Mina laidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin🙏🤗(eh maaf udah telat yak)😁
Selamat membaca,,,
Areva duduk di bangkunya, ia mengambil novel dari dalam tas kemudian membacanya dengan wajah tenang, seperti tidak terjadi apapun. Tidak, sebenarnya ia hanya ingin mengurangi rasa malunya akibat teriakan Arka yang sebelumnya.
Tidak lama setelahnya, seseorang datang dan duduk di samping Areva.
"Va," panggil Arin.
Areva menoleh menatap Arin yang duduk di sampingnya. "Apaan?"
"Nanti kita belanja bareng yuk, buat persiapan pensi," ajak Arin dengan wajah semangat.
"Iya deh," balas Areva yang masih fokus membaca novel di depannya.
Arin bersorak semangat, ia kembali duduk di kursinya sembari bermain ponsel.
BRAK!!!
Suara pintu kelas yang dipukul lumayan keras membuat beberapa murid terkejut dan menatap ke sumber suara. Kali ini pelakunya bukan Arka dan antek-anteknya, melainkan Martin dan anak buahnya yang dengan beraninya memasuki kelas XI IPA 1.
Di SMA Xavier, kelas XI IPS 1 dan XI IPA 1 sangat sulit diajak berdamai. Hal ini dikarenakan adanya permusuhan antar most wanted boy dari dua jurusan. Martin sebagai most wanted boy yang mengetuai IPS dan Arka yang mengetuai IPA. Keduanya selalu berselisih karena suatu hal yang pastinya tidak semua orang tahu.
"SIAPA YANG IJININ LO PADA MASUK KE KELAS INI, HAH?!" seru Yogi tidak terima karena lantai kelasnya dipijak oleh Martin, Ketua dari jurusan IPS.
Regi ikut menyahut, "Lo pada keluar gih, sebelum kita hajar!" Kedua tangannya mengepal kuat.
"Kalian salah masuk kelas, ya?" tanya Tito dengan wajah remeh.
Martin tidak mengindahkan segala bentuk ucapan yang ditujukan untuknya, ia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Namun tidak menemukan orang yang dicarinya, seketika tatapannya jatuh pada seorang gadis yang terlihat berbeda dari yang lainnya.
Martin berjalan menuju gadis tersebut. Ia berdiri tepat di hadapan gadis itu. "Arka mana?" tanyanya.
Areva yang merasakan kehadiran seseorang di depannya lantas mendongak mendapati Martin. Setelah itu, ia mengedikkan bahunya acuh, sebagai jawaban atas pertanyaan Martin.
Martin mengedarkan pandangannya, menyaksikan berbagai arti tatapan semua murid untuknya. Martin tersenyum.
"BILANG SAMA IDOLA KALIAN YANG BRENGSEK! GUE TANTANG DIA BUAT BALAP MOTOR NANTI MALAM!" bentak Martin sembari menjeda ucapannya.
"KALAU SAMPE DIA GAK DATENG ... LIAT APA YANG BISA GUE LAKUIN, KHUSUSNYA AREVA!" lanjutnya sambil menyeringai, siapapun pasti penasaran dengan apa yang direncanakan Martin.
Regi menggelengkan kepalanya kemudian berkata, "Lo ngga sadar diri, ya? Arka udah sering ngalahin lo. Masih ngga terima aja nih orang, nanti malu gimana?"
Martin menampilkan smirk. "Nanti malam kalian semua harus datang. Biar gak penasaran."
Martin menatap Areva. "Khususnya lo, Areva. Nanti malam bisa jadi yang terakhir kalinya lo lihat Arka." Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya, Martin berlalu pergi meninggalkan kelas.
Areva terdiam tidak berkutik, pikirannya mulai menebak-nebak tentang apa yang akan Martin lakukan kepada Arka. Namun semuanya lenyap seketika saat seseorang menepuk pundaknya dan duduk di sampingnya.
"Jangan mikir yang aneh-aneh! Nanti malam lo harus datang, lo harus kasih semangat buat Arka. Kita ngga tau apa yang Martin rencanain," ujar Arin.
Areva mengangguk mengerti. "Gue butuh lo, Rin," lirihnya.
Arin tersenyum. "Gue selalu ada buat lo, Va." Setelah itu, Arin kembali ke tempat duduknya.
Areva bersyukur setelah mendengar ucapan Arin, hatinya sedikit merasa lega.
BRAK!!!
Lagi-lagi suara pintu yang dipukul dari luar, suaranya sangat kencang sampai membuat beberapa orang terkejut.
"SELAMAT PAGI, EPRIBADEH!" seru Ragil dan Rendi begitu memasuki kelas, diikuti Arka.
Semua murid memasang wajah datar, ternyata ini benar-benar kelakuan Arka dan antek-anteknya.
Ketiga siswa yang baru memasuki kelas itu melangkah santai menuju bangku masing-masing. Namun gerakan mereka terhenti karena ucapan seseorang.
"Lo udah terima tantangan dari Martin, Ka?" tanya Regi.
Mendengar pertanyaan itu, Arka tidak langsung menjawab, ia menatap Areva yang tengah menatapnya. Arka belum siap jika harus mengungkapkan keputusannya di depan Areva. Tetapi ia harus mengatakan yang sebenarnya.
"Gue udah terima."
Semua bersorak semangat mendengar jawaban Arka. Memang, bukan Arka jika lari dari tantangan.
Melihat respons teman-temannya, Arka menunduk dan berjalan lesu menuju bangkunya kemudian duduk.
Areva menepuk pundak Arka dan tersenyum. "Nanti malam jangan sampai kalah."
Arka mengangkat wajahnya menatap Areva. "Maaf, aku belum bisa nepatin janji," lirihnya.
"Aku ngga nuntut kamu buat janji, waktu itu aku cuma ngasih saran."
Arka tersenyum kemudian mengangguk, ingin sekali ia memeluk Areva sekarang, namun posisinya tidak memungkinkannya melakukan itu. "Kamu bakal datang, kan?"
Areva mengangguk. "Aku bakal jadi penyemangat kamu di sana."
Arka meraih kedua tangan Areva, mengusapnya dengan lembut. "Makasih, sayang."
"Arka! Lo lupa, pesan bu Iren?" Suara Rendi berhasil merusak momen bahagia Arka.
Arka melirik Rendi dengan ekor matanya. "Gak!" Ia bangkit dari duduknya kemudian melangkahkan kakinya menuju depan papan tulis, untuk memberikan informasi.
"PERHATIAN SEMUANYA!!!" tegas Arka agar semua makhluk hidup di dalam kelas melihat ke arahnya.
"Bu Iren nyuruh gue bagi tugas buat mempersiapkan perpisahan. Tugasnya berkelompok," ucap Arka dengan wajah santai.
Semua murid diam mendengarkan Arka, mereka tidak ingin menyela karena tahu apa resiko yang akan mereka dapat.
"Pasang kuping kalian! Gue ngga terima usulan pengulangan kata!" ucap Arka lagi.
"SEKERTARIS KELAS! CATET!" teriak Ragil.
Bela berdecak kesal. "Bilang aja males nyatet, pakek bawa sekertaris lagi lo!" Bela segera mengeluarkan buku catatannya sebagai sekertaris.
Arka mulai menyebutkan satu persatu nama teman-temannya, kemudian membagi tugasnya.
"Ada yang belum disebutin namanya?" tanya Arka.
Semua murid terdiam, menandakan jika semua nama murid sudah disebutkan dan mendapat tugas masing-masing.
"Oke ngga ada. Gak boleh ada yang protes, keputusan gue ngga bisa diganggu gugat!" tegas Arka.
Setelah mendengar pengumuman dari Arka, semua murid kembali pada aktivitas masing-masing. Mereka mengerjakan sesuatu yang biasa mereka kerjakan di rumah, bermain game, mengobrol, tidur, dan lain sebagainya. Sekolah sudah seperti rumah kedua bagi para murid kelas XI IPA 1.
VOTE AND COMMENT!!!
Setiap Vote dan komen dari kalian, sangat berarti bagi tiap Author. Begitupun aku🙂🤗
Note: maaf deh ngegantung lagi:( author suka ngentungin perasaan orang lain, emang!🙂 mianhae🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Cold Girl
Teen Fiction(SUDAH END) [CERITA INI HANYA ADA DI WATTPAD] ARKANA RADEYASA~ Seorang most wanted boy yang bergelimang mantan di sekolah, memiliki sifat petakilan dan rasa ingin tahu yang tinggi, ia dianugrahi paras tampan, namun ia justru menyalahgunakan ketampan...