19. Holiday-Desire-

312 23 15
                                    

Aduh, Mbak Kyla kok cakep menggoda gitu sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aduh, Mbak Kyla kok cakep menggoda gitu sih. Kan jadinya pengen menyayangi terus 🤭

***

"Ra, balik yuk. Keknya mau turun hujan. Kita harus jalan dulu ke pantai sagu lagi nih buat ambil motor," ujar Ree yang mengemasi ransel mereka berdua.

"Iya ya, Ree," jawab Kyla sambil memunguti sampah snack yang sudah mereka habiskan. " Tuhan jangan hujan dulu dong!" Gumamnya kalut.

Setelah semua siap, mereka berjalan dengan langkah cepat. Ree memegang erat tangan Kyla untuk menembus jalan yang curam. Lima belas menit mereka sampai di pantai sagu dan melesat keluar dari area pantai. Setengah perjalan, hujan turun tiba-tiba, gerimis menggiring mereka hingga dua ratus meter lalu berubah menjadi hujan yang lebat. Ree membelokkan motor di penginapan terdekat saat hujan bercampur dengan angin. Hujan pertama di bumi Malang, bau petrichor mulai tercium. Sayang, hujan kali ini tidak datang tepat waktu.

"Sial, baterai habis Ra. Bawa cas?" Tanya Ree cemas. Kyla menggeleng. Ree memberikan beberapa lembar uang untuk membayar penginapan. "Papa dan Mama kamu pasti khawatir nih!" imbuh Ree seraya menerima kunci dari petugas dan mengajak Kyla masuk.

"Bateraiku tinggal sepuluh persen Ree, aku coba telpon Papa dulu," jawab Kyla dan segera mendial nomer telepon Pak Rendra.

Tidak ada pilihan lain selain berteduh. Meski mereka berdua memakai jas hujan, jelas tetap basah kuyup. Untung saja ada penginapan kecil di daerah pelosok pantai seperti ini. Kyla sudah ketar-ketir jika sampai kehujanan, daya tahan tubuhnya mudah drop jika terkena air hujan dan dia bersyukur saat Ree memutuskan untuk berteduh. Semua demi sandiwara ini. Kyla cuma berharap, usahanya tidak sia-sia.

"Enggak, Pa. Aku nggak kenapa-kenapa. Kemungkinan kita nggak bisa pulang kalau hujannya nggak reda. Iya, ini sudah nyari penginapan. Iya, Papa nggak perlu khawatir. Iya, Pa pasti." Kyla menutup teleponnya bersamaan dengan petir yang menggelegar. Kyla berteriak dan berjongkok. Jantungnya berpacu cepat. Ree yang sedari tadi sibuk memisahkan baju yang basah dan kering lantas mendekat memeluknya.

"Are you okay?" Perkataan Ree seperti bisikan. Diusapnya lengan Kyla untuk mentransferkan ketenangan.

"Takut," jawab Kyla bergetar. Tubuhnya menggigil. Ree melepaskan jaket yang dikenakan dan dipakaikan pada tubuh Kyla. Ree memeluk gadis yang meringkuk ketakutan itu sekali lagi.

"Selama ada aku, semua akan baik-baik saja." Ucapan Ree bagai mantra. Sekejap Kyla merasa benar-benar aman dan terlindungi. Tidak ada yang akan menyakitinya, meski yang berpeluang besar menyakiti adalah Ree sendiri. Kyla percaya, bahagia ini untuknya.

Kyla berangsur tenang, Ree mengajaknya untuk duduk di kursi. Penginapan ini tidak begitu buruk. Ada kasur, selimut serta kamar mandi di dalam. Ree melepas jaket pada tubuh Kyla dan menggantinya dengan selimut hangat. Kyla tidak tertidur, dia hanya menikmati setiap perlakuan manis dari Ree. Hari ini tinggal sebentar lagi. Esok saat fajar muncul, tidak ada Kyla lagi dalam hidup Ree. Jadi jangan buang-buang waktu. Sekalimat itu yang menyemangati Kyla sejak awal menjadi Kyra.

The Twins SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang