7. Solitude

411 37 16
                                    

Hari yang baru. Ya, Kyra berharap masalah yang dideranya segera menemukan titik terang.

Tiga hari setelah kejadian paling suram di kehidupannya, akhirnya Kyra mendatangi Aroma Cafe miliknya. Rasanya dia sudah sangat kangen menikmati secangkir cappucino di sudut ruangan yang langsung menatap jendela.

Jam operasional Aroma cafe dimulai dari jam sepuluh pagi hingga sepuluh malam di weekday dan sebelas malam di weekend. Sekarang masih pukul delapan pagi. Aroma cafe memiliki empat pekerja. Ada Stevi yang langsung menjadi orang kepercayaan Kyra, Bram yang menghandle segala perkopian, Luciana yang jago di pastry, dan Marko si super sibuk. Masalahnya dia seringkali merangkap tugas saking cekatannya. Sesekali cuci-cuci, sesekali mengantarkan pesanan.

Cafe ini termasuk cafe baru di kota Malang. Usianya baru dua tahun tapi tidak bisa dibilang sepi pengunjung. Kota Malang yang terkenal dengan kecantikan wisata dan banyaknya kampus membuat setiap hari jalanan selalu padat. Sebagian pengunjung di cafe ini adalah para pelajar dan mahasiswa. Ada yang hanya nongki cantik, ada yang membahas urusan bisnis, atau ikutan live nyanyi di pojok music milik Aroma cafe. Live music ini dulunya adalah ide milik Ree. Ree memberi masukan kepada Kyra, jika ingin membuat usaha harus menampilkan keunikannya supaya tetap eksis meski banyak saingannya.

Selain ada live music, menu yang ada di cafe ini pun setiap harinya berganti-ganti dan mengusung menu tradisional. Di sebelah pintu masuk terdapat papan kayu hitam yang bertuliskan menu hari itu.

Kyra mengambil kunci dari dalam tasnya, pintu cafe terbuka. Dia menekan saklar untuk menerangi cafe miliknya. Ia mengitari ruangan yang bernuansa bata dan kaca itu beberapa saat. Lalu menuju kulkas dan mengambil sekaleng softdrink sebelum menuju ruangan atas. Pasalnya, kedatangannya ke cafe bukan hanya sekadar karena rindu. Tiga hari yang lalu Stevi berkabar ada paket datang dan paket itu untuknya. Kyra ingin tahu tentang paket itu sebenarnya.

Saat menyalakan lampu, ruangan itu tampak mati. Beberapa hari ditinggal penghuninya patah hati. Dibukanya jendela yang ada di samping kiri untuk menghilangkan bau pengap. Paket itu ada di atas meja kerjanya. Paket itu berukuran sedang, mungkin sekitar 20 cm x 20 cm masih khas dengan plastik milik pihak ekspedisi. Kyra mengernyit, paket enteng begini kenapa harus pakai jalur khusus.

Setengah isi softdrink itu tandas di tenggorokan Kyra. Diletakkan perlahan lalu meraih kota paket. Mata Kyra bergerak mencari gunting, perekat yang membungkus sepertinya saat rekat. Nihil. Akhirnya Kyra mencubles paket itu dengan ujung bulpoin.

Kring ....

"Ya," sapa Kyra yang masih terus mencoba membuka paket.
"Kamu di mana?"
"Aku lagi di Aroma, ada apa?"
"Aku susulin, ya!"
"Iya, aku di atas," pungkasnya dan paket itu terbuka. Kyra memundurkan diri saat melihat isi paket.

'buku diary milik Kyla'

Apa ini? batin Kyra gusar. Segala hal yang berkaitan dengan Kyla selalu mampu membius Kyra. Ingatannya tersedot ke kejadian paling menyakitkan. Kyra mengambil secarik pesan di atas buku usang itu.

-Untuk adikku, Kyra. Maafin aku-
Kyla

Air mata merembes, dalam bayangan Kyra terlintas momen kebersamaan mereka yang sangat jarang terjadi. Kerap kali Kyra  tampak selalu mengalah untuk Kyla, tapi sebetulnya mereka saling membahagiakan. Hanya saja, waktu yang salah. Langkah yang ditempuh juga salah.

"Bos-" sapa Stevi yang tertahan saat mendapati Kyra terseduh memeluk diary milik Kyla. Kyra mengelap matanya kasar lalu tersenyum kepada Stevi.

"Hai, Stev!" balasnya parau.
"Ada Bang Ree di bawah," ucap Stevi hati-hati. Tubuh Kyra menegang mendengar nama Ree disebut. Stevi masih menunggu bosnya mengeluarkan perintah yang akan disampaikan kepada Ree.

The Twins SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang