Party (1)

2.4K 175 20
                                    

Ada yang pernah sepertiku? Saat seseorang yang kita cintai mengatakan bahwa dia juga mencintai kita, namun pada kenyataannya tindakan dan sikapnya tidak mencerminkan kalau dia mencintai kita. Ada yang seperti itu? Kalau ada, berarti kamu tidak sendiri.

Sudah terhitung beberapa hari saat Geri datang ke rumah dan mengatakan semuanya. Semenjak hari itu aku tidak menemui Geri. Ah, mungkin lebih tepatnya aku menghindarinya. Geri selalu datang ke rumah, menungguku membukakan pintu sampai larut malam. Namun aku tetap tidak membukanya.

Geri tidak menyerah. Cowok itu selalu datang ke kelasku saat istirahat. Namun aku lebih dulu keluar dan diam di perpustakaan bersama Zalfa. Saat jam pelajaran berlangsung pun Geri selalu datang ke kelasku, membuat alasan pada guru mata pelajaranku agar aku dibolehkan keluar sebentar dan menemuinya. Namun lagi-lagi aku menghindarinya, dengan berkompromi dengan semua guru mata pelajaran agar tidak mengijinkan ku keluar saat Geri memintanya.

Sikap Geri yang seperti itu membuat Zalfa curiga. Zalfa selalu memaksaku untuk cerita mengenai hubunganku dan Geri. Karena sejujurnya aku tidak pernah menceritakan hubungan kami. Aku takut, takut Zalfa marah karena aku tidak menceritakan hubungan kami sejak awal.

Untuk sekarang aku tidak ingin bertemu dengan Geri dulu. Aku ingin jauh darinya walaupun pada kenyataannya aku begitu naif. Aku selalu ingin bersama Geri, aku ingin menghilangkan semua rasa kecewaku pada Geri dan kembali dengannya seperti dulu. Aku ingin itu. Tapi aku belum bisa. Aku terlalu kecewa sampai tidak bisa melupakan tentang hubungan Geri dan Luna sedikit pun.

Geri tidak brengsek, dia tidak jahat. Hanya saja dia membuatku kecewa karena sikapnya yang begitu egois dan tidak memikirkan perasaan orang lain.

Geri marah saat tau aku menghindarinya dan malah lebih dekat dengan Gafi. Dia tidak suka aku berdekatan dengan siapapun selain dengannya. Tapi bagaimana dengan aku? Sama seperti apa yang Geri rasakan. Aku juga tidak suka saat Geri berdekatan apalagi berhubungan dengan seseorang selain aku. Tapi Geri tidak mengerti itu. Geri hanya ingin aku mengerti bahwa dia tidak suka aku dekat dengan lelaki manapun. Apalagi dengan Gafi dan Alfi.

Entah rahasia apa yang di sembunyikan diantara mereka bertiga. Aku tidak mengerti. Alfi selalu memintaku menjauhi Gafi dan Geri. Sedangkan Geri ingin aku menjauhi Gafi dan Alfi. Dan Gafi, dia juga ingin aku menjauhi Geri dan Alfi.  Bahkan Gibran pun ikut-ikutan memintaku untuk menjauhi mereka bertiga.

Aku menghembuskan nafas panjang. Cermin di hadapanku menampilkan penampilanku sekarang. Aku memakai gaun putih selutut. Rambutku terurai seperti biasa. Namun malam ini sedikit berbeda karena aku menuruti perintah Zalfa untuk mengkerli rambut bagian bawahku agar terlihat sedikit berbeda. Aku tidak banyak berdandan malam ini. Aku hanya memoles wajahku dengan riasan natural.

Setelah merasa siap, aku segera turun ke bawah. Siang tadi saat di sekolah, Gibran mengundang semua teman seangkatannya untuk datang ke rumahnya malam ini. Gibran mengadakan party besar sebagai perayaan ulang tahunnya. Dan sebagai pacar sahabatnya, Gibran mengundangku juga.

Aku mengunci pintu rumah. Lalu menyimpannya di belakang pot. Sebelum pergi aku menyempatkan untuk menelpon bunda, memberi tahu letak kunci rumah. Karena malam ini bunda dan Faqih akan pulang, dan mungkin saja mereka sedang berada dalam perjalanan.

Langkahku terayun ke arah gerbang rumah. Sesaat setelah menutupnya, aku berbalik dan menunduk untuk menyimpan hape. Namun pergerakan ku langsung terhenti saat gerbang rumah depan terdengar ditutup dengan cukup kencang.

"Hai."

Sapaan itu. Aku mendengus malas, mencoba mengabaikan Alfi yang kini memarkirkan motornya tepat di hadapanku.

Kalau saja Gibran tidak menghubungiku dan mengatakan dia akan menjemput ku bersama Zalfa, mungkin sedari tadi aku sudah pergi bersama supir pribadi bunda. Dan
aku tidak akan diposisi seperti ini.

Jelek, Bodo Amat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang