22. A Story

285 25 11
                                    

Semua berawal dari satu cerita lalu muncullah rasa hingga menjadi sebuah cinta
-Orion-


***

Orion menepis segala pikiran tentang Kyra yang bercokol di benaknya. Saat ini dia sedang ada di stasiun untuk menunggu kedatangan kereta yang akan membawanya ke kota Malang. Ada dua rute yang sempat membuat Orion bingung. Jika naik kereta api Mutiara Selatan, ia akan bisa menyusul Kyra ke Surabaya, tapi untuk apa? Kyra tidak sendirian di Surabaya. Akhirnya, Orion memutuskan untuk mengambil rute yang lain.

Bersama ketiga kawannya, Orion menunggu kereta api Malabar tiba. Orion tidak berharap banyak hal tentang kota yang akan dia kunjungi. Selama sepekan dia akan sibuk dengan jadwalnya. Jika takdir berkehendak, Orion akan bertemu Kyra dengan sendirinya.

"Ayo, Bro!" ajak Lucky sambil menepuk pundak Orion. Semua bersiap-siap memanggul ransel dan segera masuk ke kereta api Malabar. Perjalanan malam yang cukup panjang, dari pukul empat sore hingga pukul tujuh pagi nantinya mereka baru sampai kota Malang.

"Turun stasiun baru kan?" sahut Alvis setelah beres meletakkan kopernya.

"Iyes, trus jalan sedikit ke hotel tugu," potong Orion yang melepaskan jaket parasutnya. "Kita langsung check-in, acaranya kan sore. Pagi sampai siang kalian bisa jalan-jalan."

"Wah, cocok nih jalan-jalan." Kali ini Sebastian yang menyahut. "Bang, ke kafe temen Lo yang suaranya empuk itu dong!"

Orion memutar mata. Lucky dan Alvis tampak penasaran. Orion jadi salah tingkah dan kembali sibuk dengan gawainya. Sedang Sebastian membekap mulutnya sendiri. Nggak biasanya Orion mudah baper dan jadi pendiam. Ketiga sahabat sekaligus rekan kerjanya jadi canggung sendiri.

"Gak masalah kok, nanti gue hubungin dia," jawab Orion pada akhirnya. Sebastian berseru heboh.

"Gue ntar pengen icip menu andalan sana, kan sama-sama ikutan training tuh sama Lo bos, nyobain gelatonya," imbuh Sebastian girang.

"Sekalian buat refrensi Bos," tambah Alvis dan didukung oleh Lucky dengan mulut penuh snack.

"Di Malang emang banyak memunculkan ide, kalian bisa jalan-jalan sendiri juga. Banyak tongkrongan yang keren di sana." Ree menimpali dengan mengambil gawainya.

Kyra last seen at 15.45

[Kyra, aku otw Malang nih]

Kyra is offline

Dia gak online. WhatsApp gue centang satu.

Orion menutup gawai dan mengantonginya lagi, dia mengambil selimut setelah membayar satu cup kecil kopi hangat yang dibeli dari pramusaji.

"Kalau ada apa-apa bangunin gue, ya!" Pesan Ree sebelum memejamkan mata.

Ketiga temannya sibuk berbisik, Orion tahu bahwa ada perubahan aneh yang dia tunjukkan dan menjadi gunjingan partnernya. Bukan berarti ketiga teman Orion ini suka ghibah, hanya saja selama enam tahun bekerjasama, tidak sekalipun melihat Orion dekat dengan wanita apalagi menjalin hubungan.

Kali ini Orion tidak tertarik untuk membicarakan apapun. Dia hanya ingin memejamkan mata, entah tidur atau hanya mencoba untuk tenang.

Beberapa bulan yang lalu Sebastian pun syok saat Orion menggandeng wanita cantik, lucu, dan bersuara empuk masuk ke OrStar. Sebastian sudah pede jika mereka berdua berpacaran, dari gayanya Orion yang sangat melindungi Kyra. Sebastian turut bahagia saat gelak tawa pun ikut menghiasi wajah bosnya. Seandainya benar memang mereka memiliki hubungan, sayangannya mereka hanya sebatas teman.

***

Pajero itu terparkir di depan teras rumah Bibi Salma. Halamannya luas dan penuh rumput. Ree turun dan disusul oleh Kyra. Keduanya bergandengan menuju depan pintu. Bel berbunyi nyaring sekali.

Semenit kemudian, pintu itu terbuka memunculkan wanita tua dengan pakaian sederhana. Mempersilakan Ree dan Kyra untuk masuk lalu ditinggal lagi.

Kyra dan Ree lamat-lamat mengamati pajangan di rumah ini. Ada satu bingkai foto bayi yang sangat lucu. Refleks segaris senyuman indah tercetak di wajah Ree. Ada getar aneh yang terasa di dalam hatinya. Kyra tidak bereaksi apa-apa, hanya berkali-kali menyeka keringatnya yang muncul malu-malu.

"Ini Mbak, Mas, diminum dulu. Sebentar, nyonya akan segera turun,"ujar pembantu itu ramah, ada dua jus jeruk dan beberapa camilan di toples kaca.

"Wah, ada tamu!" Suara yang sudah tidak asing di telinga Kyra terdengar. Wanita yang lebih muda tiga tahun dari Mamanya itu tampak sangat modis. Kyra dan Ree berdiri menyalami Bibi Salma.

Bibi Salma memeluk Kyra sangat lama hingga meninggalkan satu dua tetes air mata.

"Ayo, duduk, icip dulu jajan dan minumnya!" Seru Bibi Salma dengan ikut duduk di depan Kyra. Kyra dan Ree sama-sama canggung harus memulai ini dari mana. Kyra mengambil segelas jus dan meminumnya separuh.

"Makasih Bi." Akhirnya Kyra membuka suara. "Maaf, Kyra jarang berkunjung ke sini."

Bibi Salma tersenyum, "Bibi tahu kamu sibuk dengan usahamu, keren sekali, Kyra. Masih muda tapi sudah sukses."

Kyra mengangguk. Suasana masih canggung.

"Bi, selama Kyla berobat, dia tinggal di sini kan?" tanya Kyra hati-hati. Bi Salma mengangguk, setelah itu mengamati Ree kemudian tersenyum seolah berkata, lelaki ini toh yang bikin dua saudara terasa jauh.

"Iya, Kyla di sini hingga napas terakhirnya."

Rongga dada Kyra sesak mendengar kalimat pembuka dari Bibi Salma. Tujuan mereka memang ingin mengetahui kebenaran. Cepat atau lambat semua akan terungkap, jadi bicara sekarang atau nanti pun sama saja.

"Bukannya Kyla meninggal di Soetomo, Bi?"

"Kyla meninggal setelah melahirkan."

Kyra menegang mendengar penuturan Bibi Salma, Ree pun sama. Hari masih sore, tapi seolah mendung sudah bertamu di pelupuk mata Kyra. Hatinya berkecamuk. Potongan kenangannya dengan Ree silih berganti memenuhi otaknya. Ree menyugar kasar rambutnya dan menengadah untuk menghalau turunnya bulir bening.

"Ini mungkin berat untuk kalian, kalian istirahat dulu saja. Akan banyak hal yang akan kalian ketahui nanti. Kyra, tenangkan pikiranmu dulu, Nak. Mbok, siapkan dua kamar."

Bibi Salma memapah Kyra menuju kamar sedang Ree membisiki Bibi Salma dan menuju kamar yang lain diantar si Mbok.

"Kyra, jangan menyalahkan siapapun atas semua kejadian ini. Kamu, Kyla, bahkan Ree tidak salah. Kamu istirahat dulu, ya. Nanti pas makan malam kita akan ngobrol lagi biar tenang. Kamu tenangkan diri. Pasrah sama Tuhan, Nak. Semua akan baik-baik saja." Dikecup pelan kening ponakannya itu. Kyra masuk ke dalam kamar.

Bibi Salma mematung lama di depan pintu. Wanita yang sudah merawat Kyla saat sakit itu merasakan duka mendalam saat melihat sorot terluka pada mata Kyra. Kedua ponakannya ditakdirkan untuk mencintai satu lelaki. Betapa beruntungnya Ree. Ree dan Kyra berpacaran cukup lama yaitu empat tahun. Namun, satu kesalahan membuat semuanya fatal. Kyla hamil anak kandung Ree. Sekarang dia ada di antara Kyra dan Ree.

--TTS--

Sorry telat update, saya dua hari rempong banget dan ini juga otw outbond nak kanak. Rencananya mau edit nanti malam lagi sekalian nambahin.

Thankiss 😘😘

Author mo jalan-jalan dulu 😘😘

NovitAnggun

The Twins SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang