[PROSES REVISI]
Kisah ini dimulai saat Kyra dan Ree memutuskan akan menikah. Dua hati yang saling mencintai itu sangat bahagia. Namun, Kyra terbebani oleh satu kebohongan yang terus meneror hidupnya.
Tiga bulan jelang pernikahan, Kyra memberitahu Re...
~Bukan aku tak mencintaimu lagi namun, hatiku tak sanggup menerima ini semua~ Kyra Zehra
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kyra mencoba untuk menenangkan diri, ini bukan rumahnya. Dia harus tetap waras untuk tidak merusak apapun. Dia harus membuat keputusan dengan cepat, terus-terusan di sini pun tidak baik untuk kesehatan jiwa dan badannya. Dia mengambil koper dan masukkan baju sembarangan ke dalamnya. Mengecek gawai untuk memesan travel malam ini supaya bisa kembali ke Malang secepatnya. Kyra tidak bisa menunggu hingga esok hari, semua yang dia cari sudah terjawab. Sudah selesai.
Yesterday, at 15.45
[Kyra, aku otw Malang nih]
"Orion ...."
Kyra buru-buru menekan tombol telepon pada aplikasi hijau itu.
Tersambung ....
"Halo ...."
"Rion, ini Kyra." Napas Kyra memburu, dia berhenti mondar-mandir dan memilih untuk duduk. Ada jeda yang cukup lama pada percakapan yang baru dimulai.
"Hai," sapa Rion kaku pada akhirnya. Lelaki yang baru saja selesai training itu jadi salah tingkah. Panggilan dari Tian, Lucky, dan Alvis tak dihiraukan. Ketiganya mengerutkan kening saat Orion memilih menjauh dari sahabatnya. Tian mengerti kode dari bosnya dan mengajak kedua sahabatnya kembali ke kamar.
"Sorry, baru ngecek hape," ucap Kyra ragu-ragu. Takut sahabatnya marah lantaran pesannya diabaikan hingga sehari semalam. Gue sibuk menata hati yang berantakan, tapi gagal Rion, semua selesai tak bersisa, batinnya.
"Nggak masalah sih," balas Orion lebih luwes, ditatapnya bintang di langit kota Malang. Dia tersenyum untuk banyak alasan, salah satunya mendengar suara Kyra membuat pikirannya tenang dalam sekejap
"Masih lama stay di Malang?"
"Gue ada training di hotel tugu, Ra. Semingguan keknya, kenapa sih?"
"Hari ini gue balik ke Malang."
"Ra, ini udah malem, apa nggak bahaya?" Orion kaget, dia melihat jam di tangannya, pukul 20:45.
"Ada banyak travel kok Rion, aku bisa langsung turun di hotel tugu, ya ntar?"
"Eh, kok ke sini?" Orion gugup mendengar permintaan Kyra. Nada bicara Kyra terkesan buru-buru dan cemas. Lo kenapa Ra?
"Gue butuh elo!"
Kali ini udara di Malang tak terasa dingin bagi Orion, hatinya yang tak keruan menjadi hangat. Tiga kata yang mampu memunculkan segaris senyum di wajahnya lagi, gue butuh elo. Kyra butuh gue. Hatinya bersorak ramai sekali, seperti pukulan bassdrum dan bellyra campur membunyikan nada yang indah.
"Rion, gue minta tolong banget. Tungguin gue, paling lama satu setengah jam gue sampai situ. Surabaya Malang nggak sejauh Bandung Malang kan?" Pintanya memelas, tanpa Kyra minta sudah pasti Orion akan menunggu. Terkadang jatuh cinta memang berteman akrab dengan kenekatan. Orion tetap nekat menyayangi Kyra, meski belum tahu ujungnya bagaimana. Setidaknya dia berusaha. Hasil akhir itu urusan Tuhan.