Perjanjian

6.5K 303 6
                                    

"Zei, gue kecewa sama lo."

Saat ini kita sedang berada di roof top sekolah. Setelah kejadian di kantin tadi, aku malu untuk menunjukkan wajahku.

"Gue minta maaf Fa." Aku tertunduk lesu.

"Kenapa sih, Lo mau aja dikerjain sama si Gafi?."

Sekilas, aku melirik Zalfa. Gadis itu tengah mencak mencak tidak terima saat Gafi mengerjai ku.

"Biar urusannya kelar."

"Kelar apanya? Si Gafi tadi ngata-ngatain lo Zei. Lo mau diem aja? Gue aja sebagai temennya gak terima Lo digituin."

Aku tau Zalfa masih marah, dan tidak terima atas perlakuan Gafi tadi.

Tapi ya udah lah.

Toh itu sudah terjadi.

"Gapapa, biarin aja."

"Gak bisa!."

"Lawan dong Zei!."

"Gue gak suka cari masalah." Jawabku cepat. Memang benar, aku paling tidak suka mempunyai masalah dengan seseorang.

"Ah udah lah terserah lo aja."

Aku hanya tersenyum kecil. Benar. Harusnya aku mendengarkan ucapan Zalfa.

Aku menatap langit langit kosong.
Pikiranku berputar pada kejadian satu jam yang lalu.

"Gue minta maaf."

Aku menyerngit saat melihat satu temannya yang tengah membisikan sesuatu ketelinga Gafi.

Aku tidak tau mereka sedang membicarakan apa. Volume suaranya sangat kecil. Yang jelas, aku bisa melihat seringaian jahil dari keduanya.

"Oke. Gue maafin."

"Tapi-."

"Tapi apa?!." Sentak Zalfa.

Aku sedikit kaget. Pasalnya, Zalfa bukan hanya menyentak Gafi dan Alfi. Dia juga menggebrak meja cukup keras.

Aku segera meraih pergelangan tangan Zalfa. Mencegahnya untuk melakukan hal yang diluar kendali.

"Tapi lo harus jadi pelayan gue selama satu bulan. Dan satu lagi, lo harus turuti perintah gue."

"Kalo nggak.. hidup lo gabakalan tenang."

"APA?!." Pekik Zalfa.

"Nggak Zei. Nggak usah! Mending lo gak usah minta maaf kalo gini."

Zulfa menatap Gafi dan Alfi tajam.

"Ayo kita pergi." Zulfa meraih pergelangan tanganku. Ia menggenggamnya erat.

Sebenarnya aku juga tidak terima.

Tapi mau bagaimana lagi?

Disini aku yang salah.

"Oke."

"Zei?!." Zalfa menatap ku tidak percaya.

Aku tau, keputusanku akan merugikan diriku sendiri.

Tapi apa boleh buat? Aku tidak ingin mempunyai musuh di sekolah. Aku hanya ingin hidup tenang.

Aku akan melakukan apapun.

Demi mendapatkan maaf seseorang.

Aku melirik Gafi yang tengah tersenyum kemenangan.

"Tugas Lo sekarang, bilang kalo Lo suka sama gue."

Apa? Apa aku tidak salah dengar?

Mataku membulat sempurna. Menyatakan perasaan yang bahkan kita sendiri tidak pernah merasakannya? itu sangat sulit. Apalagi di depan umum seperti ini.

Jelek, Bodo Amat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang