30. Aroma Cafe

376 30 10
                                    


Terkadang, kita jatuh cinta pada orang yang tepat, namun dengan cara yang salah.
Ree Javier

Bu Mutia cemas sekali melihat Kyra mengemasi beberapa potong pakaiannya dan memasukkan pada koper. Sudah tiga hari yang lalu Kyra pulang dari berlibur ke Bali dan langsung menuju rumah bukan kafe.

Bu Mutia dan Pak Rendra kaget sekaligus bahagia, sangat lama mereka merindukan putrinya yang tinggal semata wayang untuk pulang lagi ke rumah. Kyra memeluk kedua orangtuanya bergantian terus melenggang masuk ke kamar tanpa sepatah kata.

Lalu sehari setelahnya, pagi-pagi sekali Kyra mengunjungi Aroma. Tempat yang sudah menemaninya selama lebih dari dua tahun ini, meninggalkan begitu banyak kenangan dan keluarga baru bagi Kyra.

Dia menghela napas sesaat sebelum masuk ke ruang kerja. Ruangan yang menjadi tempat bersembunyinya dari segala kemelut dunia. Aku harus meninggalkan ini semua, suatu saat aku pasti kembali ke sini, tapi entah kapan.

Kyra membuka lemari kayu yang berpintu dua itu, mengambil semua pakaian yang tergantung di sana dan memasukkan ke dalam koper. Di salah satu tempat ada sekotak kardus berisikan pigura penuh potret dirinya dengan Ree. Kyra mengambilnya satu. Terlihat potretnya saat memakan ice cream cone dengan Ree di Omah Oyen.

Ree Javier ....
Aku nggak pernah kepikiran kisah kita bakalan berakhir ....

Kyra mengusap pinggiran pigura yang berukir motif floral berwarna emas. Hatinya bereaksi aneh, tidak sedih tidak bahagia tapi dia tersenyum.

Kamu mengajarkanku banyak hal, banyak sekali. Hingga tanpa sadar aku sudah menyerahkan hati ini untukmu. Namun, satu kesalahan membuatnya runyam.

Kyra merasa kakinya lemas sebab terlalu banyak memikirkan kisah-kisah indah yang terlewati bersama Ree. Dia memilih untuk duduk dan memeluk pigura itu. Ujung dari pigura itu mengenai dadanya dan memberi efek sedikit nyeri.

"Bahkan benda ini tahu bagaimana rasanya sakit. Aku bingung dengan jalan hidupku, Ree. Berat melakukan ini apalagi meninggalkan ini semua."

Pelan-pelan Kyra merebahkan diri, masih dengan memeluk benda persegi berukuran 10R itu. Memejamkan mata seolah meminta kepada Tuhan, hadirkan Ree dalam mimpinya, sebentar saja  Jika, manusia bisa sedikit saja meredam rasa gengsi, dengan mudah Kyra akan bertemu dengan Ree. Mereka masih satu kota. Mereka masih menyimpan nomor telepon masing-masing. Bahkan nama kontak Ree masih tetap sama di ponsel Kyra.

Potongan scene saat ospek yang menjadi awal mula Kyra bertemu Ree. Scene Ree menawarkan tumpangan pulang saat kunci motornya hilang. Scene Ree menyatakan cinta dan lamaran di rooftop yang menjadi impian Kyra. Kyra membuka mata, pipinya sudah basah. Permintaannya kali ini tidak terkabul, Ree tidak datang saat dia memejamkan mata.

"Ra! Kyra! Bos ...!"

Itu pasti Stevi, gerutu Kyra dalam hati lantas duduk kembali dan mengelap sudut matanya kasar.

Pintu ruang kerja Kyra yang tak terkunci langsung terbuka lebar saat Stevi masuk dengan setengah berlari. Stevi menghela napas dan berdecak sebal sebelum menghujani Kyra dengan peluk dan cium. Kyra tercengang melihat sahabatnya yang kacau. Kyra tidak mengeluarkan suara, ia tahu bahwa Stevi akan menghakiminya perihal chat di WhatsApp grup semalam.

"Lo kok tega sama kita sih, Ra?" Protes Stevi yang masih menangis. Kyra merasakan hatinya kembali sakit. Raungan dari Stevi semakin menambah rasa bersalah dalam dirinya. Dia menjauhkan Stevi dari pelukannya dan menyeka sudut mata sahabatnya dengan tisu yang dia bawa.

"Hanya ini jalannya."

Tiga kata yang bisa diucapkan Kyra, hanya itu. Semua rangkaian kata dan alibi jika dia diserang para team-nya seolah tercekat di tenggorokan.

The Twins SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang