Happy reading,,,
Bel istirahat sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Arin dan Areva sudah berada di kantin.
Berkali-kali Arin berdecak kesal. "Apes banget sih, studytour dapetnya Bali, tempat duduk di bus nyamain tempat duduk di kelas," keluhnya sambil mengingat kejadian sebelumnya.
Flashback on.
"Arin, bukan cuma kamu yang mengeluh seperti itu, banyak. Hampir semua kelas sama," jelas Pak Agus.
"Tapi Pak ...."
"Lagi pula kamu tidak harus selalu bareng Areva, kamu butuh berbaur dengan murid lain. Dengan begitu, teman akrab kamu bukan cuma Areva, jangan pilih-pilih teman!" peringat Pak Agus.
Arin hanya mengangguk pasrah mendengar semua penjelasan Pak Agus yang memang ada benarnya.
"Sekarang kerjakan soal bab 3 di buku paket PPKN!" perintah Pak Agus.
Semua murid menganga tidak percaya.
"Maaf Pak, bukannya kita free?" tanya Ragil.
"Kalian free di sekolah, tidak di rumah!"
Sebagian murid menepuk kening mereka dan mengeluh.
"Kerjakan kelompok dengan teman sebangku kalian, titik!
Bapak tidak menerima protes dan keluhan. Besok dikumpulkan!""Sekian dan terimakasih."
Flashback off.
○○○
Memasuki jam pelajaran terakhir, Bu Iren selaku guru mata pelajaran memasuki kelas. Semua murid menunjukkan ekspresi bingung.
"Bukannya kita free, Bu?"
"Bukannya guru-guru lagi bahas studytour, Bu?" imbuh Dodit.
"Diam semuanya!" seru Bu Iren sambil memukul papan tulis dengan penghapus. "Kalian tetap belajar di rumah!"
Semua murid mengeluh, mengapa sedari pagi, guru selalu memberi harapan palsu untuk muridnya?
Semua keluhan murid tidak dihiraukan oleh Bu Iren, ia tetap mengajar dan memberi tugas untuk dikerjakan di rumah.Dan yang paling Areva benci adalah ... ketika Bu Iren mengatakan jika tugas dikerjakan dengan teman sebangku.
Areva mengangkat tangan kanannya. "Tugasnya individu aja, Bu," usulnya.
"Kenapa Areva? Bukannya lebih baik jika dikerjakan bersama, kalian bisa saling bertanya dan tugas lebih cepat selesai," balas Bu Iren.
"Itu kalau temennya pengertian, Bu."
Bu Iren mengerutkan dahinya bingung.
"Saya ngga mau satu kelompok sama Arka, Bu. Dia ngga pernah bantu ngerjain tugas," adu Areva.
Arka menatap Areva tidak percaya. "Saya bantuin kok, Bu."
"Bantu apa? Lo malah enak-enakan main hp, tidur lagi," cibir Areva.
"Gue bantu do'a. Lo aja ngga tau."
Areva memutar bola matanya malas. "Do'a lo ngga mustajab."
"Do'a gue bukan buat sekarang."
Semua yang ada di dalam kelas hanya menyimak perdebatan Arka dan Areva yang sudah biasa terjadi.
"Terus buat kapan Arka?" tanya Bu Iren dengan sabar.
"Buat masa depan Bu," jawab Arka santai.
"Kamu do'a apa?" tanya bu Iren penasaran.
"Do'ain Areva biar jadi masa depan saya Bu, HIYAAA!" seru Arka dan langsung mendapat sorakan serta tepuk tangan dari teman-temannya.
Areva menatap Arka tidak percaya sedangkan Arka malah menampilkan deretan giginya dan menaik turunkan alisnya.
"Sudah, sudah. Arka, kamu harus bantu Areva mengerjakan soal. Kalau tidak, Ibu bakal kosongin nilai kamu sampai semester dua!" tegas Bu Iren.
"Iya Bu, iya." Arka hanya bisa pasrah.
Areva langsung duduk dengan lesu, ia tidak yakin dengan apa yang diucapkan Arka, cowok itu mungkin akan mengulangi kesalahan yang sama.
"Ketua kelas, siapin teman-temannya untuk berdo'a," ucap Bu Iren.
"Berdo'a buat apa Bu?" tanya Ragil.
"Buat keselamatan kalian."
"Kirain buat keselamatan cinta kita, HIYAA!" seru Ragil dan langsung mendapat sorakan serta jitakan dari Rendi dan Arka.
Bu Iren geleng kepala dengan kelakuan anak muridnya itu, kemudian berlalu pergi.
"Kita ngerjain di mana?" tanya Arka.
Sebelum menjawab, Areva memikirkan sesuatu. Ia tahu jika Arka ingin mencari tahu banyak tentang dirinya, dan itu tidak boleh terjadi.
"Di rumah lo aja."
"Kenapa?"
"Karena lo nanya," tukas Areva. "Udah cepet, gue sibuk!"
Arka berdecih. "Sok sibuk lo, dasar es balok!"
Areva langsung menatap Arka tajam, melihat tatapan tajam Areva, Arka segera menutup mulutnya.
◇◇◇
Arka berjalan mendahului memasuki rumahnya. Di belakangnya, Areva tengah memperhatikan lingkungan sekitar rumah Arka yang menurutnya ramai.
"Ayo masuk," ajak Arka dan Areva menurut.
Sampai di ruang tamu, Arka menghentikan langkahnya dan menatap Areva. "Tunggu di sini, gue mau ganti baju dulu," Arka pergi meninggalkan Areva di ruang tamu.
Areva melihat-lihat foto keluarga berukuran sedang yang tertempel di dinding, banyak foto Arka saat kecil dan satu lagi cowok yang sepertinya saudara Arka, namun tidak asing di mata Areva.
"Arka punya kakak?" tanya Areva.
"Punya, dia lebih tua dari Arka satu tahun," jawab seseorang membuat Areva reflek berbalik.
Seorang wanita paruh baya tersenyum ke arah Areva.
"Assalamu'alaikum, Tante," ucap Areva sambil mencium punggung tangan wanita itu.
"Wa'alaikumussalam ... kamu pacarnya Arka yang ke berapa?" tanya wanita itu.
Areva terkesiap mendengar pertanyaan itu, menjadi kekasih Arka sama sekali tidak terpikirkan olehnya dan ia berharap tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya.
Areva tersenyum kikuk. "Kita cuma temenan, Tante. Kita ngga pacaran," ucap Areva menjelaskan.
Wanita itu mengangguk mengerti dengan senyum ramah yang tidak hilang. "Ayo duduk."
Areva mengangguk.
"Kok, Tante sepertinya ngga asing sama kamu," ucapnya sambil mengingat. "Kamu yang bantuin Tante waktu di pasar kan?"
Areva ikut mengingat kejadian beberapa waktu lalu. "Iya Tante, saya Areva."
"Ya ampun, kebetulan banget ya kita ketemu lagi. Saya Ani, Ibunya Arka," ucap Ani dengan senang.
Areva tersenyum. "Iya Bu, eh Tante maksudnya," ucap Areva sambil menepuk mulutnya yang keseleo.
Ani tertawa renyah. Melihat reaksi Ani, Areva jadi ikut tersenyum.
"Ngga papa, manggil Mama juga ngga masalah," ujar Ani membuat Areva tersenyum canggung.
Ani menyuruh asisten rumah tangganya untuk mengambilkan camilan dan minuman untuk Areva.
Mereka membicarakan banyak hal salah satunya menggibahi Arka.VOTE AND COMMENT!!!🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Cold Girl
Teen Fiction(SUDAH END) [CERITA INI HANYA ADA DI WATTPAD] ARKANA RADEYASA~ Seorang most wanted boy yang bergelimang mantan di sekolah, memiliki sifat petakilan dan rasa ingin tahu yang tinggi, ia dianugrahi paras tampan, namun ia justru menyalahgunakan ketampan...