Who?

4.1K 235 4
                                    


Memalingkan wajah adalah cara satu-satunya untuk menghindari tatapan Geri yang tidak biasa.

Aku berdiri di ambang pintu seraya memasang helm. Memberi salam kepada tante Hanum sebelum pergi dan berjalan ke arah Geri. Geri, cowok itu duduk di atas motornya. Menatapku tidak biasa seraya memasang helm.

Aku tidak menghiraukan, serius. Biarkan saja selama itu tidak membuatku risih. Oh iya, perihal kejadian tadi aku sangat bersyukur karena tante Hanum datang tepat waktu dan menjelaskan bahwa aku bisa berada disana karena paksaan nya.

Geri memang tidak akan marah kalau saja aku memang lancang masuk ke kamarnya, namun aku masih tau diri untuk tidak berlaku selancang itu.

"Aww, apaan sih." Aku spontan mundur saat Geri menyentil dahi ku.

"Jangan bengong, mau ke sambet lo?."

Aku menyerngit, "Siapa yang bengong?."

Seperti biasa, tidak ada jawaban setelahnya. Aku mendelik lalu naik ke atas motor, mundur beberapa senti menjaga jarak agar tidak terlalu dekat.

"Bisa gak, lo majuan dikit?."

Aku mendongak, menatap Geri yang terlihat gerah dengan tingkahku sedari tadi.

"Gak bisa, lagian kenapa sih? Gak ngaruh juga kan kalau gue duduk nya deketan atau jauhan."

Geri mendengus, tangannya terulur mengarahkan kaca spion tepat ke wajahku. "Ngaruh."

Heh? Apaan sih Geri.

Aku tidak menghiraukan perkataan Geri yang memintaku untuk maju. Walaupun sedikit, aku tetap tidak akan maju.

"Lo duduk di handle motor?."

"Hah?." Iya, aku memang sengaja duduk di handle motor.

"Ck, maju."

"Lo tuh... Ribet ya!." Oke, melihat wajah Geri yang sudah tidak bersahabat membuatku dengan terpaksa maju sedikit. Catat! Hanya sedikit.

Bukannya apa-apa, aku hanya tidak nyaman saja saat tubuhku menubruk punggung Geri. Jadi, apa salahnya jika aku sedikit menjaga jarak demi kenyamanan ku sendiri.

Geri tidak mendebat lagi, cowok itu melajukan motornya setelah Mang Ato membuka lebar pintu pagar.

Saat melewati rumah Gafi, aku tidak sengaja melihat ke arah mobilnya terparkir. Aku tersentak, lalu segera memalingkan wajah saat Gafi- ternyata ada di sana, bersama seorang wanita. Aku tidak ingin tau wanita itu siapa. Tapi dari segi penampilan wanita itu, aku merasa tidak asing. Malah aku merasa sangat tau wanita itu siapa.

"Zalfa." Gumamku tanpa sadar.

Aku tidak mengerti kenapa aku begitu yakin bahwa wanita yang memeluk Gafi tadi.. adalah Zalfa. Kupejamkan mata sesaat saat berbagai spekulasi menyerang pikiranku.

Hatiku menolak untuk percaya bahwa wanita itu Zalfa. Namun pikiranku berbanding terbalik. Pikiranku sangat yakin bahwa wanita tadi adalah Zalfa.

*******

Maaf sebelumnya kalau aku gak tentu banget updatenya.. so sibuk banget emang hiks

Tapi insyaallah aku sempetin waktu buat terus update seminggu 2 kali..

Jelek, Bodo Amat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang