6. The First Rendezvous

443 36 9
                                    

The Heaven Door Cupcakes and Cookies, 2014

Gadis berambut pirang itu memasuki toko kue yang selalu ramai. Senyumnya merekah saat mendapati barisan cupcakes yang menggoda hati. Pramusaji langsung datang mengekori. Hal ini lumrah terjadi di mall dan toko terkenal lainnya. Gadis pirang itu mengambil nampan dan mengisinya dengan snickers cupcakes. Tampilannya sungguh menggoda, brownis cup dihiasi cream lembut dengan topping potongan snickers  cokelat dan lelehan caramel di atasnya membuatnya langsung jatuh hati.

Gadis itu menghitung ulang cupcakesnya. Mengangguk-angguk lalu menjilat ujung jarinya yang terkena sedikit caramel.

"Mbak, ini bisa ditambah dengan tulisan?" tanyanya setelah menyerahkan senampan cupcake yang berjumlah delapan itu. Pramusaji menjawab ramah dan dengan cekatan menghiasnya sesuai request si gadis.

Sembari menunggu, si gadis mengelilingi lagi barisan cupcakes yang auto bikin ngiler.

"Ups, sorry," kata Kyla si gadis pirang saat menyenggol lengan lelaki yang membawa nampan penuh dengan oreo cupcakes. Cukup keras mereka bersenggolan dan menyebabkan beberapa topping oreo di atas cupcake itu jatuh di nampan dan di lantai. Lelaki itu mendesah lirih. Lalu tertawa.

"Tidak masalah, Nona," ucapnya seraya menghitung cupcakes dan kembali ke tempat oreo cupcake berada.

"Ayo ke kasir Tuan, biar saya ganti rugi," imbuh Kyla tak enak hati. Lelaki itu berbalik dan menatapnya sekilas.

"Tidak perlu, Nona. Aku tahu kamu tidak sengaja. Lagi pula ini hanya masalah kecil. Terima kasih atas tawarannya. Nona, apakah itu panggilan untukmu?"

Terdengar suara pramusaji dari speaker kecil memanggil nama Nona Kyla. Cupcakes pesanannya sudah selesai. Lelaki itu berlalu begitu saja, Kyla membaca sekilas name tag di kemeja lelaki itu, Ree J.

"Ree J," gumam Kyla sekali lagi sebelum menuju kasir. "Ganteng," komentarnya.

Ree mengelap keningnya yang basah. Ree mengingat pertemuan pertamanya dengan Kyla di toko roti. Ree hanya melihatnya sekilas. Kenangan empat tahun lalu yang tiada berarti sekarang menjadi bomerang. Kisah ini sudah salah dari awal. Siapa sangka gadis yang menyenggolnya saat membawa kue diam-diam menyukainya. Ree tidak mengerti sampai batas itu. Bagi Ree itu hanya kejadian normal lainnya. Ree tidak memperkirakan hal aneh itu bisa menimbulkan bibit cinta.

Di satu sisi, ada sepasang mata yang terus menatap Ree penuh duka. Netranya terus berkaca-kaca, ada nyala api cemburu, ada nyala luka yang membuka, dan ada pula amarah.

Penjelasan Om Rendra dan Tante Mutia perihal Kyla membuka satu titik terang di antara tiga anak manusia ini.

"Ree, apa yang kau pikirkan?" selidik Kyra yang sejak tadi sudah ia tahan  saat melihat Ree terus-terusan berkeringat, itu semakin membuat Kyra penasaran.

"Tidak ada," ungkapnya pelan. Ree tidak sekalipun melihat Kyra. Gesture Ree menunjukkan bahwa ada hal yang disembunyikannya.

"Apa kamu memikirkan anak itu? Anakmu?" Pertanyaan Kyra tepat sekali, jantung Ree seakan hilang. Sekarang mereka hanya tinggal berdua di ruang tamu. Om Rendra dan Tante Mutia sudah pamit undur diri. Mereka tahu, bahwa nasib anak semata wayangnya sedang dipertaruhkan. Semuanya akibat perbuatan di masa dulu. Memang benar sistem tabur tuai itu, karma itu ada dan nyata.

Ree dan Kyra perlu berpikir tenang untuk kelanjutan dari pertunangannya. Semua kesiapan sudah berada di angka 40 persen. Tiga bulan lagi acara sakral itu berlangsung. Mengikatkan dua kepala, dua keyakinan, dan dua prinsip menjadi satu ikatan suci.

The Twins SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang