3. Broken Heart

504 49 12
                                        

Blup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Blup

Kyra tidak siap, dia terkesiap mendapat ciuman dari Ree. Ciuman Ree kali ini terasa ganjil, penuh amarah dan emosi dalam pangutannya. Tidak lama Ree melepaskannya, matanya merah dan berair.

"Aku pernah tidur dengan Kyla."

Kali ini dunia Kyra hancur. Kyra terduduk lemas. Dia tidak salah dengar kan? Atau ini hanya ilusinya saja. Tatapan Kyra kali ini sungguh menyakitkan, dia beralih menatap Ree yang sama hancurnya dengan Kyra. Ree berkali-kali berteriak di ujung rooftop. Kyra sudah tak peduli. Kali ini kejujurannya berbuntut kejujuran yang lainnya, yang menyakitinya.

Sepoi angin mempermainkan anak rambut Kyra dan menuntup sebagian matanya yang sembab. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Berharap Ree bicara dan mengatakan hal yang lain. Kata-kata indah mungkin, tolong sadarkan Kyra yang sudah mulai gila. Kenyataan yang didapatnya membuat syok.

"Ree, apa maksudmu?" tanyanya tertatih, sakit rasanya menanyakan satu kalimat sederhana ini. Tenggorokannya tercekat. Kepalanya mulai terasa berat. Kyra berharap tidak pingsan saat ini. Ree berjalan mendekat dengan lunglai. Tatapan mereka bertemu, tanpa suara pun, Kyra tahu bahwa kalimat yang diucapkan Ree adalah satu kebenaran yang pahit.

Kyra mencoba sekali lagi menyelami netra milik orang yang dicintainya. Ada, ditemukan di sana, banyak sekali rasa kecewa dan terluka, persis netra yang menatapnya.

"Aku sudah melakukan dosa. Aku pendosa, Kyra," lirihnya. Air mata Kyra lolos kembali. Betapa takdir selalu mempermainkan hidup sepasang kekasih. Ree meniduri Kyla saat itu. Kenapa Ree bisa senekat itu, Dengan mengenalnya luar dan dalam, tidak membuat Kyra tahu banyak hal tentang Ree. Saat mereka berciuman, Ree selalu meminta izin memulainya, Kyra memang tergolong gadis lucu yang belum pernah jatuh cinta selain dengan Ree. Lalu apa yang terjadi dengan waktu tiga hari itu? Kalimat itu menimbulkan banyak tanya lagi di otak Kyra. Sekelebat bayangan buruk memenuhi pikirannya. Hanya ada dua orang, Kyla dan Ree.

"Kyla, kenapa kamu selalu merebut apa-apa yang kuingini? Kau selalu mencintai segala hal yang kucintai pula? Aku selalu mengalah kepadamu. Satu-satunya yang kupunya kaurenggut juga sebelum kautiada. Kyla, kau memberiku kehidupan yang sangat buruk. Kau pergi begitu saja, tapi meninggalkan cacat yang besar pada hidupku. Bagaimana aku akan tabah menjalani hidup ini? Kau kausenang sekarang?" gerutu Kyra penuh tangis dalam hati.

Kyra berteriak frustasi. Dia menyebut nama Kyla berkali-kali. Kyra telah patah hati, bukan! Dia sudah hancur hingga lebur tak bersisa. Satu niatan tulus yang ingin diungkapkannya sebelum menikah justru menjadi sumber kesakitan baru. Lalu semisal dirinya tidak berkata jujur, Kyra akan semakin menyesal dan terkungkung dalam jurang kepedihan berikatan dengan pernikahan.

Potongan momen bersama Ree selama ini berputar silih berganti dalam pikiran Kyra, memenuhi hatinya. Menyesakkan dan menyebalkan. Kyra tertawa, menertawakan kebodohan dirinya. Betapa dengan mudahnya Kyra mengiyakan permintaan Mama dan Papa waktu itu. Seharusnya Kyra dengan tegas bilang ke mereka supaya tidak terus menjadikannya tumbal untuk kebahagiaan Kyla. Dengan dalih Kyla sakit dan waktunya tidak banyak membuat Kyra luluh. Kyra rela Ree jalan dengan saudara kembarnya. Kyra memberi Kyla buku diary miliknya yang berisikan segala hal tentang Ree, supaya Kyla banyak tahu tentang Ree. Walau hanya tiga hari, Kyra harap hal menyimpang ini tidak tercium oleh Ree. Kebohongan keluarganya.

The Twins SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang