Happy reading,,,
Tidak lama setelah obrolan Ani dan Areva, Arka terlihat tengah menuruni anak tangga dengan pakaian santainya.
Areva menatap kedatangan Arka. Ada pepatah mengatakan jika mulut bisa berbohong, namun tidak dengan hati.
Hati Areva tidak bisa bohong mengatakan jika Arka memang pantas didefinisikan sebagai cowok tampan. Areva menggeleng kecil. Aish aku pasti kurang minum, sampe ngawur gini. Batinnya.
"Mama udah pulang?" tanya Arka sambil menjatuhkan pantatnya di sofa ruang tamu.
"Dari tadi," balas Ani singkat.
"Areva beneran bukan pacar kamu?" tanya Ani memastikan, dengan harapan jika apa yang dikatakan Areva itu tidak benar. Bisa saja mereka merahasiakan hubungan mereka darinya.
Arka mengembuskan napas pelan, Ibunya selalu mengajukan pertanyaan yang sama setiap kali ada cewek yang datang ke rumahnya. "Iya Ma, Areva pacar Arka yang ke sekian ratus ribu," jawab Arka merasa jengah.
Ani menutup mulutnya tidak percaya, anaknya benar-benar keterlaluan.
Areva memberi pelototan kepada Arka, namun tidak diindahkan oleh Arka. "Ngga Tante, kita cuma temen sekelas, ngga lebih," jelas Areva.
"Loh kenapa? Kalian berdua itu cocok, yang satu cantik, yang satu ganteng." Ani kemudian bangkit dari duduknya dan berlalu pergi meninggalkan ruang tamu, hanya menyisakan Arka dan Areva.
Areva menatap kepergian Ani dengan perasaan yang sulit dijelaskan, bagaimana bisa Ani mengatakan itu, padahal baru dua kali Ani bertemu dengannya. Sampai sini, Areva paham jika buah jatuh memang tidak jauh dari pohonnya. Arka dan Ani memiliki sifat yang sama, suka mencetuskan sesuatu tanpa pikir panjang.
Areva berpindah tempat duduk di samping Arka untuk menyampaikan sesuatu. "Lo ngapain bilang kita pacaran!"
Arka menatap Areva yang kini tengah menatapnya. "Lo ngga mau jadi pacar gue?"
"Gak!"
Arka menyunggingkan senyum jahil. "Gak sekarang, tapi nanti. Iya 'kan," ucapnya dengan percaya diri.
Areva tidak membalas ucapan Arka, ia berpindah duduk di karpet berbulu yang ada di ruang tamu, sembari mengeluarkan beberapa buku.
"Buku lo mana?" tanyanya sambil menatap Arka yang tengah asik bermain game di ponsel.
"Nanti gue salin punya lo," ucap Arka tanpa melihat Areva.
Areva terpenganga. Salin? kata itu pantangan bagi Areva, dan sama sekali tidak ada di kamus kehidupannya, dan Arka seenak jidat mengatakan itu padanya. Areva segera merebut ponsel Arka.
Arka terkesiap. "Apaan sih, Cetus! Balikin ponsel gue!" seru Arka.
"Gak! Sebelum tugas kelompok kita selesai!" tegas Areva sambil menyembunyikan ponsel Arka dibalik punggungnya.
"Dasar es balok! Balikin ponsel gue!" seru Arka sambil mencoba mendapatkan kembali ponselnya.
"Gak!"
"Oke, gue ngga akan nyerah." Arka menyiapkan sejuta rencana jahil dalam otaknya.
Arka mendekatkan wajahnya sampai tersisa beberapa senti dari wajah Areva, membuat Areva reflek menahan napas dan menutup mata.
Arka menampilkan senyum jahilnya lalu menjauhkan wajahnya dan tertawa. "Ngapain lo tutup mata? Nethink ya lo!" tuduhnya.
Sialan, cowok rese! Batin Areva.
Arka menunjukkan ponselnya kemudian mengayunkannya di depan wajah Areva sambil tertawa mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Cold Girl
Teen Fiction(SUDAH END) [CERITA INI HANYA ADA DI WATTPAD] ARKANA RADEYASA~ Seorang most wanted boy yang bergelimang mantan di sekolah, memiliki sifat petakilan dan rasa ingin tahu yang tinggi, ia dianugrahi paras tampan, namun ia justru menyalahgunakan ketampan...