10. Wonderwall

333 27 4
                                    

A message from Ree

[Ra, ntar aku ada kerja kelompok nih ☹️]

Kyra is typing ....

Aku ntar pulang sama Stevi aja, Kak. Gak masalah kok.

[Serius nih?]

Iyups 😉

[Janji deh, lusa kita bakalan nonton buat ganti rugi hari ini terus makan ayam penyet 😘]

Ih, geli emotnya Kak Ree mah, batin Kyra sambil membayangkan wajah lelakinya, eh, bukan. Wajah kakak tingkatnya yang empat bulan ini menguras pikiran dan hatinya.

Berawal karena insiden tamu bulanan, kunci hilang hingga ayam penyet semua membuat dua insan itu semakin dekat

Ree is typing ....

[Ra, kok gak balas sih?]

[Where are you?]

"Ra, WhatsApp lu bunyi itu loh!" Kali ini Stevi yang angkat bicara. Sahabatnya masih nyengir tanpa dosa. Kyra membuka lagi aplikasi hijau itu dan tersenyum selesai membacanya. Meletakkan gawainya kembali dan menatap langit biru dari kantin. Mereka berdua menanti mata kuliah ekonomi mikro sebagai penutup hari ini.

Stevi adalah orang kedua yang akrab dengan Kyra setelah Ree tentunya. Mereka bertemu di hari kedua ospek saat mencari partner berkelompok.  Karena kunci motor Kyra hilang dan sepeda motornya menginap di parkiran kampus membuatnya semakin dikenal saat turun dari boncengan motor Ree. Kejadian itu membuat Kyra langsung dikenal mahasiswa seangkatannya dan para anggota BEM.

Meski Ree bukan ketua BEM, tapi dia salah satu dari kakak pembimbing yang menjadi pusat perhatian. Terlebih setelah membela Kyra berganti rok putih dengan rok abu-abu. Banyak mahasiswa baru perempuan yang membicarakan di belakang. Sejak Ree menjadi penolong Kyra lantas membuatnya menjadi bintang kaum hawa di kampus dan mengalahkan pamor Ranu ketua BEM.

"Ayo ke kelas, Ra!" ajak Stevi yang sudah merapikan beberapa modul dan bukunya. Sesekali dia melirik Kyra yang masih menatap langit-langit sambil tersenyum. Benar, orang jatuh hati memang bisa menjadi gila. Senyum sendiri. Ngomong sendiri. Bahkan yang paling gokil, bisa nyium ponsel juga.

"Ntar, gue bareng pulangnya. Gak bawa motor, Stev," ujar Kyra yang menyusul langkah Stevi setelah menyeruput habis es jeruknya.

"Ih, tumben. Gak bareng Kakak kesayangan lu?"

"Kak Ree kerja kelompok."

"Oh ... Ra, kamu uda jadian ama si Ree itu?"

Kyra menggeleng, "belom."

"Ih, kalian uda lama dekat loh!"

"Baru juga empat bulan, Stev!"

"Kan lama tuh, gak ada gitu dia kasih kode?"

Kyra tertawa mendengar kekepoan Stevi. Kyra yang sejak tadi terkena runtutan pertanyaan yang menjebak membuat pipinya merona. Jauh dari dalam hatinya ada genderang, berisik dan tak mau berhenti mendengungkan nama Ree. Dalam otaknya terus-terusan terputar memorinya bersama Ree. Hanya saja Stevi tidak tahu bahwa sahabatnya berusaha menutupi diri.

"Kode morse?" jawab Kyra asal dan langsung berlari menuju kelas, Stevi mencak-mencak dibuatnya karena pertanyaannya digantung.

Ada banyak hal yang tidak mudah dikatakan kepada sembarang orang. Salah satunya tentang perasaan. Kyra harus memastikan dulu hatinya benar-benar untuk Ree atau hanya sekadar rasa kagum saja. Banyak sekali yang mengira Kyra menganggap Ree seperti penyelamat. Kyra tidak mau seperti itu. Kyra tidak ingin mengecewakan hatinya, terlebih mengecewakan hati orang lain. Sebelum Ree mengucapkan kata sakral itu nantinya, Kyra harus bisa memantapkan hatinya dan tidak membuat keputusan yang salah.

The Twins SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang