

"Habis makan kita jalan-jalan dulu, yuk!"

Areva kembali mengangguk, ia tidak bisa menolaknya, karena Areva pun menginginkannya. Areva ingin menghabiskan waktu bersama Arka, merasakan kebahagiaan menjadi kekasih dari Arkana Radeyasa.

◇◇◇

Sesuai dengan apa yang sebelumnya ia katakan, Arka mengajak Areva berkeliling mall. Tidak lupa dengan menggandeng tangan Areva seolah tidak membiarkan Areva hilang dari sisinya.

"Kita ke situ, yuk!" Areva menarik tangan Arka agar mengikuti langkahnya.

Arka menuruti ke mana Areva membawanya. Menurutnya, Areva adalah gadis yang unik, bukan hanya suasana hatinya yang cepat berubah, tetapi gadis itu bisa menjadi pribadi yang berbeda dalam satu waktu. Terkadang Areva seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru, terkadang seperti orang dewasa yang sudah berpengalaman mengenai dunia luar. Arka tidak bisa menebaknya.

Areva mengajak Arka masuk ke sebuah toko souvenir yang menyajikan banyak benda berwarna biru. Dari sini Arka tahu apa warna kesukaan Areva.

Begitu memasuki toko souvenir, atensi Arka teralihkan karena satu benda yang mengingatkannya dengan seseorang. "Sayang, sini dulu," panggil Arka.

"Kenapa?"

Arka menunjukkan boneka pemeran utama sebuah film. "Aku nemu kembaran kamu," ujarnya dengan wajah senang.

Areva menatapnya datar. Sampai kapan Arka menyamakannya dengan Elsa, tokoh kartun di film Frozen. Areva benar-benar jengah. "Kamu mau beli itu?"

"Iyap. Ini replika kamu," kata Arka, "Dingin dan cuek, tapi sebenarnya dia penyayang dan peduli."

"Masa?"

Arka mengangguk kemudian mengacak puncak kepala Areva dengan gemas. "Aku jadi kangen Areva si Gadis dingin."

"Ngga nyesel bilang gitu?"

Arka menaruh boneka tersebut di tempat semua. Setelah itu, ia meraih kedua tangan Areva dan mengusapnya lembut. "Siapa pun kamu, aku tetep sayang. Dan ngga akan pernah nyesel."

Areva terenyuh mendengar pengakuan Arka, lelaki ini sepertinya sangat tulus dengan ucapannya. Bagaimana bisa Areva tidak jatuh lebih dalam karena perkataannya yang begitu tulus dan meyakinkan, Areva tidak bisa membayangkan jika satu hari tanpa melihat Arka atau mendengar suaranya.

"Ngga jadi beli bonekanya?"

"Nanti aja. Kan aku masih punya kamu."

Arka mengajak Areva keluar dari toko souvenir karena langit sudah semakin gelap, Areva pun menyetujuinya. Begitu keluar dari toko tersebut, Arka dan Areva dikejutkan oleh suara seseorang yang memanggil nama mereka.

"ARKA, AREVA!"

VOTE AND COMMENT!!!🤗

Aku ada tebak2an nih, menurut kalian siapa yang barusan manggil Arka sama Areva?

A. Arin
B. Martin
C. Ragil
D. Rendi.

Temukan jawabannya di slide berikutnya😁

Bagi yg udah bosen, ngga papa. Pintu keluar selalu terbuka😊

Secret of Cold Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang