[PROSES REVISI]
Kisah ini dimulai saat Kyra dan Ree memutuskan akan menikah. Dua hati yang saling mencintai itu sangat bahagia. Namun, Kyra terbebani oleh satu kebohongan yang terus meneror hidupnya.
Tiga bulan jelang pernikahan, Kyra memberitahu Re...
Seandainya dia belum mencintaiku sekarang, semoga kelak dia mencintaiku di kehidupan mendatang. Orion Zain
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Keputusan Kyra menutup Aroma Cafe dan menjualnya membuat banyak hati yang terluka. Namun, tidak ada pilihan lain. Semua yang berbau kenangan harus seminim mungkin dilenyapkan.
Urusan penjualan Aroma Cafe beres dalam sehari. Sehari berikutnya Kyra sibuk menjelaskan semuanya kepada Mama dan Papa. Orang tua mana yang ingin tinggal jauh dari anak semata wayangnya. Namun, melihat luka yang disiratkan dari sorot mata Kyra membuat Bu Mutia dan Pak Rendra luluh melepas Kyra ke Paris.
Bu Puspa dan Pak Rendra mengharapkan kesembuhan hati untuk putrinya, setidaknya Kyra bisa tersenyum melewati sisa hidupnya.
Sebulan sudah Kyra berada di Paris bersama Orion yang tengah membesarkan usaha resto milik keluarganya. Kyra pun bekerja di resto Orion sebagai manajer dan sesekali ikut turun tangan saat guess star mereka tidak bisa datang sebagai penyanyi pengganti.
"Pulang yuk!"
Orang yang diajak bicara tidak menanggapi tapi malah sibuk dengan gawainya. Kyra mendengus sebal. Sejak pagi tadi, Orion tidak menggubrisnya sama sekali.
Ish, kamu kok jadi nyebelin gini sih, Rion! Emang sekarang gadget lebih penting dari aku?Awas aja!
Karena tidak menuai jawaban dari Orion, Kyra memilih untuk mengambil satu scoop gelato rasa taro dengan taburan cornflake. Kyra memboyong satu mangkuk dan duduk di depan Orion. Kyra memainkan sendok yang berisi gelato dengan maksud untuk membuat Orion tergoda. Alih-alih tergoda, Orion justru menerima telepon. Dengan bersungut-sungut, Kyra menghabiskan gelatonya cepat lalu ke pantry.
"Sam, tahu nggak Orion kenapa?" tanya Kyra penasaran kepada salah satu stafnya. Sam yang memegang sepiring garnis itu mengendikan bahu.
"Aku nggak tahu, Bos. Dari tadi sibuk terima telepon terus sih. Eh, Bos, aku tinggal ya, mau kasih ini ke Dean." Pamit Sam lalu berlalu. Kyra meletakkan mangkuk yang habis ia cuci pada rak dan kembali ke depan.
Hampir seminggu ini Orion sibuk sendiri dengan urusannya. Kyra pikir memang seorang Bos besar punya banyak kesibukan, selain restorannya yang terletak di pinggir sungai Siene, ada beberapa bisnis di Indonesia yang masih perlu dia pantau. OrStar dikendalikan oleh Sebastian dan team, kabarnya kafe yang mengusung tema outdoor itu semakin jaya.
Tak tahan lagi, Kyra mengambil sling bag dan memutuskan untuk kembali sendiri ke apartemennya.
"Eh, Ra, tunggu!"
Sekarang baru manggil! gerutu Kyra tepat di depan pintu. Terdengar langkah Orion mendekat.
Kyra menoleh dengan malas dan memasukkan ponselnya. "Apa?"