Jangan cengeng

4.3K 248 3
                                    

"Ini wc cowok."

Suara itu membuat pergerakan ku membasuh muka jadi terhenti. Aku mengedarkan pandangan, lalu merutuki diriku sendiri. Benar, ini memang wc cowok. Sial! Kenapa aku baru sadar sekarang.

"Gitu aja cengeng."

Aku menyerngit, kembali mengedarkan pandanganku untuk melihat siapa saja yang ada di dalam WC ini selain aku.

Pandanganku terhenti pada cowok yang tengah menyandarkan punggungnya di ujung pintu WC. Cowok itu menatapku datar seraya memainkan vape di tangannya.

Geri. Cowok itu Geri.

Aku tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan Geri disini dan situasi yang seperti ini. Jujur, aku tidak pernah ingin bertemu lagi dengan Geri. Apalagi dengan Gafi. Aku ingin semuanya selesai. Aku ingin kembali ke kehidupanku yang nyaman dan tenang. Aku tidak tau penyebab aku tidak ingin bertemu Geri. Padahal cowok itu tidak tau apa-apa tentang kejadian tadi. Namun tetap saja, Geri sepupu Gafi. Dan aku tidak ingin mempunyai hubungan dengan siapapun yang berhubungan dengan Gafi.

"Cuman dicium gitu doang."

Hah?!

Mataku membulat sempurna, tidak menyangka dengan apa yang Geri ucapkan. Geri— tau? Dan apa katanya? Cuman?.

Harga diriku benar-benar seperti disepelekan. Perkataan Geri membuatku tanpa sadar kembali menangis. Geri tau, berarti Geri melihat kejadian tadi. Lalu kenapa Geri diam saja? Dan– ohhh, sadar Zein. Kenapa juga Geri harus bertindak? Toh dia bukan siapa-siapa.

Tapi bisakah Geri berpura-pura tidak tau saja supaya aku tidak tambah malu dan tambah benci pada Gafi.

"Jangan nangis. Percuma, waktu gak bisa diulang."

Aku mengepalkan kedua tangan ku erat. Kumohon tuhan, bisakah aku menghilang saja sekarang?.

"Lo sama aja kaya Gafi. Brengsek!."

Mendengar kata brengsek, Geri segera menegakan tubuhnya. "Gue bukan Gafi." Jawabnya tidak terima.

"Tapi nyata nya lo sama. Lo liat, dan lo diem aja?." Aku berdecih seraya menyusut air mataku.

"Apa kata lo tadi? Cuman?." Aku menatap Geri tidak percaya. Lalu memalingkan wajahku ke arah lain.

Aku bisa mendengar suara langkah Geri mendekat ke arah ku. Cowok itu berdiri di depanku, melihatku dengan ekspresi jenaka. Seakan-akan melihatku menangis adalah sebuah lelucon. "Lo mau gue ngehajar Gafi?." Ucapnya seraya mengusap air mataku.

Aku tersentak, kaget dengan tindakan itu. Namun sedetik kemudian aku segera menepis tangan Geri menjauh. Ucapan Geri tadi membuatku berhenti menangis dan segera mengusap air mataku.

Aku menarik nafas, berusaha melegakan perasaanku. "Gak usah so baik."

Geri mengedikan bahu. Lalu dia berdiri, menyimpan Vape nya ke dalam saku celana. "Pulang nanti gue tunggu di depan." Ucapnya seraya berlalu ke luar.

Aku bergeming. Menatap punggung Geri yang semakin menjauh dengan perasaan yang tidak bisa diartikan.

*****

Segini dulu ya.
Malem aku up lagiiiii

Jelek, Bodo Amat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang